Anda di halaman 1dari 3

DERMATITIS KONTAK ALERGIKA

No. Dokumen : SOP/UKP/TG/ 01


No. Revisi : 00
SOP
TanggalTerbit : 01/02/2016
Halaman :1/3

PuskesmasTj. Gadang Dr. Dian Kumala


NIP. 198403132009022004

1. Pengertian Dermatitis kontak alergika adalah reaksi peradangan kulit imunologik karena
reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi
berupa alergen (fase sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :

Mampu membuat diagnosis klinik dermatitis kontak alergika dan melakukan


penatalaksanaan penyakit dermatitis kontak alergika tersebut secara mandiri
dan tuntas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

tentang Dermatitis kontak alergika

4. Referensi Permenkes No.5 Tahun 2014


5. Prosedur /Langkah- 1. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan awal pada pasien
langkah Keluhan pasien kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis. Keluhan dapat disertai timbulnya bercak kemerahan.
Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan-bahan
yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat menimbulkan
alergi, serta riwayat alergi di keluarga
2. Dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh
Pemeriksaan fisik tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis
pada umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola
kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebabnya, seperti di ketiak oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh
jam tangan, dan seterusnya
3. Dokter menentukan diagnosis dan melakukan pemeriksaan lanjutan
jika diperlukan
4. Dokter memberikan terapi sesuai dengan diagnosa penyakit dan
mencatat dalam rekam medis
Penatalaksanaan
a. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
1. Topikal (2x sehari)
• Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
• Kortikosteroid
Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0.025%).
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal.
2. Oral sistemik
• Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2 minggu,
atau
• Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
b. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-bahan
yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai
sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab serta memakai alat
pelindung diri untuk menghindari kontak alergen saat bekerja
5. Dokter melakukan konseling dan edukasi sesuai dengan diagnosa
penyakit
Dokter memberikan resep obat pada pasien

6. Hal-hal yang perlu Menghindari bahan alergen saat mengerjakan pekerjaan rumah,menggunakan
diperhatikan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot

7.Unit Terkait 1. Poli Umum


3.Poli Anak dan Poli Ibu/KB
4. IGD

8.DokumenTerkait 1.Rekam Medis


2.Surat Rujukan
9.Rekaman historis N Yang diubah Isi Perubahan Tanggalmulaidiberlakukan
o
perubahan

Anda mungkin juga menyukai