Anda di halaman 1dari 3

SOP DERMATITIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit : 02 Januari
2018
Halaman :1-2
Kepala Puskesmas
PUSKESMAS
SUKAINDAH
Karmo, S.Kep
Dermatitis adalah suatu respon kulit terhadap agen-agen, atas dasar
interaksi antara antigen dan antibody, dengan gejala subjektif pruritus,
1. Pengertian tampak inflamasi eritema, vesikula dan pembentukan sisik.
Penanganan dermatitis adalah langkah-langkah yang dilakukan
petugas dalam melakukan penatalaksanaan kasus dermatitis.
Sebagai acuan bagi petugas di dalam melakukan penatalaksaan
2. Tujuan kasus dermatitis numularis UPT Puskemas Cibuntu

SK Kepala Puskesmas Nomor Tahun tentang


3. Kebijakan Pelayanan Klinis.
PMK NOMOR 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
4. Referensi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesis.
Langkah-
a. Keluhan yang dirasakan pasien adalah:
langkah
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat
gatal, perih. Awal terjadinya keluhan, adanya riwayat alergi
pribadi dan keluarga, pencetus keluhan, keluhan hilang timbul
dan sering kambuh.
b. Faktor Risiko:
- Faktor usia
- Riwayat trauma fisis dan kimiawi
- Riwayat dermatitis alergi atau dermatitis atopik
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
a. Keluhan pasien seperti rasa gatal, perih dan munculnya ruam
berupa papula, nodula yang berbatas tegas dan berwarna
hiperemis (kemerahan)
a. serta meradang. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak
dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang
bervariasi.
b. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan,
termasuk punggung tangan

3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, karena manifestasi klinis jelas dan klasik.

4. Petugas menegakkan diagnosis.


a. Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis melalui hasil anamnesis, dan
pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
Dermatitis kontak, Dermatitis atopi, Neurodermatitis
sirkumskripta, Dermatomikosis
b. Komplikasi:
Infeksi sekunder

5. Petugas memberikan terapi


a. Topikal (2 kali sehari)
- Berikan terapi kortikosteroid topikal seperti Desonid krim
0,05% atau fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
- Pada manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi,
dapat diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1%
atau Mometason furoat krim 0,1%).
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
- Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per
hari selama maksimal 2 minggu.
- Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu.
Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan
- antibiotik topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas.

6. Petugas memberikan edukasi dan konseling


a. Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat kronis dan
berulang sehingga penting untuk pemberian obat topikal
rumatan.
b. Mencegah terjadinya infeksi sebagai faktor risiko terjadinya
relaps.

7. Petugas menuliskan ke dalam status rekam medis semua hasil


pemeriksaan dan terapi.
Petugas menulis ke dalam buku register
- Ruang Pemeriksaan Pemeriksaan Umum
6. Unit terkait - Ruang Pemeriksaan Lansia

Rekam Medis
7. Dokumen
terkait

8. Rekaman
No Yang di ubah Isi perubahan Tanggalmulai di
historis
berlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai