Anda di halaman 1dari 5

DERMATITIS IRITAN

No. : SOP/UKP/
Dokumen
SOP No. Revisi : 00
Tanggal : 02 APRIL 2020
Terbit
Halaman : 1/4

Dr.YOZA FADHILA
UPT
PUSKESMAS NIP.1986042620150
KARANG DAPO 42002

: - Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan


1. Pengertian
kulit non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara
langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI
dapat dialami oleh semua orang tanpa memandang usia,
jenis kelamin, dan ras, penyebab munculnya dermatitis
jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam,alkali,
dan serbuk kayu yang biasanya berhubungan dengan
pekerjaan.
- Keluhan di kulit dapat beragam, tergantung pada sifat
iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut, sedangkan
iritan lemah memberikan gejala kronis. Gejala yang
umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan timbulnya
bercak kemerahan pada daerah yang terkena kontak
bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih,
panas, dan terbakar.
Faktor Risiko
1. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan
iritan
2. Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu
3. Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli
bangunan, montir, penata rambut 4. Riwayat dermatitis
atopic
1. Dokter melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik Tanda patognomonis Tanda yang
dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya,
tergantung pada kondisi akut atau kronis. Selengkapnya
dapat dilihat pada bagian klasifikasi.
2. Dokter melakukan penegakan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor
tertentu, DKI dibagi menjadi:
1. DKI akut:
a.Bahan iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat (H2SO4)
atau asam klorida (HCl), termasuk luka bakar oleh bahan
kimia.
b. Lesi berupa: eritema, edema, bula, kadang disertai
nekrosis.
c. Tepi kelainan kulit berbatas tegas dan pada umumnya
asimetris.
2. DKI akut lambat:
a.Gejala klinis baru muncul sekitar 8-24 jam atau lebih
setelah kontak
b.Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI tipe ini
diantaranya adalah podofilin, antralin, tretionin, etilen
oksida, benzalkonium klorida, dan asam hidrofluorat.
c. Kadang-kadang disebabkan oleh bulu serangga yang
terbang pada malam hari (dermatitis venenata), penderita
baru merasa pedih keesokan harinya, pada awalnya
terlihat eritema, dan pada sore harinya sudah menjadi
vesikel atau bahkan nekrosis.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Keluhan dapat diatasi dengan pemberian farmakoterapi,
berupa:
a.. Topikal (2 kali sehari)
 Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
 Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak
tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim
0,025%)
 pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
golongan betametason valerat krim 0,1% atau
mometason furoat krim 0,1%).
 Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal.
b. Oral sistemik
 Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama
maksimal 2 minggu, atau
 Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
2. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari
bahanbahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat kimia,
mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH netral dan
mengandung pelembab, serta memakai alat pelindung
diri untuk menghindari kontak iritan saat bekerja.
Konseling dan Edukasi
1. Konseling untuk menghindari bahan iritan di rumah saat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
2. Edukasi untuk menggunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan dan sepatu boot
3. Memodifikasi lingkungan tempat bekerja.

: Sebagai acuan petugas untuk menegakan diagnosis dan


2. Tujuan
penatalaksanaan dematitis iritan
: Keputusan Kepala UPT Puskesmas Karang Dapo Nomor:
3. Kebijakan
800/SK/PKM/KRD/IV/2020 tentang kebijakan pelayanan
umum
: 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4. Referensi
HK..02.02 / Menkes / 514 / 2015 tentang panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitasi Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
2. Petunjuk teknis pelayanan Puskesmas pada masa
pandemi COVID – 19 Direktorat pelayanan kesehatan
kementerian Kesehatan 2020
: 1. Perawat memanggil pasien
5. Langkah-
langkah 2. Perawat pempersilahkan pasien duduk dengan nyaman
3. Perawat melaksanakan pengkajian awal
Untuk pasien baru dan kajian ulang untuk pasien
kunjungan ulang.
4. Perawat melakukan anamnesa sesuai keluhan pasien
5. Perawat melakukan pengukuran tanda tanda vital
(kesadaran tekanan darah,pemeriksaan nafas,suhu,dan
pemeriksaan nadi )
6. Perawat menimbang berat badan pasien
7. Perawat mempersilahkan pasien masuk ke ruang periksa
dokter
8. Dokter melakukan anamnesis
9. Dokter melakukan pemeriksaan fisik
10.Dokter melakukan penegakan diagnosis
11.Dokter melakukan hasil pemeriksaan ke dalam rekam
medis pasien
12.Dokter memberikan konseling dan edukasi mengenai
tension headacher kepada pasien dan menulis nya ke
rekam medis.
13.Dokter memberikan penatalaksanaan tension headacher
yang di tuliskan dalam rekam medis dan resep
14.Doketr memberikan resep kepada pasien
15.Perawat mempersilahkan pasien mengambil obat di
apotik.
:  Ruang pendaftaran
4. Unit Terkait
 Ruang poli umum
 Apotek
:
5. Dokumentasi
Terkait
: No Yang diubah Isi perubahan Tgl mulai diberlakukan
6. Rekaman
Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai