Anda di halaman 1dari 3

DERMATITIS KONTAK ALERGIK

No Dokumen ......./440/PKM KB/I/2018


No Revisi 00
SOP Tanggal Terbit 02 Januari 2018
Halaman 1/3

Pemerintah
UPT Puskesmas
Kabupaten
Kalibuntu
Cirebon dr. Mila Kusuma Hermastuti
NIP. 19780502 200701 2 007

1. Pengertian Dermatisis kontak alergik (DKA) adalah reaksi peradangan


kulit imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit
terjadi didahului oleh proses sensitisasi berupa alergen (fase
sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu. Bila
terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa,
periode hingga terjadinya gejala klinis umumnya 24-48 jam
(fase elisitasi).
No ICD 10 : L23 Alergic contact dermatitis
2. Tujuan Prosedur ini sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan
dan tata laksana pasien Dermatitis Kontak Alergik di
Puskesmas Kalibuntu Kecamatan Pabedilan.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. ….../……../PKM KB/I/2018 Tentang
Kebijakan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama, hal 567- 570
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis (Subjective), didapatkan:
Langkah-langkah Keluhan
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan dapat
disertai timbulnya bercak kemerahan.
Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak
dengan bahan-bahan yang berhubungan dengan
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang
dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di
keluarga
Faktor Risiko
1) Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh
bahan alergen.
2) Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu
tertentu.
3) Riwayat dermatitis atopik atau riwayat atopi pada
diri dan keluarga Iritasi kronik oleh rokok, minum
alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi
uap yang merangsang mukosa faring.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang
diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan
atau sesuai :
Tanda Patognomonis
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis
pada umumnya tergantung pada kondisi akut atau kronis.
Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di
ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam
tangan, dan seterusnya.
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan
yang bersifat alergen.
Pemeriksaan Penunjang : Tidak diperlukan
4. Petugas melakukan penegakan diagnostik (Assessment)
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan vital sign dan
pemeriksaan fisik.
5. Petugas memberikan penatalaksanaan :
Penatalaksanaan
1) Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
a. Topikal (2 kali sehari)
 Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
 Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan:
bila tidak tersedia dapat digunakan
Fluosinolon asetonid krim 0,025%).
 Pada kasus dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan Betametason valerat krim
0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
 Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
b. Oral sistemik
 Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari
selama maksimal 2 minggu, atau
 Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal
2 minggu.
2) Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko,
menghindari bahanbahan yang bersifat alergen, baik
yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai
sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari
kontak alergen saat bekerja.
6. Petugas memberikan Konseling dan Edukasi
1) Konseling untuk menghindari bahan alergen di rumah
saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
2) Edukasi menggunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan dan sepatu boot.
3) Memodifikasi lingkungan tempat bekerja.
7. Petugas melakukan rujukan jika ada indikasi (sesuai
kriteria rujukan) :
1) Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test.
2) Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu
setelah pengobatan standar dan sudah menghindari
kontak.
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk
diserahkan ke sub unit farmasi.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan, diagnose, terapi, rujukan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus
untuk di entry
11. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose
dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis kedata
simpus.
Jika terjadi pengulangan pemeriksaan penunjang
diagnostik, tindakan atau pemberian obat, petugas wajib
memberi tahu kepada petugas yang bersangkutan.

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Pemeriksaan Umum, Lansia

8. Histori Perubahan
Tangga Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai