Anda di halaman 1dari 3

SOP PENANGANAN PENYAKIT

DERMATIIS KONTAK IRITAN


440/ /UKP/PKM
No Dokumen :
BIES/2023
No Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : Februari 2023
Halaman : 1/3

PUSKESMAS dr.Gustina Fitri.M.K.M


BIES Nip:198008172014122001

Dermatitis adalah Merupakan reaksi peradangan kulit non-


imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului
oleh proses sensitisasi. DKI dapat dialami oleh semua orang tanpa
1. Pengertian memandang usia, jenis kelamin, dan ras. Penyebab munculnmya
dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asal alkali, dan serbuk
kayu yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi
2. Tujuan
petugas kesehatan dalam penangan/ penata laksanaan dermatitis.
Keputusan kepala Puskesmas Bies tentang penanganan penyakit
3. Kebijakan
diabetes tipe 2 Nomor 800/ /PKM BIES/2023.
Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomer
4. Referensi HK.01.07/Menkes/1136/2022 Tentang Pandu Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Anamnesa (Subjective)
Langkah- Keluhan :
langkah Perasaan gatal dan timbulnya bercak kemerahaan pada daerah yang
terkena kontak bahan iritan. Kadang diikuti oleh rasa pedih, panas,
dan terbakar.

Factor resiko
 Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan
iritan
 Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu
 Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli
bangunan, montir,dan penata rambut.
 Riwayat dermatitis atopik
Pemeriksaan (objektif)
Tanda patognomosis
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada
umumnya, tergantung pada kondisi aku atau kronis. Selengkapnya
dapat dilihat pada bagian klasifikasi.

Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang
bersifat iritan.

Diagnosis (Assesment)
Klasifikasi :
1. DKI akut
2. DKI akut lambat
3. DKI kumulatif/kronis
4. Reaksi iritan
5. DKI traumatic
6. DKI non eritematosa
7. DKI subyektif

Diagnosis Banding :
Dermatitis kontak alergi

Komplikasi :

Infeksi sekunder

Penatalaksanaan (Plan)
Terapi Farmakologi:
1. Topikal (2kali sehari)

 Pelembab krim hidrofilik urea 10%

 Kortikosteroid : desonid krim 0,05%

 Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis likenifikasi


dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason
valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%
2. Oral Sistemik

 Antihistamin hidroksisin 2x25 mg per hari selama maksimal 2


minggu, atauLoratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2
minggu.
Non farmakologi :
Konseling dan Edukasi :
1. Hindari bahan iritan di rumah saat mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
2. Edukasi untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan dan sepatu boot
3. Memodifikasi lingkungan tempat kerja Kriteria rujukan :
1. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test
2. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan
standard an sudah menghindari kontak.
Prognosis :
Pada umumnya bonam untuk kasus akut dan bisa menghindari
kontak. Pada kasus kumulatif dan tidak bisa menghindari
kontak, prognosisnya adalah dubia.

6. Diagram Alir -

7. Hal yang -
diperhatikan
1. Pandu Ptm
8. Unit Terkait
2. Rekam medis

9. Dokumen 1. Buku rekam medis


terkait

10. Rekaman Historis Perubahan

No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai