Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata
1. Pengertian uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans). Penyakit ini pada orang dewasa lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk
melakukan pengobatan pasien dengan diagnosa dermatitis numularis di tingkat pelayanan dasar.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor
P.10201/008/UKP/15-LU/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Pengkajian, Rencana asuhan, Pemberian asuhan dan pendidikan pasien/keluarga.
4. Referensi KMK RI NO HK.01.07/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur A. Alat dan Bahan
APD, Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter. B. Petugas 1. Petugas pelayanan C. Langkah –Langkah 1. Petugas melakukan anamnesis pada pasien dengan keluhan: Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan sering kambuh. Faktor Risiko Pria, usia 55-65 tahun (pada wanita 15-25 tahun), riwayat trauma fisis dan kimiawi (fenomena Kobner: gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama), riwayat dermatitis kontak alergi, riwayat dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis anak, stress emosional, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan dengan kelembaban rendah, riwayat infeksi kulit sebelumnya 2. Petugas melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik a. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas. b. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. c. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan.
Gambar Dermatitis numularis
4. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Diagnosis Banding Dermatitis kontak, Dermatitis atopi, Neurodermatitis sirkumskripta, Dermatomikosis Komplikasi Infeksi sekunder. 5. Penatalaksanaan 1) Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain. 2) Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu: a. Topikal (2 kali sehari) • Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama masing-masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi mengering. • Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu. • Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%). • Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas. b. Oral sistemik • Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. • Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. • Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas. KONSELING DAN EDUKASI 1. Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat kronis dan berulang sehingga penting untuk pemberian obat topikal rumatan. 2. Mencegah terjadinya infeksi sebagai faktor risiko terjadinya relaps. KRITERIA RUJUKAN: 1. Apabila kelainan tidak membaik dengan pengobatan topikal standar. 2. Apabila diduga terdapat faktor penyulit lain, misalnya fokus infeksi pada organ lain, maka konsultasi danatau disertai rujukan kepada dokter spesialis terkait (contoh: gigi mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk penatalaksanaan fokus infeksi tersebut.
/ 6. Diagram Alir Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien
Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
Petugas menegakkan diagnosis
Petugas memastikan ada tidaknya komplikasi
Petugas Melakukan penatalaksanaan
Petugas melakukan konseling dan edukasi
Petugas melakukan rujukan bila diperlukan
7. Hal-hal yang - perlu diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Ruangan Pemeriksaan umum
9. Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait 2. Buku Register 10.Rekaman Historis Perubahan
No. Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Diberlakukan
1. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Nomor P.10201/008/UKP/15-LU/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Pengkajian, Rencana asuhan, Pemberian asuhan dan pendidikan pasien/keluarga.
2. Referensi KMK RI NO HK.01.07/MENKES/
1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Perubahan pada Alat dan Bahan, 2. Prosedur Petugas yang melaksanakan dan langkah - langkah.