Anda di halaman 1dari 2

SPO

DERMATITIS NUMULARIS
No Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit : 5 Januari 2015
DERMATITIS Halaman : 1-2
NUMULARIS
Puskesmas Dr. Eva Elvita Syofyan
Simp. Sei. Duren 197109192001122002
Pengertian Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau
lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans).
Tujuan Meningkatkan pelayanan dalam diagnosis dan tatalaksana dermatitis
numularis
Kebijakan

Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)


- Keluhan Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan
sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan sering kambuh.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
Tanda Patognomonis
a. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0.3 1.0 cm),
berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas.
b. Tanda eksudasi, karena vesikel mudah pecah, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan.
c. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral,
atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi. Tempat predileksi
terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan.
Penegakan Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Rencana Penatalaksanaan (Plan)
Non Medikamentosa
- Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin
memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
Medikamentosa
- Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
1. Topikal (2x sehari)
Kompres terbuka dengan larutan PK (Permanganas Kalikus)
1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama masingmasing 15-
20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi
mengering.
Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid
krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon
asetonid krim 0.025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
2. Oral sistemik
Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama
maksimal 2 minggu
Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
3. Jika ada infeksi bakterial, diberikan antibiotik topikal atau sistemik
bila lesi luas.

Sarana dan a. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan KOH.


Prasarana
b. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Gram
Kriteria Rujukana a. Apabila kelainan tidak membaik dengan pengobatan topikal standar.
b. Apabila diduga terdapat faktor penyulit lain, misalnya fokus infeksi pada
organ lain, maka konsultasi dan/atau disertai rujukan kepada dokter spesialis
terkait (contoh: Gigi mulut, THT, obsgyn, dll) untuk penatalaksanaan fokus
infeksi tersebut.
Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Primer

Unit terkait Puskesmas Rawat Inap, Puskesmas Non Rawat Inap, Pustu, Poskesdes,
Polindes

Anda mungkin juga menyukai