Kode ICD X :
L20.8 Other atopic dermatitis
No.Dokumen : 186/SOP/UKP/19
No. Revisi :0
SOP Tanggal
: 28-01-2019
Terbit
Halaman :1/3
PUSKESMAS
H. NANAY H.SKM.,M.Mkes
KARANGKANCANA
NIP. 19691101 198903 2 003
Faktor resiko :
a. Pria.
b. Usia 55-65 tahun (pada wanita 15-25 tahun)
c. Riwayat trauma fisis dan kimiawi (fenomena Kobner:
gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama).
d. Riwayat dermatitis kontak alergi.
e. Riwayat dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis
anak.
f. Stress emosional.
g. Minuman yang mengandung alkohol.
h. Lingkungan dengan kelembaban rendah.
i. Riwayat infeksi kulit sebelumnya
Pemeriksaan fisik.
Tanda patognomonis
a. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0.3 – 1.0
cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan
berbatas tegas.
b. Tanda eksudasi, karena vesikel mudah pecah, kemudian
mengering menjadi krusta kekuningan.
c. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi
Predileksi : Tempat predileksi terutama di tungkai bawah,
badan, lengan, termasuk punggung tangan
1/3
Pemeriksaan Penunjang : -
Penatalaksanaan :
a. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang
mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di
organ lain.
b. Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
1. Topikal (2x sehari)
• Kompres terbuka dengan larutan PK
(Permanganas Kalikus)1/10.000, menggunakan 3
lapis kasa bersih, selama masing- masing 15-20
menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah)
sampai lesi mengering.
• Kemudian terapi dilanjutkan dengan
kortikosteroid topikal: Desonid krim 0.05%
(catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0.025%) selama
maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
golongan betametason valerat krim 0.1% atau
mometason furoat krim 0.1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau
sistemik bila lesi meluas.
2. Oral sistemik
• cetirizine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
3. Jika ada infeksi bakterial, diberikan antibiotik topikal
atau sistemik bila lesi luas.
Kriteria Rujukan :
a. Apabila kelainan tidak membaik dengan pengobatan topikal
standar.
b. Apabila diduga terdapat faktor penyulit lain, misalnya fokus
infeksi pada organ lain, maka konsultasi dan/atau disertai
rujukan kepada dokter spesialis terkait (contoh: Gigi
mulut, THT, obsgyn, dll) untuk penatalaksanaan fokus
infeksi tersebut.
Prognosis :
Prognosis pada umumnya bonam, apabila kelainan ringan
tanpa penyulit dapat sembuh tanpa komplikasi, namun bila
kelainan berat dan dengan penyulit, prognosis menjadi dubia ad
bonam.
6. Unit Terkait KIA, BP umum, Pustu
2/3
3/3