Anda di halaman 1dari 2

HERPES SIMPLEK

Kode ICD X : B00.9Herpesviral


infection, unspecified
No.Dokumen : 178/SOP/UKP/19

No. Revisi :0
SOP Tanggal
: 28-01-2019
Terbit

Halaman :1/2

PUSKESMAS
H. NANAY H.SKM.,M.Mkes
KARANGKANCANA
NIP. 19691101 198903 2 003

1. Pengertian Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I
atau tipe II, yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
mukokutan. Penularan melalui kontak langsung dengan agen
penyebab.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan dan pengobatan pasien
dengan kasus herpes simplek.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kaarangkancana
Nomor. 440/016/SK/PKM-KRC/2019 Tentang Standarisasi Kode
Klasifikasi Diagnosis Dan terminologi yang digunakan di UPTD
Puskesmas Karangkancana
4. Referensi  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di Pasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur Anamnesis
Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis
pada 90% kasus, biasanya ditemukan perioral. Pada 10%
sisanya, dapat terjadi gingivostomatitis akut.
Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah kontak seksual pada remaja
dan dewasa, menyebabkan vulvovaginitis akut dan atau
peradangan pada kulit batang penis. Infeksi primer biasanya
disertai dengan gejala sistemik seperti demam, malaise,
mialgia, nyeri kepala, dan adenopati regional. Infeksi HSV-2
dapat juga mengenai bibir. Infeksi rekuren biasanya didahului
gatal atau sensasi terbakar setempat pada lokasi yang sama
dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi mulai
dari 24 jam sebelum timbulnya erupsi.

Faktor resiko :
a. Individu yang aktif secara seksual.
b. Imunodefisiensi

Pemeriksaan fisik.
Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel berkelompok
dengan dasar eritem. Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh,
yang kemudian pecah, membasah, dan berkrusta. Kadang-
kadang timbul erosi/ulkus. Tempat predileksi adalah di daerah
pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung untuk HSV-
1, dan daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital untuk
HSV-2. Untuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada tempat
yang sama dengan lokasi sebelumnya.

1/2
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan
menemukan sel Tzanck
yaitu sel datia berinti banyak; meskipun pemeriksaan ini tidak
spesifik

Komplikasi :
a. Herpes simpleks ulserativa kronik.
b. Herpes simpleks mukokutaneus akut generalisata.
c. Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar adrenal, dan
sistem saraf pusat.
d. Pada ibu hamil, infeksi dapat menular pada janin, dan
menyebabkan neonatal herpes yang sangat berbahaya

Penatalaksanaan :
a. Terapi diberikan dengan antiviral : Asiklovir, dosis 5 x 200
mg/hari.
b. Pada herpes genitalis: edukasi tentang pentingnya
abstinensia Pasien harus tidak melakukan hubungan
seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal.
c. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin
dihindari oleh karena dapat menyebabkan Reye’s
syndrome

Kriteria Rujukan :
a. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
b. Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik
(imunokompromais).
c. Terjadi komplikasi.
d. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan
multifarmaka

Prognosis :
Prognosis umumnya bonam, namun quo ad sanationam adalah
dubia, karena terdapat risiko berulangnya keluhan serupa.
6. Unit Terkait KIA, BP, Pustu
7. Dokumen 1) Rekam medis
terkait 2) Resep
3) Register pasien
8. Rekaman NO Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
Histori diberlakukan
Perubahan

2/2

Anda mungkin juga menyukai