Anda di halaman 1dari 13

HERPES SIMPLEX

Disusun oleh :
• Neni Nurhaliza

• Julvina Adelia

• M. Rifcky Ramadhan
DEFINISI

Herpes Simplex adalah infeksi akut oleh


Virus Herpes Simplex tipe I atau tipe II yang
ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok diatas kulit yang eritematosa di
daerah mukokutan. Herpes Simplex disebut
juga Fever Blister, Cold Score, Herpes Febrilis,
Herpes Labialis, atau Herpes Pro-genitalis.
EPIDEMIOLOGI
HSV adalah penyakit yang sangat umum. Di Amerika
Serikat kurang lebih 45 juta orang memiliki infeksi HSV
(kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun).
Diperkirakan terjadi satu jutra infeksi baru setiap tahun.
Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui.
Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara
bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80%
orang dengan HIV juga terinfeksi Herpes Genital. Infeksi
HSV tipe II lebih umum pada perempuan. Di Amerika
Serikat kurang lebih satu dari empat perempuan dan
satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV tipe II. HSV Genital
berpotensi menyebabkan kematian pada bayi tyang
terinfeksi.
ETIOLOGI
Penyakit Herpes Simpleks disebabkan oleh
Virus Herpes Simpleks. Ada dua jenis Virus
Herpes Simpleks yang sering menginfeksi yaitu
HSV tipe I dan HSV tipe II.
HSV tipe I biasanya menginfeksi daerah
mulut dan wajah.
HSV tipe II biasanya menginfeksi daerah
genital dan sekitar anus. Biasanya menular
akibat kontak seksual.
PATOMEKANISME
MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi primer, gejala klinisnya berlangsung lebih lama dan
lebih berat yaitu sekitar 3 minggu dan disertai dengan gejala
sistemik, misalnya demam, malaise, dan anoreksia. Kelainan
klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok diatas kulit
yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan mengalami
ulserasi.
2. Fase laten, tidak ditemukan kelainan klinis tetapi HSV dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3. Fase rekuren, pada tahap in I HSV yang tidak aktif pada
ganglion dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu
(misalnya demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai
kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan
dan berlangsung sekitar 7-10 hari disertai gejala prodormal
lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pewarnaan Tzanck
Spesimen diperoleh daeri dasar blister yang segar dan telah ruptur, dan
pewarnaan dilakukan dengan spesimen diletakkan pada kaca objek dan
diwarnai dengan Giemsa atau pewarna lain yang mirip. Hasil pewaenaan
yang positif akan memperlihatkan efek dari HSV yaitu dengan
ditemukannya keratinosit dengan inti balon dan sel raksasa multinuklear
dengan perubahannya.
2. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Memberikan hasil yang cepat dan dapat membedakan HSV-I dan HSV-II.
Selain itu tes ini juga positif ketika spesimen diambil dari krusta dan
material yang berasal dari lesi dimana hasil tzanck sulit dinilai.
3. Tes Serologi
Tes serologi yang membedakan antara antibody HSV-I dan HSV-II sekarang
tersedia tetapi harus digunakan secara selektif. Serologi memiliki peran
berguna bagi pasien dengan ulserasi genital yang berulang dan herpes
dengan hasil kultur negatif,
PENATALAKSANAAN
Obat antivirus yang digunakan ialah :
1. Acyclovir, diminum 5 x 200mg perhari selama 7-
10 hari
2. Valacyclovir, diminum 2 x 500mg perhari selama
7-10 hari
3. Famcyclovir, diminum 3 x 250mg perhari selama
7-10 hari
Sedangkan, obat untuk mengurangi keluhan
(simptomatik), misalnya : analgesik untuk
meredakan nyeri.
PENCEGAHAN

Selama ini metode yang paling efektif


dalam mencegah infeksi adalah menghindari
kontak atau menggunakan barier yang
impermeable. Seseorang dengan herpes harus
berpantang dari aktifitas seksual dengan
pasangan yang tidak terinfeksi ketika lesi atau
simptom herpes muncul.
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder oleh bakteri.
2. Kekambuhan penyakit (sering terjadi)
3. Komplikasi pada daerah genital seperti : genital
neuralgia, struktur uretra, fusi dari labium, limpatik
supuratif.
4. Inkontinensia
5. Pada wanita dengan infeksi hsv-II primer dapat terjadi
aseptik meningitis encefalitis (jarang)
6. Pada wanita hamil virus dapat mengakibatkan
kerusakan dan kematian janin.
DIFERENSIAL DIAGNOSA

DD HSV-I
• Eritema multiforme

DD HSV-II
• Ulkus mole
• Sifilis primer
PROGNOSIS
Selama pencegahan rekurens masih
merupakan problem (psikologik). Pengobatan
secara dini dan tepat memberi prognosis lebih
baik (masa penyakit lebih singkat dan rekurensi
lebih jarang).
Pada orang gangguan imunitas (tumor di RES,
pengobatan imunosupresan yang lama, fisik
lemah) menyebabkan infeksi dapat menyebar ke
organ dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik
dengan meningkatnya usia pada orang dewasa.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai