Anda di halaman 1dari 4

DILAPORKAN SEGERAN

nfeksi HSV pada pasien immunokompromais, misalnya pasien HIV (Human Immunodeficiency Virus),
penerima transplantasi organ, penyakit keganasan, serta pasien yang mendapat terapi imunosupresif
jangka lama, akan sering mengalami kekambuhan dan episode infeksi memanjang.5 Sebuah penelitian
menunjukkan jumlah kunjungan penderita baru herpes genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual RSUD
Dr. Soetomo Surabaya tahun 2005-2007 (3 tahun) mempunyai kecenderungan peningkatan, perempuan
lebih banyak daripada laki-laki dengan rasio 1,96:1, umur terbanyak adalah 25–34 tahun, dan lebih
banyak dijumpai pada penderita yang sudah menikah. Prognosis herpes genitalis akan lebih baik bila
dilakukan pengobatan secara dini sehingga penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi lebih
jarang.6 2 Herpes genital penting pada layanan kesehatan karena penyakit ini mengakibatkan morbiditas
dan sering kambuh.5 1.2. Tujuan Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah: 1. Untuk memahami
tinjauan ilmu teoritis penyakit Herpes Genital. 2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah
didapatkan terhadap kasus Herpes Genital serta melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat dan
akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik. 1.3. ematosa.7 2.2. Epidemiologi Insiden herpes
genitalis tidak dapat dilaporkan secara pasti tetapi diestimasikan terdapat 500.000 kasus baru terjadi
tiap tahun. Menurut WHO (World Health Organization), diperkirakan 417 juta orang usia 15-49 tahun
(11%) di seluruh dunia terinfeksi HSV-2 pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi infeksi HSV2 diperkirakan
di Afrika (31,5%), diikuti oleh Amerika (14,4%). Lebih banyak perempuan terinfeksi HSV-2 dibandingkan
laki-laki, pada tahun 2012 diperkirakan bahwa 267 juta perempuan dan 150 juta laki-laki terinfeksi HSV-
2.8 Sebuah penelitian menunjukkan jumlah kunjungan penderita baru herpes genitalis di Divisi Infeksi
Menular Seksual RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2005-2007 (3 tahun) mempunyai kecenderungan
peningkatan, perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan rasio 1,96:1, umur terbanyak adalah
25–34 tahun, dan lebih banyak dijumpai pada penderita yang sudah menikah.6 2.3. Etiologi Herpes
genitalis disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV), yang merupakan anggota dari famili
herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV: - Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau
luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher. - Herpes simplex virus tipe II: umumnya
menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Sebagian besar kasus
herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan
kelainan yang sama. Pada umumnya 4 herpes genitalis yang disebabkan oleh HSV-2 penularannya
melalui vaginal atau anal seks. Namun pada HSV-1 penularan dapat menyebar melalui oral seks yang
memiliki cold sores pada mulut atau bibir.9 2.4. Patogenesis Virus herpes simpleks berinokulasi di
permukaan mukosa atau perlukaan kulit, biasanya melalui kontak seksual yang erat.3,10 Penularan
sering terjadi pada keadaan asimtomatik dan viral shedding asimtomatik. Viral shedding asimtomatik
terjadi baik pada perempuan atau laki-laki tetapi lebih mudah dideteksi pada perempuan terutama di
serviks dan vulva. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes,
terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi/replikasi, sehingga
menimbulkan kelainan pada kulit/mukosa. Pada saat tersebut tubuh belum membentuk antibodi
spesifik, sehingga timbul lesi di daerah yang luas dengan gejala konstitusi parah. Selanjutnya virus akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganglion sakralis), berdiam di sana
dan dalam keadaan laten.3 Bila ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi
kembali sehingga terjadi infeksi rekuren. Pada saat infeksi rekuren, dalam tubuh hospes sudah terdapat
antibodi spesifik sehingga kelainan dan gejala konstitusi tidak separah saat infeksi primer. Antibodi
spesifik VHS akan terbentuk beberapa minggu setelah infeksi dan menetap. Antibodi ini dapat dideteksi
dalam 2-3 minggu setelah infeksi. Faktor pencetus antara lain trauma, koitus berlebihan, demam,
kelelahan, obat-obatan (immunosupresif, kortikosteroid), dan beberapa kasus tidak diketahui
penyebabnya. Derajat penekanan sistem imun (immunokompromais) merupakan hal penting yang
mendasari reaktivasi VHS.11 2.5. Gejala Klinis Dari perjalanan klinisnya, infeksi HSV dapat dibagi menjadi
infeksi primer dan rekuren. Infeksi primer umumnya disertai dengan tanda sistemik, gejala lebih berat,
dan tingkat komplikasi lebih tinggi.4,12 5 Infeksi primer herpes genital terjadi setelah masa inkubasi 2-20
hari, paling lama 21 hari. Gejala berupa papul eritema yang nyeri, secara cepat berkembang menjadi
vesikel berisi cairan biasanya berkelompok. Vesikel mudah pecah, jika tidak pecah akan muncul inflamasi
dan berkembang menjadi pustul. Setelah vesikel pecah akan menjadi ulkus dengan dasar eritema.13
Infeksi rekuren memiliki gejala klinis lebih ringan, ulserasi ringan, gejala infeksi genitourinaria, lesi
asimtomatik, atau shedding virus tanpa terlihat lesi.14 Tabel 2.1. Perbedaan gambaran klinis herpes
genitalis primer pada pria dan wanita.4,12 Pria Wanita  Vesikel herpetik di prepusium, dan batang
penis, serta terkadang di skrotum, paha, dan bokong  Di area kering, lesi berkembang menjadi pustula
dan bernanah  Uretritis herpetik terjadi pada 30-40% pria, ditandai disuria berat serta sekret berlendir
 Pada orang yang melakukan hubungan seks per anal, daerah perianal, dan rektum bisa juga terkena,
sehingga timbul proktitis herpetik  Vesikel herpetik pada genitalia eksterna, labia mayora, labia minora,
vestibulum, dan introitus vagina  Di area lembab, vesikel pecah meninggalkan ulkus rapih dengan nyeri
tekan. Mukosa vagina biasanya meradang dan membengkak  Pada 70-90% kasus serviks ikut terkena,
ditandai oleh mukosa berulserasi atau nekrotik  Servisitis dapat menjadi manifestasi tunggal pada
beberapa pasien  Disuria akibat uretritis bisa sangat berat dan menyebabkan retensi urin. HSV-1 lebih
sering menyebabkan uretritis dibandingkan HSV-2 6  Virus dapat ditemukan dalam urin Tabel 2.2.
Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis rekuren pada pria dan wanita.4,12 Pria Wanita  Muncul
berupa 1 atau lebih kelompok vesikel pada bagian batang, prepusium, atau kepala penis  Uretritis
jarang terjadi  Nyeri biasanya ringan dan lesi akan menyembuh dalam 7-10 hari  Frekuensi dan tingkat
keparahan rekurensi akan berkurang seiring waktu  Vesikel ditemukan pada labia mayora, labia minora,
atau perineum  Lesi sering amat nyeri  Demam dan gejala konstitusional jarang terjadi  Lesi
menyembuh dalam 8-10 hari, shedding virus berlangsung selama 5 hari 2.6. Diagnosis Diagnosis dapat
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas, dan melalui pengambilan sampel
dari luka (lesi) untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis secara klinis ditegakkan dengan
adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren.15 Konfirmasi
pemeriksaan laboratorium harus dilakukan pada pasien dengan lesi yang secara klinis meragukan.
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah pemeriksaan tes Tzanck yang diwarnai dengan
pewarnaan Giemsa.16 Kulit atau mukosa dari lesi herpes yang diduga diambil dan ditempatkan pada
kaca objek. Dilihat dengan mikroskop cahaya untuk melihat adanya perubahan sitologi yang diinduksi
virus, termasuk karakteristik adanya sel raksasa berinti banyak. Tes Tzanck merupakan metode diagnosis
yang efisien dan murah. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. 15,16,17 7 Dalam
5 tahun terakhir, tes amplifikasi asam nukleat yaitu polymerase chain reaction (PCR) merupakan
pemeriksaan baku emas baru untuk mendeteksi VHS dalam spesimen genital. Hasil positif dilaporkan
dengan deteksi antigen DNA VHS dan penentuan VHS tipe-1 atau tipe-2. Hasil dapat diketahui pada hari
yang sama.7,16 2.7. Diagnosis Banding Diagnosis banding dari ulserasi labial primer dari herpes genitalis
adalah chancroid dan sifilis primer. Ulserasi chancroid, lesi yang nyeri, lunak, tidak ada indurasi, tepi
menggaung dengan kulit di sekitar ulkus berwarna merah, dasarnya kotor dan mudah berdarah,
multipel. Sifilis primer ditandai dengan lesi yang tidak nyeri, sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar
ulkus bersih dan berwarna merah, soliter (biasanya hanya 1 – 2 ulkus).1 2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1. Pengobatan profilaksis, yaitu meliputi
penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya, proteksi individual, serta menghindari faktor-faktor
pencetus.15,18 2. Pengobatan non spesifik, yaitu yang bersifat simptomatis.18 3. Pengobatan non
spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap HSV. Ada 3 obat antivirus yang efektif untuk HSV yaitu
Asiklovir, Valasiklovir, dan Famsiklovir.7 Asiklovir sangat selektif untuk sel terinfeksi karena mempunyai
afinitas tinggi terhadap enzim kinase timidin virus. Efek ini akan mengkonsentrasikan asiklovir
monofosfat dalam sel yang terinfeksi. Monofosfat kemudian dimetabolisme menjadi bentuk
trifosfatkinase aktif seluler yang akan mengganggu enzim polimerase DNA virus, sehingga menghambat
replikasi DNA. Valasiklovir bekerja dengan cara dikonversi dulu menjadi asiklovir, lalu berkompetisi
dengan deoksiguanosin trifosfat dari DNA polimerase virus untuk menghambat sintesis DNA dan
replikasinya. Famsiklovir bekerja dengan terlebih dulu 8 diubah menjadi metabolit aktifnya, yakni
pensiklovir, yang dapat menghambat sintesis/replikasi DNA virus.19 Semua pasien dengan episode
pertama sebaiknya diobati dengan obat antivirus oral. Pengobatan yang diberikan secara dini dapat
mengurangi gejala sistemik dan mencegah perluasan ke saluran genital atas.18 Tabel 2.3. Dosis obat
antiviral pada infeksi herpes genital. 19 Antiviral Dosis Asiklovir Herpes genital:  Terapi insial: 200 mg
per oral tiap 4 jam, 5 kali/hari, selama 7-10 hari, atau 400 mg per oral 3 kali/hari, selama 5-10 hari 
Terapi intermiten untuk rekurensi: 200 mg per oral tiap 4 jam, 5 kali/hari, selama 5 hari; mulai sedini
mungkin saat tanda/gejala rekurensi timbul Valasiklovir Herpes genital:  Terapi inisial: 1 g per oral tiap
12 jam selama 10 hari  Terapi episode rekuren: 500 mg setiap 12 jam selama 3 hari Famsikovir Herpes
genital:  Terapi episode primer: 250 mg per oral 3 kali/hari selama 5-10 hari  Terapi episode rekuren:
1000 mg per oral 2 kali/hari selama sehari, mulai diberikan 6 jam sesudah timbulnya gejala atau lesi 2.9.
Prognosis Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit
berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang. Pada orang 9 dengan gangguan imunitas, misalnya
pada penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan
yang lama atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar.20 10 BAB III STATUS
ORANG SAKIT IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. YSR Umur : 26 tahun Suku : Batak Alamat : Jl. Pasar Merbau
Dusun III, Paluh Manis, Gebang Agama : Kristen Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : Tamat SLTP
Status Pernikahan : Menikah Tanggal Masuk : 05 April 2021 Jam Masuk : 08.30 WIB ANAMNESIS
PENYAKIT Keluhan Utama : Gatal dan muncul lenting-lenting di kemaluan Telaah : Hal ini dialami pasien
sejak ± 1 minggu SMRS. Pasien mengaku awalnya terasa gatal di kemaluan, namun lama-kelamaan
muncul lentinglenting di sekitar kemaluan. Lenting-lenting awalnya kecil dan berisi cairan bening yang
disertai warna kemerahan di sekitarnya, namun lama-kelamaan semakin membesar dan berisi nanah
berwarna kekuningan dan kental. Pasien merasakan nyeri pada lenting-lenting tersebut terutama bila
disentuh atau terkena gesekan, dan sekarang pasien mengaku ada beberapa yang sudah pecah akibat
garukan. Demam dan adanya keluhan serupa sebelumnya disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal.
RPT : Tidak ada RPO : Tidak ada 11 PEMERIKSAAN FISIK STATUS PRESENS Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 98 x/menit Pernapasan : 20 x/menit Temperatur : 36,70C SpO2 :
100 % VAS : 7 STATUS GENERALISATA Kepala : Dalam batas normal Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor, kanan = kiri Telinga : Dalam batas normal Hidung :
Dalam batas normal Mulut Bibir : Dalam batas normal Lidah : Dalam batas normal Gigi geligi : Dalam
batas normal Tonsil/Faring : Dalam batas normal Leher : Struma tidak membesar Pembesaran kelenjar
limfa (-) Posisi trakea : Medial, TVJ : R-2 cm H2O Thorax Depan Inspeksi Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan paru 12 Palpasi Nyeri tekan : Tidak
dijumpai Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri Iktus : Tidak teraba Perkusi Paru Batas Paru Hati
R/A : ICS V / ICS VI Peranjakan : ± 1cm Jantung Batas atas jantung : ICS III, linea mid clavicularis sinistra
Batas kiri jantung : ICS V, 1 cm lateral linea mid clavicularis sinistra Batas kanan jantung : ICS V, linea
para sternalis dextra Auskultasi Paru Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru Suara
tambahan : (-) Jantung S1 (+) S2 (+) S3 (-) S4 (-), reguler Murmur : (-) Thorax Belakang Inspeksi : Simetris
fusiformis Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru Auskultasi :
Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru Suara tambahan : (-) Abdomen Inspeksi Bentuk :
Simetris Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat Vena kolateral : - Caput medusa : - 13 Palpasi Dinding
abdomen : Soepel, undulasi (-), shifting dullness (-) Hepar/Lien/Renal : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi Pekak hati : (-) Pekak beralih : (-) Auskultasi Peristaltik usus : Normoperistaltik Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-/-), oedem (-/-) Inferior : Akral hangat, CRT< 2
detik, clubbing finger (-/-), oedem (-/-) STATUS DERMATOLOGIS Lokasi : Labia mayor dan minor
Distribusi : Terlokalisir Efloresensi : Tampak vesikel berisi pus (nanah) dengan dasar eritema, bentuk
bulat, batas tegas, diameter ± 0,5 cm 14 Gambar 3.1. Tampak vesikel berisi pus pada labia mayor dan
minor. LABORATORIUM DARAH LENGKAP HASIL RUJUKAN Hemoglobin : 12 g/dl Lk: 13-18 g/dl; Pr: 12-16
g/dl Eritrosit : 5.12 juta/ul Lk: 4.5-5; Pr: 4-5 g/dl Leukosit : 8.300/ul 4.000-11.000/ul Hematokrit : 34.2 %
37-47 % Trombosit : 334.000 /ul 150.000-450.000/ul METABOLISME KARBOHIDRAT GDS : 84 mm/dl

Anda mungkin juga menyukai