Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan Herpes Genital

Kelompok 2
Nama Kelompok :
Nurhayati 2114201018
Annisah 2114201051
Khuratul Ain 2114201040
Utari Anggun Fauziah 2114201007
Fitri Nuraini 2114201026
Agmalia Fratiwi 2114201005
Farikha Indriyanti 2114201019
Davina Firdia Salama 2114201039
Ayu Siska Wahyuningsih 2114201052
Novita Fadillah Nasution 2114201012
Nadila Kapoor 2114201024
Pengertian
Herpes kelamin atau herpes genital adalah penyakit menular seksual
pada pria dan wanita, yang ditandai dengan luka lepuh di area
kelamin. Herpes genital merupakan suatu infeksi menular seksual
yang disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV) Dan menyebabkan
Ulkus genitalia.
Etiologi
Penyebab herpes genital adalah virus herpes simplex (HSV) yang sangat menular. Virus ini dapat berpindah
dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak langsung. Virus ini memiliki dua tipe, yakni:
 HSV tipe 1, tipe yang umumnya menyebabkan luka atau lecet pada daerah sekitar mulut. Tipe ini
ditularkan melalui kontak kulit, walaupun juga dapat menyebar ke daerah genital saat melakukan oral
seks.
 HSV tipe 2, tipe yang umumnya menyebabkan herpes genital. Tipe ini ditularkan melalui kontak seksual
maupun kontak kulit, meskipun seseorang tidak memiliki luka terbuka pada tubuhnya.
Herpes genital ditularkan melalui hubungan intim (vaginal, anal, atau oral) dengan orang yang terinfeksi.
Meskipun pengidap herpes genital tidak menunjukkan gejala, mereka tetap dapat menularkan penyakit
ini ke orang lain. Pada kasus yang jarang terjadi, herpes (HSV-1 dan HSV-2) bisa ditularkan dari ibu ke
anak selama persalinan dan menyebabkan herpes neonatal.
Namun, penting untuk diketahui, herpes tidak bisa ditularkan melalui dudukan toilet, tempat tidur atau di
kolam renang. Kamu juga tidak akan tertular penyakit tersebut dari menyentuh benda, seperti peralatan
makan, sabun atau handuk.
Patofisiologi
Patofisiologi herpes genital dimulai dari infeksi virus HSV ke dalam tubuh. Infeksi HSV 1 dapat terjadi
apabila terdapat kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, sedangkan HSV 2 terjadi melalui hubungan
seksual. Virus dapat menetap di sistem saraf tepi atau menjadi infeksi laten dan suatu waktu dapat mengalami
reaktivasi.

 Infeksi Primer
- Virus herpes masuk kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, sama seperti virus herpes pada
penderita herpes simpleks. Glikoprotein yang berasal dari membran virus akan mengikat reseptor pada
sel inang yang selanjutnya memulai fusi antara sel dan membran virus.
- Virus kemudian melepaskan kapsid dan tegumen yang mengandung DNA ke dalam sitoplasma sel inang.
Setelah masuk ke sitoplasma, kapsid dibawa ke nukleus melalui interaksi dengan minus-end-directed
microtubule motor protein dynein. Selama masuk dan transit ke nukleus, banyak tegument terlepas dari
kapsid. Kapsid yang sebagian tegumennya telah terlepas mengikat kompleks pori nuklir inang kemudian
melepaskan DNA melalui proses uncoating.
- Replikasi HSV terjadi di dalam inti sel dan membentuk singular DNA. Pada fase transkripsi, virus akan
membentuk 2 jenis mRNA yaitu immediate-early dan latency-associated transcript (LAT). Immediate-
early ditranslasikan untuk membentuk protein yang mengawali infeksi litik sedangkan LAT membentuk
protein untuk infeksi laten.
Lanjutan…
- Hasil translasi dari immediate-early membentuk protein-protein yang membentuk virus,
seperti kapsid, tegument, serta glikoprotein. DNA yang digandakan oleh replisome akan
disusun lagi membentuk virus-virus baru dengan mengambil membrane sel inang.
Sementara hasil translasi LAT membentuk protein yang berfungsi menjaga DNA virus tetap
berada dalam sel inang.
- Secara klinis pada fase awal, terjadi prodrom beberapa jam hingga beberapa hari. Jaringan
epitel yang rusak menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh kemudian terjadi transfer DNA
melalui akson menuju ganglion sensorik sumsum tulang belakang dan menetap di sana
dalam keadaan dorman. Aktivasi kembali terjadi ketika virus bermigrasi melalui akson
menuju ke kulit dan mukosa dan dikenal dengan sebutan viral shedding dan tidak jarang
pasien asimptomatik dapat menginfeksi pasien oleh karena viral shedding ini.
 Infeksi Laten
- Interaksi antara virus dengan sistem imun inangnya sehingga menyebabkan terjadinya
infeksi laten belum diketahui dengan baik mekanismenya. Ketika terjadi infeksi, HSV
melakukan downregulation ekspresi CD1d di permukaan sel dan menekan fungsi dari
sel natural killer T (NKT). Downregulation ini dapat terjadi karena adanya serin/
threonine protein kinase US3 yang dihasilkan oleh HSV.
Tanda dan Gejala
Beberapa gejala herpes genital, antara lain:
 Luka yang terbuka dan terlihat merah tanpa disertai rasa nyeri atau gatal.
 Sensasi rasa nyeri, gatal, atau geli di sekitar daerah genital atau daerah anal.
 Luka melepuh yang kemudian pecah di sekitar genital, rektum, paha, dan bokong.
 Rasa nyeri saat membuang air kecil.
 Nyeri punggung bawah.
 Demam.
 Kehilangan nafsu makan.
 Kelelahan.
 Terdapat cairan yang keluar dari vagina.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:
 Kultur virus, yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau bagian kecil dari luka herpes untuk
diperiksa di laboratorium.
 Polymerase Chain Reaction (PCR), dengan mengambil sampel darah, jaringan luka, atau cairan tulang
belakang, untuk melihat keberadaan DNA serta tipe dari HSV.
 Pemeriksaan darah, untuk mengamati adanya antibodi terhadap HSV dan mendeteksi adanya infeksi herpes
pada masa lalu.
 Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zostes dan herpes
simplex.
 Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody :untuk membedakan diagnosis herpes
 Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di kulit
 Pemeriksaan histopatologik
 Pemeriksaan mikroskop electron
 Identifikasi anti gen /asam nukleat VV
 Deteksi antybodi terhadap virus
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya herpes genital adalah kontak langsung dengan kulit dan
cairan tubuh pasien dan kontak fisik dengan luka yang timbul karena pecahnya lesi
vesikular. Selain itu, melakukan hubungan seksual yang berisiko, yaitu berganti-
ganti pasangan, melakukan hubungan seksual vaginal maupun anal tidak
menggunakan kondom, dan melakukan hubungan seksual secara oral. Selanjutnya,
ibu hamil dengan HSV-2 berpotensi menularkan virus ke anak pada saat proses
kelahiran normal.
Edukasi Pasien
Edukasi dan promosi kesehatan perlu dilakukan pada herpes genital karena
pemberian obat secara teratur serta perubahan perilaku merupakan kunci agar
penyakit tidak mudah kambuh dan penularan penyakit mampu dicegah. Pasien perlu
diedukasi tentang pemberian obat yang teratur khususnya untuk pasien yang
menjalani terapi imunosupresif. Pemberian obat dalam jangka panjang memerlukan
ketelatenan dan kesadaran pasien agar konsumsi obat terus berlanjut sesuai dengan
jangka waktu yang diberikan.
Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Tanggal MRS : 10-05-15
Sumber informasi : Klien dan Keluarga
Ruang / kelas : Cendrawasih / I
Tgl Pengkajian : 10-05-15
Dx Medis : Herpes Simplex

1. Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia berwarna kemerahan
pada kulit kemudian di ikuti gelembung gelembung berisi cairan

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, pasien juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal
biasanya diolesi minyak kayu putih bisa hilang dengan sendirinya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes menyerang daerah genetalia dan sekitarnya. Dua minggu
yang lalu penyakitnya kambuh tapi sekarang sudah sembuh.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan TTV

• Tekanan Darah : 120/80 mmHg,


• Nadi : 82 kali/menit,
• RR : 24 kali/menit,
• Suhu : 38,6 0C
b. Pemeriksaan B1 – B6
B1 ( Breathing )
Paru – paru
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
 
B2 ( Blood )
Jantung
inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Teraba normal
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Normal (S1 S2 tunggal)
 
B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
 
B4 ( Bladder )
BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh
daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluan.
 
B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, tidak ada massa
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( + )
 
B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah. Kulit lembab, turgor baik, tidak terdapat
pitting edema, warna kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
6 Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari (porsi makan +/- 7-8 sendok makan) ditambah makanan ringan serta minum 8
gelas/ hari (1500ml/hari). Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan nafsu makan. Di rumah sakit pasien
masih dapat menghabiskan porsi makannya.
c. Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien
merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk
tidur karena merasakan nyeri dan gatal pada daerah tubuh teutama kulit

e. Pola Persepsi Dan Kognitif


Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
6 Pola Aktivitas Sehari-hari
f. Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi aktivitasnya karena pasien merasakan
nyeri saat berjalan.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima segala kondisinya saat ini.
h. Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan dengan sang suami.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Selama sakit pola
seksualitas terganggu.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus memerlukan suatu usaha dan
tak lupa untuk terus berdoa.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b.d agent cedera biologis


Hipertermi b.d proses penyakit
Kerusakan Integritas Kulit b.d faktor mekanik
 
Kasus
Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal
10 Mei pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh
suaminya. Ny. R mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah
gelembung cair pada daerah genetalia. Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal
selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu
mengatakan pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar.
Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status
emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24
kali/menit, suhu 38,6 0C, terdapat vesikel yang multipel di daerah mulut dan
kulitnya. Leukosit < 4000/mmk
Analisis Data
1.
2.
3.
1. Rencana Asuhan Keperawatan
3. Pelaksanaan/Implementasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai