Anda di halaman 1dari 11

konsep materi

1. Etiologi
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe 1 dan tipe 2. HSV berukuran 90-150
nm, mengandung inti asam nukleat DNA yang
diselubungi protein coat atau capsid yang bersama
sama disebut  nucleocapsid diselubungi lagi oleh
kapsul lipoprotein yang disebut envelope, yang
berasal dari virus serta membrane sel hospes.
Genom-genom HSV-1 mirip dengan HSV-2
dalam pengaturan dan tampilan substansi yang homolog. Genital herpes adalah penyakit
menular seksual yang menimbulkan lepuhan di kemaluan wanita/pria.. Penyakit ini
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) yang umumnya disebarkan melalui hubungan
seks vagina, oral, dan anal.dengan tipe yang berbeda. Genital herpes disebabkan oleh dua tipe
HSV, yakni tipe I dan tipe II. HSV tipe I lebih banyak terjadi di mulut (cold sores) dan HSV
tipe II di kemaluan. Kedua virus ini juga dapat menginfeksi hidung, tangan dan jari.
Herpes ditularkan melalui sentuhan kulit seseorang yang mengidap HSV atau bisa
melalui sentuhan saat berhubungan seks. Cold sores (luka lepuhan) di mulut dapat
menginfeksi kemaluan sewaktu seks di mulut. Hal ini bisa terjadi meski orang yang terinfeksi
tidak mengalami gejala apapun. Virus ini menyebar melalui bagain yang lembap dari dinding
genital mulut, dan anus. Selain itu, virus ini juga bisa menyebar melalui luka herpes dan bisa
terjadi di sekitar mulut, mata,dan bagian tubuh lain.
Herpes genital tidak bisa menyebar melalui benda perantara. Virus tidak akan sanggup
bertahan lama jika terlepas dari kulit. Peralatan seperti handuk, alat makan, dansikat gigi
biasanya tidak bisa menjadi perantara penyebaran virus ini. Herpes genital sangat mudah
menular. Setelah terinfeksi, tubuh penderitanya akan selamanya memiliki virus ini. HSV bisa
bersifat laten untuk beberapa waktu sebelum menjadi aktif lagi. Inilah yang menyebabkan
herpes genital bisa kambuh.

2. Patogenesis (masa inkubasi dan penularan)


Herpes Simplex Virus ini didapat melalui kontak seksual dengan sesorang yang terinfeksi
melalui mulut, vagina atau oral seks. Virus ini bisa menyebar meskipun penderita tidak
merasakan ada gejala (asymptomatic) dan bisa ditularkan melalui ibu yang sedang
mengandung, namun kejadian ini sangat langka. Pada infeksi awal, HSV memasuki tubuh
melalui permukaan kulit atau mukosa dan mengalami replikasi sistolitik di sel epitel yang
dimasuki virus. Virion dalam sel epitel terlihat secara histologist sebagai intranuclear inklusi,
dan HSV menginduksi sel untuk memadukan dan membentuk sel-sel raksasa berinti.
Kerusakan sel di kulit menyebabkan sel-sel epitel untuk melepaskan lepuhan berisi cairan
yang mengandung debris seluler, sel-sel iflamasi, dan virion progeny. Respon inflamasi
terjadi saat HSV menembus melalui dermis dan masuk ke ujung saraf sensori perifer.
Beberapa replikasi virus terus terjadi
di jaringan saraf. Pada infeksi
awal, HSV juga menyebar melalui
sistem limfatik ke kelenjar getah
bening lokal dan regional. Pada
orang imunokompeten,
penyebaran virus dibatasi oleh
imunitas humoral dan sel-
dimediasi.

Ibu yang sedang mengandung dan pertama kali terkena HSV memberikan resiko yang
lebih besar untuk menularkan virus ke bayinya dibanding ibu yang recurrent terhadap HSV..
Selain itu ibu hamil yang pertama terkena virus herpes tidak mempunyai kekebalan tubuh yang
optimal untuk perlindungan bayi. Padahal ketika melahirkan tubuh bayi akan bersinggungan
dengan alat kelamin ibu yang dapat membuatnya tertular. Penyakit herpes pada ibu hamil akan
berisiko meningkatkan keguguran. Kondisi dimana virus herpes akan masuk ke dalam saluran
plasenta dan menyebabkan keguguran meskipun demikian kasus terjadinya keguguran pada ibu
yang mengalami herpes jarang terjadi. Ibu hamil yang mengalami herpes harus dilakukan
pemeriksaan secara rutin untuk mengamati perkembangan herpes dan juga diberikan antivirus.
Terlebih ketika ibu hamil melakukan persalinan normal melalui jalan lahir. Bayi akan tertular
menyebabkan virus yang serius ketika bayi bertumbuh dewasa. Tanda-tanda infeksi pada bayi
muncul saat usia dua hingga tiga minggu, berupa vesikula kulit, demam, kejang, pneumonitis,
dll. meskipun kemajuan dalam diagnosis dan pengelolaan herpes neonatal, morbiditas dan
mortalitas tetap tinggi. Berikut bahaya penyakit herpes bagi ibu hamil, seperti janin menderita
penyakit yang sama, menginfeksi jalan lahir ketika persalinan normal, keguguran, cacat, radang
otak, kerusakan Syaraf mata, dll
Periode inkubasi virus ini
umumnya selama 4 hari dan ada
yang berkisar 2 hingga 12 hari.
Gejala yang ditimbulkan oleh
HSV I sama dengan HSV II.

Infeksi HSV diduga tidak membunuh


sel melainkan akan mempunyai masa
latent yang panjang di saraf ganglion
untuk menginfeksi orang. Genom HSV
dipertahankan dalam keadaan latent
dengan beberapa protein namun tanpa
replikasi aktif atau cytotoxicity. Studi
menunjukkan bahwa kemampuan virus untuk menghindar dari penyerangan
antibody/kekebalan tubuh diberikan oleh Sel-sel T sitotoksik yang memiliki peran dalam
menjaga masa laten. Herpes kelamin bisa kampuh kembali ketika sistem pertahanan tubuh
lemah. Penyakit, kelelahan, stress, haid atau aktivitas seksual dapat mencetus kambuhnya
herpes, tapi dapat juga terjadi tanpa sebab. Biasanya timbul pada bagian tubuh yang sama
seperti serangan pertama namun lebih pendek dan lebih ringan. Beberapa orang yang
terinfeksi hanya menderita satu episode saja.

3. Gejala dan Tanda


Banyak penderita yang tidak memiliki gejala karena virus ini mampu bersembunyi di dalam
tubuh atau bersifat laten. Virus ini bersembunyi dari kekebalan tubuh di dalam sel-sel saraf.
Ketika kambuh, virus akan aktif dan bergerak menuju kulit melalui saraf hingga
menyebabkan luka baru. Untuk penderita baru yang terinfeksi herpes mungkin tidak akan
memperlihatkan adanya gejala-gejala akibatnya penderita tidak tahu bahwa dirinya telah
terinfeksi HSV. Hejala-gejala herpes genitasl biasanya berupa :
 Merasa kurang sehat dengan gejala flu, demam, kelelahan, sakit kepala, nyeri di punggung
bawah, bawah kaki atau pangkal paha.
 Kulit memerah (Prodrom) diikuti dengan pedih di bagian kulit tertentu, kesemutan atau
gatal di daerah kelamin atau dubur. Penderita merasakan rasa sakit yang parah di kulit
tersebut.
 Peradangan dan pembengkakan. Gejala ini timbul akibat tidak adanya pengobatan segera
maka daerah tersebut cenderung membengkak dan meradang.
 Kulit melepuh. Selang 1 atau 2 hari gejala ini muncul berkembang menjadi lepuhan kecil
berisi cairan. Lepuhan ini sangat sakit jika disentuh dan biasanya terjadi selama dua hari.
 Luka dan Berair. Gejala ini merupakan gejala paling menyakitkan dan paling menularkan
virus herpes. Karena cairan pada luka akan pecah dan menyebarkan virus apabila terjadi
kontak sentuhan dengan penderita
 Scabbing atau Crusting. Memasuki fase penyembuhan.Ulkus yang basah akan mengering
dan akhirnya mengeras. Kulit baru akan berkembang di bawah kerak ulkus kering. Gejala
ini terjadi selama 2-3 hari.
Bagaimana dengan gejala saat Herpes kelamin kambuh ? Tanda dan gejala herpes saat
kambuh biasanya lebih ringan dari pada gejala saat pertama kali terkena. Merasakan
kesemutan, lepuhan dan luka kecil lebih sedikit, tidak begitu sakit dan sembuh lebih cepat.
Lepuhan tersebut biasanya muncul di bagian tubuh yang sama seperti sebelumnya atau di
tempat sekitarnya.

4. Pengobatan
HSV tidak bisa disembuhkan namun tujuan dari pengobatan herpes kelamin adalah untuk
meringankan rasa sakit, dan mencegah replikasi virus. Pengobatan lebih baik dilakukan saat
mengalami gejala awal. Terdapar 3 obat untuk penyakit herpes kelamin, yakni :
1) Acyclovir
Asiklovir adalah antivirus yang sangat ampuh melawan virus herpes, meskipun tidak bisa
menyembuhkan secara tuntas. Umumnya obat ini digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit seperti  seperti varicella zoster atau cacar air, serta infeksi herpes simpleks.
Acyclovir juga bisa dioleskan pada daerah mulut yang mengalami sariawan karena
serangan virus herpes. Obat ini pun dapat dioleskan di bagian mata apabila terjadi infeksi
herpes simpleks pada mata. Pemberian asiklovir harus dimulai sedini mungkin, untuk
rekuren(kambuh) sebaikya diberikan pada periode mulai terjadinya lesi pertama. Efek
samping pada obat ini berupa timbulnya ruam dikulit, gangguan pencernaan seperi mual,
muntah, diare, dan sakit perut.
2) Famsiklovir
Berfungsi untuk menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Waktu paruh obat ini lebih
panjang (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis hanya satu kalu dalam
sehari. Obat ini di metabolism tubuh lebih baik.
3) Valasiklovir
Obat yang lebih baru, valasiklovir, sebetulnya memakai asiklovir sebagai kandungan
aktifnya. Bentuk ini menyediakan asiklovir dengan cara yang lebih efisien sehingga tubuh
kita dapat menyerap lebih banyak obat. Manfaat ini adalah penderita dapat memakainya
lebih sedikit kali dalam sehari.
Pengobatan sederhana juga bisa dilakukan untuk HSV-1 seperti kmur2kumur dengan
antiseptic misalnya klorheksidin 3-4kali/hari. Untuk Herpes genital larutan betadi atau
kaliaum-permanganat untuk direndam dengan cara duduk di bak kecil/ember 3 kali sehari
Pemeriksaan Laboraturium Herpes Genitalis
a) Hispatologis
Melihat kondisi jaringan apakah terdapat perubahan abnormal pada jaringan. Teknik
pemeriksaan ini bergunan untuk mendeteksi adanya komponen pathogen yang bersifat
infektif melalui pengamatan secara mikroanatomi. Hispatologis dapat dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan atau dengan mengamati jarigan.
b) Pemeriksaan serologis (ELISA dan tes POCK)
ELISA mendeteksi apakah ada antibodi HSV-1 dan HSV-2. Sedangkan tes POCK
dilakukan untuk HSV-2 yang mempunyai sesnsitivitas yang tinggi.
c) Kultur Virus
Diperoleh dari specimen pada lesi yang dicurigai herpes pada stadium awal infeksi.
Spesimen diambil dari vesikel atau pustule.

5. Faktor yang mempengaruhi penyakit


Melakukan seks secara berganti-gantian dan tidak menggunakan kondom, melakukan
seks anal atau oral, dan tidak menjaga kebersihan kemaluan merupakan faktor resiko terkena
Herpes Simpex Virus. HSV-2 umumnya tertular ketika berhubungan seks melalui kontak
kulit, permukaan kelamin, lepuhan atau cairan dari seseorang yang terinfeksi virus ini.
Penderita HSV-2 dan HIV telah terbukti saling mempengaruhi satu sama lain. HSV-2
dapat meningkatkan resiko tertular infeksi HIV sebanyak tiga kali lipat. Orang HIV (dengan
individu immunocompromised lainnya) yang menderita HSV-2 sering memiliki presentasi
lebih parah dan lebih sering kambuh dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius namun
jarang terjadi seperti meningoencephalitis, esofagitis, hepatitis, pneumonitis, nekrosis retina,
dan lain-lain.
6. Pencegahan ( primer, sekunder, tersier)

Pencegahan Primer
- Melakukan promosi kesehatan tentang penyakit Herpes Genitalis
- Menjaga kebersihan alat kelamin untuk mengurangi perpindahan bahan-bahan
infeksius.
- Menggunakan kondom ketika berhubungan seks
- Menjaga kondisi tubuh tetap fit agar tidak terjadi recurrent infection
- Cuci tangan dengan sabun sehabis menyentuh gelembung herpes/gunakan sarung
tangan
Pencegahan Sekunder
- Melakukan uji skrining disertai diagnose dini
- Menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucuinya dengan sabun dan
air bersih lalu dikeringkan.
- Mengoleskan krim anti virus seperti Idoksuridin untuk mengurangi penyebaran ke
kulit sekitarnya.
- Disarankan untuk melakukan operasi Cesar sebelum ketuban pecah pada ibu yang
terinfeksi herpes primer pada trimester akhir.
-
Pencegahan Tersier
- Mengkonsumsi obat antiviral secara continue hingga sembuh (gejalanya sudah
berhenti)
7. Epidemiologi secara umum
(Picture 1.  Global estimates of the incidence of the herpes simplex virus type 2 infection, in
2003
Pada tahun 2012 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa dua pertiga populasi
di dunia yakni lebih dari 3,7 miliar orang di bawah 50 tahun mengidap virus herpes-1 (HSV-
1) yang sangat menular, yang bisa menyebabkan cold sore atau luka yang berisi cairan di
sekitar mulut. Sementara itu, sekitar 417 juta orang dengan rentang usia 17 hingga 49 tahun
mengidap penyakit herpes tipe 2 yang menyebabkan herpes genital. Dugaan kejadian infeksi
HSV-2 tertinggi di Afrika sebanyak 31,5% diikuti di Amerika Utara sebanyak (14,4%)
dengan penderita rata-rata usia remaja hingga dewasa. Perempuan lebih banyak terinfeksi
HSV dibanding laki-laki. Ditahun yang sama, 267 ribu perempuan dan 150 ribu laki-laki
yang terinfeksi. Hal ini dikarenakan penularan HSV lebih efisien dari laki-laki ke
perempuan daripada dari perempuan ke laki-laki.
8. Epidemiologi di Indonesia
Sebuah studi laboratorium pada insiden herpes simpleks okular infeksi virus dilakukan di
Jakarta pada tahun 1997. Sebanyak 479 spesimen yang dikumpulkan dari pasien secara klinis
didiagnosis dengan herpes simpleks okular infeksi virus diperiksa di Departemen Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. Sejumlah 409 (85,39%) dari jumlah total
479 spesimen menunjukkan herpes simpleks positif infeksi virus. Pasien tertua beumur 18 tahun,
sedangkan pasien tertua berusia 62 tahun. Jumlah terbesar pasien herpes okular diteliti jatuh di
bawah usia 18 dan 30 tahun dari 332 pasien. Verifikasi distribusi jenis kelamin dari semua pasien
yang diteliti, yang menderita herpes simpleks okular infeksi virus menunjukkan bahwa pasien
laki-laki yang lebih umum daripada perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian skripsi oleh Siaga Fatmuji (2011) di RSUD Tangerang tahun
2011, prevalensi Herpes Simplex pada penderita PMS di RSUD tangerang periode 2010-2011
adalah 6,22%. Pola demografi herpes simplex di RSUD Tangerang didominasi oleh perempuan
sebanyak 52,6%.

Daftar pustaka
1. Genital herpes nzshs.org http://nzshs.org/docman/guidelines/management-of-sexual-
health-conditions/159-genital-herpes-patient-information/file
2. Kimberlin DW, M.D., Rouse, Dwight J,M.D., M.S.P.H. Genital Herpes. N Engl J Med
2004 May 06;350(19):1970-7.
3. Gupta R, Warren T, Wald A. Genital herpes. The Lancet 2008 Dec;370(9605):2127-37
4. https://www.deherba.com/manfaat-obat-acyclovir-dan-efek-sampingnya.html [diakses
pada 9 April 2016 pukul 17.04
5. Martodihardjo S. Penanganan herpes Zoster dan herpes progenitalis. Dalam : Berkala
ilmu penyakit kulit & kelamin Airlangga periodical of dermato-venereology. vol
13 No.3 Des 2001. Surabaya:Airlangga University press 2001. p 161-163.
6. No name. Herpes simplex virus. World Health Organization. 2016 January. [available on
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs400/en/]
7. Badan Litbang Kesehatan. Incidence of Ocular Herpes Simplex Virus Infection in Jakarta
(A Laboratory Study) . [cited April 10 2016] Available from :
http://newsdaily7.com/app/?&t202id=300051&t202kw=newwwcpa&match=&c3=
8. http://www.medscape.org/viewarticle/480233_2 [cited April 10 2016]
9. http://hamil.co.id/kehamilan/kesehatan-bumil/bahaya-herpes-bagi-ibu-hamil [citev April
10 2016]
10. Sugeng, Ucke Sastrawinata.2008. Virologi Manusia Jilid 2. Bandung: P.T. Alumni
11. Looker, P Garnet, Schmid P, An Estimate of the Global Prevalence and Incidence of
Herpes Simplex virus type 3 Infection. Bulletin of the World Health Organization.
2008 Oktober (86):737-816
12. Studi P, Dokter P, Kedokteran F, Ilmu DAN, Islam U, Syarif N. Prevalensi Penderita
Herpes Simpleks Di Rsud Tangerang Periode. 2011;
13. Spiritia Y. Pengobatan untuk herpes Pengobatan untuk herpes kelamin. 1985;1–3.
14. Group BMJ. Genital herpes. 2012;(July):1–4.
15. Studi P, Dokter P, Kedokteran F, Ilmu DAN, Islam U, Syarif N. Prevalensi Penderita
Herpes Simpleks Di Rsud Tangerang Periode. 2011;
16. healthdirect Australia. Genital Herpes. 2015; Available from:
http://www.healthdirect.gov.au/genital-herpes
17. Purnamawati D. Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Wanita
Pekerja Seksual Langsung. J Kesehat Masy Nas. 2013;7(11):514–21.

Anda mungkin juga menyukai