Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus, kelompok virus
Herpes, termasuk virus sedang berukuran 140 200 nm dan berinti DNA. Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan lingkungan pH yang tinggi. 2,3,5,7
EPIDEMIOLOGI Herpes zoster hanya terjadi pada individu yang pernah mengalami infeksi virus varisela zoster primer. Penularan zoster dapat secara kontak langsung dengan lesi aktif penderita herpes zoster. Bila seluruh lesi sudah menjadi krusta pasien tidak lagi infeksius. Penularan melalui sekresi pernafasan mungkin terjadi pada individu imunokompromais dari pasien herpes zoster aktif. Pada seseorang yang tidak pernah mengalami infeksi VVZ primer atau imunokompromais akan rentan tertular virus tersebut dari seseorang dengan herpes zoster dan bermanifestasi sebagai varisela. 1,5
Insiden pada pria dan wanita sama banyaknya. Penderita herpes zoster biasanya pada dewasa, kadang-kadang juga pada anak-anak. Penyakit ini terutama pada orang dewasa diatas 50 tahun, walau sekitar 5 10 % mengenai anak-anak. Insidensinya meningkat sesuai pertambahan usia. Menurunnya imunitas seluler karena usia lanjut merupakan faktor utama penyebab reaktivasi. Jumlah penderita herpes zoster di RSCM Jakarta selama tahun 2000 tercatat berjumlah 122 pasien, 40 pasien berumur 15 24, 48 pasien berumur 25 44, dan 34 pasien berumur 46 64. Keadaan ini tidak menunjukkan jumlah kasus dengan kecenderungan meningkat menurut usia, banyak faktor yang mempengaruhi, kemungkinan kunjungan usia produktif ke RSCM lebih banyak dibandingkan dengan para lanjut usia. Insiden herpes zoster tidak tergantung musim. Namun sebuah survei serologis di negeri beriklim tropis menunjukkan seroprevalensi yang lebih rendah dibandingkan dengan negeri yang memiliki iklim lebih dingin, kemungkinan karena cuaca panas menghambat penyebaran virus. 1,3,4
PATOGENESIS Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ke ganglion saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksius dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksiusnya. Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion, biasanya disertai neuralgia yang hebat. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. 2,5
GEJALA KLINIS Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain tidak jarang. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodromal baik sistemik (demam, malese, pusing), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Lebih dari 80% biasanya diawali dengan gejala prodromal, gejala tersebut umumnya berlangsung beberapa hari sampai 3 minggu sebelum muncul lesi kulit. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Erupsi mulai dengan makulopapula eritematus, 12 24 jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ke-3. Seminggu sampai 10 hari kemudian lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap selama 2 3 minggu. Mukosa dapat terjangkit dalam bentuk seperti sariawan, erosi datar dan ulkus.
Bab II Pembahasan Epidemiologi Herpes i. Triad Epidemiologi 1. Agent Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae 7 .
Herpes Genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2 6,8,11 . HSV berukuran 90-150 nm, mengandung inti asam nukleat DNA yang diselubungi protein coat atau capsid yang bersama sama disebut nucleocapsid diselubungi lagi oleh kapsul lipoprotein yang disebut envelope, yang berasal dari virus serta membrane sel hospes 8 . Genom-genom HSV-1 mirip dengan HSV-2 dalam pengaturan dan tampilan substansi yang homolog 8 .
2. Host Herpes zoster sering dijumpai pada orang dewasa, jarang terjadi pada anak-anak. Walaupun herpes zoster sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak-anak yang immunokompromis dan menderita penyakit keganasan 7 . Sedangkan Infeksi HSV-1 lazim pada anak-anak dan infeksi HSV-2 pada adolesen dan dewasa muda 9 . Herpes genital juga dapat ditularkan dari Ibu hamil yang menderita herpes genital ke janin / bayi baru lahir 6 .
3. Environment Pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah 7 . HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang 6 . Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan,kelelahan, makanan yang merangsang, dan alcohol.