Anda di halaman 1dari 9

Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster


Maria Devi1, Helmi Ismunandar2, Risal Wintoko3, Exsa Hadibrata4, Anisa Nuraisa Djausal5
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Bagian Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3
Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
4
Bagian Ilmu Urologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
5
Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Herpes zoster merupakan penyakit neurokutaneus yang disebabkan karena varicella-zoster virus (VZV). Paparan primer dari
virus varicella-zoster akan bermanifestasi sebagai varicella atau chickenpox dan mengalami reaktivasi menyebabkan
shingles atau dikenal dengan herpes zoster. Transmisi dari herpes zoster melalui rute respirasi dan menginfeksi sel epitel
pada traktus pernapasan atas. Risiko tertular herpes zoster diperkirakan sekitar 15-30%, akan tetapi risikonya lebih tinggi
pada orang dewasa dan usia lanjut, pasien dengan immunocompromised, dan pasien yang memiliki komorbiditas. Puncak
insiden herpes zoster di Indonesia terjadi pada kisaran usia 45-64 tahun. Infeksi herpes zoster biasanya diawali dengan
gejala prodromal seperti malaise, sakit kepala, demam, myalgia lokal, arthralgia, pruritus (sensasi gatal), dan parestesia
(kesemutan) sepanjang dermatom yang mendahului ruam dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Penyakit herpes
zoster dapat menurunkan efektivitas dan kualitas hidup pasien akibat rasa nyeri hebat yang ditimbulkan saat fase
prodromal, dan setelah lesi sembuh dapat menyebabkan postherpetic neuralgia (PHN). Pentingnya penegakan diagnosis
awal disertai dengan penanganan efektif berfungsi untuk menangani kondisi akut, menghambat berkembangnya penyakit,
menurunkan rasa nyeri akibat lesi pada kulit, dan mencegah komplikasi akibat kondisi kronis . Diagnosis herpes zoster akan
sangat jelas, karena gambaran klinisnya khas. Herpes zoster umumnya didiagnosis secara klinis setelah munculnya ruam.
Tetapi, sebelum ruam timbul dan pada kasus atipikal, diagnosis mungkin memerlukan konfirmasi laboratorium . Artikel ini
akan membahas informasi mengenai etiologi, patofisiologi, penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada kasus herpes zoster.

Kata Kunci: varicella-zoster virus (VZV), postherpetic neuralgia (PHN), usia tua, diagnosis, penatalaksanaan, herpes zoster

Diagnosis and Management of Herpes Zoster


Abstract
Herpes zoster is a neurocutaneous disease caused by the varicella-zoster virus (VZV). Primary exposure to the varicella-
zoster virus will manifest as varicella or chickenpox and undergo reactivation causing shingles otherwise known as herpes
zoster. Transmission of herpes zoster is via the respiratory route and infects epithelial cells in the upper respiratory tract.
The risk of contracting herpes zoster is estimated at 15-30%, but the risk is higher in adults and the elderly,
immunocompromised patients, and patients with comorbidities. The peak incidence of herpes zoster in Indonesia occurs in
the age range of 45-64 years. Herpes zoster infection usually begins with prodromal symptoms such as malaise, headache,
fever, localized myalgia, arthralgia, pruritus (itching sensation), and paresthesia (tingling) dermatomes that precede the
rash within hours to days. The herpes zoster disease can reduce the effectiveness and quality of life of patients due to
severe pain caused during the prodromal phase, and after the lesion, heal can cause postherpetic neuralgia (PHN).
Establishing an early diagnosis combined with effective treatment serves to treat acute conditions, inhibit disease
progression, reduce pain due to skin lesions, and prevent complications due to chronic conditions. The diagnosis of herpes
zoster will be very clear because the clinical picture is typical. Herpes zoster is generally diagnosed clinically after the
appearance of the rash. However, before the rash develops and in atypical cases, the diagnosis may require laboratory
confirmation. This article will discuss information about etiology, pathophysiology, diagnosis, and management that can be
done in cases of herpes zoster.

Keywords: varicella-zoster virus (VZV), postherpetic neuralgia (PHN), elderly, diagnosis, management, herpes zoster

Korespondensi: Maria Devi, alamat Jl. Bumi Manti II Lk. I Kampung Baru, Labuhan Ratu, HP 085238386056, e-mail:
mariadevi1419@gmail.com

Pendahuluan varicella-zoster virus (VZV).1 Virus varicella-


Herpes zoster adalah bentuk klinis akibat zoster adalah bagian dari delapan virus herpes
virus yang menyerang neurokutaneus. Penyakit yang diketahui dapat menginfeksi manusia.
ini disebabkan karena reaktivasi infeksi primer Terdapat selubung lipid yang mengeliingi

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |40


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

ikosahedral neukleokapsid varicella-zoster sekitar 15-30%, akan tetapi risikonya lebih


virus (VZV) menjadi karakteristik dari virus ini. tinggi pada orang dewasa dan usia lanjut,
VZV memiliki asam nukleat double-stranded pasien dengan immunocompromised, dan
atau berheliks ganda (DNA) yang terletak di pasien dengan komorbiditas, sehingga penyakit
pusatnya. Diameter varicella-zoster virus ini bisa lebih parah dan memungkinkan
adalah 150-200 nm dan mengandung terjadinya komplikasi yang lebih berat. 3
setidaknya 70 produk gen. VZV merupakan Insiden tahunan herpes zoster secara
penyebab dari penyakit varicella atau dikenal keseluruhan di Inggris diperkirakan sekitar 1,85
dengan cacar air (chickenpox) dan penyebab sampai 3,9 kasus per 1.000 individu. Kasus
dari penyakit shingles yang dikenal dengan pada kelompok usia dibawah 50 tahun adalah
herpes zoster. Paparan primer terhadap virus 2 kasus per 1.000 individu, dan 11 kasus per
ini akan bermanifestasi sebagai varicella yang 1.000 individu pada kategori usia 80 tahun.
biasanya akan menyerang anak-anak. Virus ini Insiden di Amerika Serikat berkisar antara 1,2
akan bermigrasi dari lesi kulit pada sel sampai 3,4 kasus per 1000 individu, dan
epidermis selama fase viremia dan meningkat seiring bertambahnya usia menjadi
menyebabkan ruam varicella yang khas. 3,9 sampai 11,8 kasus per 1.000 individu pada
Kemudian virus itu memasuki saraf sensorik usia lebih dari 65 tahun. 4 Berdasarkan banyak
dan berjalan melalui pembuluh darah dengan penelitian dan sebuah studi kohort retrospektif
aksonal retrograd menuju ganglia dorsal di Cina menunjukkan bahwa jenis kelamin
sensorik spinal dan kranial, dimana virus akan memiliki peran utama pada penyakit herpes
mengalami masa dorman pada individu yang zoster. Berdasarkan studi kohort tersebut
terinfeksi.2 alasan di balik kejadian wanita yang lebih tinggi
Penurunan imunitas tubuh dapat dikarenakan adanya perbedaan respon imun
mengaktifkan kembali varicella-zoster virus terhadap infeksi virus. Kim dkk, menunjukkan
(VZV) yang dorman selama bertahun-tahun bahwa angka kejadian herpes zoster tinggi
dan kemudian akan menyebabkan herpes pada wanita dibandingkan dengan pria (12,6
zoster (HZ), sehingga pada umumnya penyakit per 1.000 orang/tahun : 8,3 per 1.000
herpes zoster terjadi pada orang dewasa. 3 orang/tahun). Tetapi, beberapa penelitian
Pengaktifan kembali varicella-zoster virus (VZV) menunjukkan bahwa kejadian herpes zoster
menyebabkan nyeri, biasanya terlokalisasi didominasi pada pria dibandingkan wanita,
pada dermatomal tertentu, dan timbul ruam yang didukung oleh penelitian dari India
vesikular4. Dermatom yang paling sering (1,74:1), Pakistan (2:1), dan Nepal (2,16:1).
terkena adalah bagian batang tubuh (55%), Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa
bagian kepala (20%), bagian lumbar (15%), dan herpes zoster bukanlah penyakit yang spesifik
bagian sakrum (5%).5 dengan gender.7
Transmisi dari herpes zoster diperkirakan Variasi musiman pada herpes zoster
sekitar 15% yang menandakan bahwa penyakit tercatat pada beberapa penelitian yang
ini secara signifikan kurang menular menunjukkan kemungkinan terjadi infeksi
dibandingkan dengan penyakit varicella, tetapi tinggi selama awal musim panas. Namun
penyakit ini dapat terjadi karena adanya beberapa penelitian lain mendokumentasikan
kontak kulit pada sesorang yang berisiko.6 tidak adanya variasi musiman yang signifikan
Faktor-faktor yang terkait dengan reaktivasi pada herpes zoster. Peningkatan insidensi
varicella-zoster virus (VZV) adalah efek usia ditunjukkan di wilayah perkotaan (7,6 kasus
(penuaan), imunosupresi, paparan VZV per 1.000 individu/tahun) dibandingkan
intrauterin, dan paparan VZV sebelum usia 18 dengan daerah pedesaan (2,06 kasus per 1.000
bulan. Faktor risiko lainnya termasuk dari individu/tahun) pada sebuah penelitian yang
riwayat keluarga, jenis kelamin, etnis, dan dilakukan di Cina.7
penyakit penyerta seperti penyakit paru kronis, Puncak insiden herpes zoster di
diabetes, asma, lupus sistemik, hipertensi, Indonesia terjadi pada kisaran usia 45-64 tahun
sindrom Sjogren, penyakit kejiwaan, penyakit berdasarkan data dari tigabelas rumah sakit
osteoskeletal, penyakit mata, dan gaga ginjal. pendidikan tahun 2011-2013.8 Berdasarkan
Risiko tertular herpes zoster diperkirakan penelitian di poliklinik kulit dan kelamin RSUP

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |41


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

Prof. Dr. R. D, Kandou Manado periode Januari- sehingga terjadi proses replikasi virus yang
Desember 2013 didapatkan bahwa kasus menimbulkan zoster dermatomal.8
herpes zoster di tahun 2013 terdiri dari 28 Herpes zoster adalah penyakit sekunder
kasus, dengan kelompok yang terbanyak pada dari varicella-zoster virus (VZV) dikarenakan
rentan usia 45-64 tahun total jumlah 22 orang reaktivasi dari varicella dan tetap laten
(78,57%), rentan usia 25-44 tahun sebanyak 3 setelahnya, kemudian dapat aktif kembali
orang (10,71%), dan usia lebih dari 65 tahun meskipun adanya antibodi yang bersirkulasi
yaitu 2 orang (7,14%).5 Beberapa penelitian terhadap VZV. Antibodi ini sering ada pada titer
juga telah menunjukkan bahwa kejadian tinggi ketika terjadi herpes zoster. Ruam
herpes zoster tinggi diantara individu herpes zoster biasanya vesikel berkelompok,
immunocompromised jika dibandingkan unilateral, dermatom, dan vesikuler. Terdapat
dengan individu yang sehat. Penelitian spektrum penyakit pada herpes zoster, yaitu
sebelumnya dari San Fransisco melaporkan nyeri tanpa ruam, ruam ringan, hingga ruam
kejadian herpes zoster 29,4 per 1.000 parah dengan penyebaran.10
individu/tahun diantara individu HIV seropositif Infeksi herpes zoster biasanya diawali
dibandingkan dengan individu HIV seronegatif dengan gejala prodromal, seperti malaise, sakit
(2,0 per 1.000 individu/tahun), hal ini bisa kepala, demam, myalgia lokal, arthralgia,
terjadi karena imunitas seluler berperan dalam pruritus (sensasi gatal), dan parestesia
inaktivasi dari virus herpes zoster. Selain itu, (kesemutan) sepanjang dermatom yang
insiden yang lebih tinggi terdapat pada individu mendahului ruam dalam beberapa jam hingga
yang menerima imunosupresan atau agen beberapa hari. Dikarenakan seringnya merasa
kemoterapi. nyeri dan gatal sebelum munculnya ruam
Penyakit herpes zoster dapat menyebabkan kemungkinan diagnosis dari
menurunkan efektivitas dan kualitas hidup herpes zoster sering tertunda. Rasa nyeri yang
pasien akibat rasa nyeri hebat yang dirasakan pasien dapat menyerupai seperti
ditimbulkan saat fase prodromal, dan setelah infark jantung, sakit gigi, apendisitis, nyeri
lesi sembuh dapat menyebabkan postherpetic duodenum. Gejala prodromal bisa berlangsung
neuralgia (PHN). Pentingnya penegakan selama beberapa hari sekitar 1-10 hari, tetapi
diagnosis awal disertai dengan penanganan rata-rata berlangsung selama 2 hari.11
efektif berfungsi untuk menangani kondisi Setelah fase prodromal, terjadilah fase
akut, menghambat berkembangnya penyakit, aktif dimana pasien menunjukkan lesi yang
menurunkan rasa nyeri akibat lesi pada kulit, khas pada kulit, seperti papula, eritematosa,
dan mencegah komplikasi akibat kondisi kronis, atau makula yang berkembang menjadi vesikel
sehingga diharapkan dengan penanganan yang dalam 12-24 jam, dan menjadi pustula dalam
tepat dapat meningkatkan kualitas hidup dari 1-7 hari, erupsi kulit akan mengalami inovulasi
pasien.9 dalam 14-21 hari (fase resolusi). 7 Rasa sakit dari
herpes zoster cukup beragam dapat
Isi digambarkan seperti sensasi tertusuk maupun
Varicella-zoster virus (VZV) ditularkan sensasi terbakar, dan umumnya erupsi kulit
melalui jalur respirasi (droplet) dan akan pada kasus herpes zoster akan sembuh secara
menginfeksi limfosit serta sel epitel pada impulsif dengan tanpa gejala sisa.
traktus pernapasan atas. Limfosit yang telah
terinfeksi akan terus menyebar ke seluruh
tubuh secara sistemik. Varicella-zoster virus
(VZV) akan menuju ke sel epitel lapisan kulit
melalui sel endotel pembuluh darah, dan
memicu timbulnya manifestasi ruam vesikel.
Virus tetap menginfeksi secara laten di neuron
dorsal ganglion kranial setelah terjadinya
infeksi primer. Virus mengalami reaktivasi dari
ganglia saat imunitas pasien menurun dan virus
akan menuju epitel kulit melalui akson saraf,
Gambar 1. Gambaran klinis pada kulit pasien
herpes zoster, ditemukan vesikel
berkelompok dengan12dasar
Medula | Volume eritema
| Nomor dan |42
1 | April 2022
distribusi lesi dermatom unilateral.
Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

Individu dengan herpes zoster yang Otalgia (nyeri telinga) parah dan ruam vesikular
mempunyai ruam vesikular dapat menularkan eritematosa pada saluran pendengaran
varicella-zoster virus pada subjek yang rentan. eksternal bermanifestasi sebagai herpes zoster
Ketika transmisi host-to-host terjadi, penyakit oticus. Gejala khas herpes zoster oticus adalah
yang dihasilkan pada individu yang rentan nyeri pada sekitar telinga disertai dengan
bukanlah herpes zoster, melainkan varicella vertigo, gangguan pendengaran, tinnitus, mual,
(penyakit primer yang dinduksi oleh varicella- dan muntah. Kebanyakan pasien dengan
zoster virus (VZV). Herpes zoster dapat aktif vertigo akan mengalami gangguan
kembali menyebabkan nyeri, dan terkadang pendengaran.
bisa terjadi tanpa adanya gejala ruam atau Meskipun manifestasi herpes zoster
tanpa erupsi vesikel yang disebut sebagai jarang terjadi pada masa anak-anak, tetapi
zoster sine herpete (ZSH) dengan manifestasi sindrom Ramsay Hunt dikenal sebagai
berupa nyeri segmental (hanya terbatas penyebab paling umum kedua dari
dermatom).10 Jika saraf trigeminal terlibat, sulit kelumpuhan wajah setelah Bell’s palsy pada
membedakan antara zoster sine herpete (ZSH) anak-anak. Komplikasi yang terkait dengan
dengan neuralgia trigeminal idiopatik, tetapi herpes zoster oftalmikus jika virus menginvasi
riwayat klinis dapat membantu karena rasa nervus trigeminus cabang yang pertama.
sakit ZSH lebih berkelanjutan seperti Awalnya virus mempengaruhi kulit dan segmen
postherpetic neuralgia (PHN) daripada nyeri anterior mata, kemudian akan melibatkan saraf
intermiten dari neuralgia trigeminal idiopatik. 12 optik, retina, dan sistem saraf pusat. Risiko dari
Dikatakan herpes zoster yang abortif, jika kulit herpes zoster oftalmikus kerap terjadi pada
mengalami erupsi yang ditandai kemerahan orang dewasa dan pasien
(eritema) dengan atau tanpa vesikel, dimana immunocompromised.7 Herpes zoster dapat
perjalanan penyakit berlangsung secara menyebabkan gangguan penglihatan, karena
singkat. Disebut herpes zoster yang aberans terjadinya nekrosis retina luar progresif
jika kulit mengalami erupsi melintasi midline (PORN), yang menjadi infeksi serius meskipun
tubuh.11 terapi antivirus sudah diberikan dan akan
Fase kronis dari penyakit herpes zoster berkembang menjadi kebutaan.
sering dikaitkan dengan perkembangan Terkadang, herpes zoster dapat
postherpetic neuralgia (PHN), dengan menyebabkan kelemahan motorik pada
keterlibatan pada saraf kranial dan organ distribusi saraf non-kranial, yang dikenal
visceral. Nyeri herpes zoster yang menetap sebagai paresis zoster. Kelemahan motorik
selama lebih dari 3 sampai 6 bulan setelah dapat berkembang secara tiba-tiba dalam
timbulnya ruam atau nyeri yang berlangsung kisaran waktu 2-3 minggu setelah onset ruam
lama bahkan setelah ruam sudah sembuh total yang dapat melibatkan ekstremitas (alat gerak)
dapat didefinisikan sebagai postherpectic atas atau bawah. Herpes zoster juga dapat
neuralgia (PHN). Pada Sebagian besar pasien mengakibatkan disfungsi otonom,
dengan PHN ditandai dengan kondisi yang menyebabkan retensi urin, pseudo-obstruksi
parah, kronis, konstan, dan terdapat senasasi usus, dan pada kasus yang jarang dapat terjadi
rasa terbakar. neurologis defisit fokal akut selama berminggu-
Pada penderita immunocompromised, minggu hingga berbulan-bulan setelah resolusi
perjalanan penyakit herpes zoster sering ruam, yang melibatkan distribusi trigeminal
rekuren, ditandai dengan lesi kulit yang lebih kontralateral. Terjadinya sindrom stroke
berat (adanya bula hemoragik dan nekrosis), iskemik (granulomatous angiitis) disebabkan
cenderung bersifat kronik persisten, tersebar karena perpanjangan langsung varicella-zoster
secara diseminata, dan terkadang terlibat virus (VZV) dari ganglion terminal ke arteri
dengan organ visceral, sehingga proses karotis interna atau cabang-cabangnya, yang
penyembuhan akan berlangsung lebih lama). 11 akan mengakibatkan inflamasi. Kematian
Keterlibatan saraf kranial (trigeminal) akibat sindrom ini memiliki persentase yang
menyebabkan sindrom Ramsay Hunt (ketika cukup besar. Komplikasi neurologis langka
dikaitkan dengan kelumpuhan wajah lainnya dari herpes zoster adalah myelitis,
ipsilateral) dan herpes zoster oftalmikus. meningitis, dan meningoensefalitis. Prognosis

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |43


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

pada kondisi ini baik, meskipun cairan vesikel. Pemeriksaan dengan DFA akan
encefalomielitis dapat mengancam jiwa.2 lebih cepat dengan sensitivitas yang lebih tinggi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada dibandingkan dengan kultur, biaya rendah, dan
pasien herpes zoster, didapatkan hasil lokalis dapat digunakan sebagai tes diagnostik
beberapa regio (oksipital, maksila, nasal, alternatif jika tidak tersedia pemeriksaan PCR. 7
temporal, orbita) yang ditandai dengan adanya Tzanck smear dan mikroskop elektron
papul yang multipel seukuran milier, gambaran (EM) dapat mendeteksi adanya virus herpes
makula pada dasar kulit yang kemerahan dari vesikel, dengan ditemukan adanya
dengan ukuran lentikuler, dan tampak daerah multinucleated giant cells.8 Pemeriksaan ini
yang erosi akibat vesikel yang pecah. Lesi yang memberikan hasil sensitivitas 84%. Tetapi,
menjadi khas pada herpes zoster adalah lesi pemeriksaan ini tidak bisa membedakan antara
yang ditimbulkan unilateral dan bersifat virus varizela zoster (VZV) dengan virus herpes
dermatomal yang sesuai dengan persarafan. simpleks.7 Namun, pemeriksaan ini dapat
Terkadang selain tampaknya gejala-gejala kulit, digunakan untuk membedakan lesi erupsi
ditemukan juga adanya limfadenopati atau vesikuler lain, seperti variola dan varicella
pembesaran kelenjar getah bening yang lainnya, echovirus, dan coxsackievirus.9 Isolasi
bersifat regional.13 virus tidak dapat dilakukan dari sediaan apus
Diagnosis herpes zoster akan sangat yang berasal dari cairan serebrospinal (CSF)
jelas, karena gambaran klinisnya yang khas. atau darah pada pasien herpes zoster myelitis.
Herpes zoster umumnya didiagnosis secara Sehingga, diagnosis hanya dapat dibuat dengan
klinis setelah munculnya ruam. Tetapi, sebelum manifestasi klinis lesi pada dermatom tertentu
ruam timbul dan pada kasus atipikal, diagnosis atau dengan magnetic resonance imaging
mungkin memerlukan konfirmasi laboratorium, (MRI) tulang belakang.7
dengan menggunakan analisis PCR (polymerase Diagnosis banding dari herpes zoster
chain reaction) yang dapat mendeteksi DNA dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan pada
varicella-zoster virus (VZV) secara tepat dan setiap pasien. Gejala ruam seperti dermatitis
akurat.6 Pengujian ini menjadi gold standard kontak, karena ruam lokal atau iritasi pada kulit
yang dapat dikerjakan dengan cepat sekitar 1-2 yang disebabkan karena kontak dengan zat
hari. Isolasi virus dapat berasal dari sediaan asing, dimana rasa sakit dan ruam biasanya
apus cairan lesi, darah, plasma, cairan terjadi secara bersamaan. Herpes simpleks bisa
serebrospinal (CSF), dan bronchoalveolar menjadi diagnosis banding pada herpes zoster
lavage.11 Pemeriksaan laboratorium tes karena manifestasi klinis pada herpes simpleks,
diagnostik atipikal lainnya adalah dengan yaitu vesikel berkelompok dalam pola non-
Direct immunofluorescence assay (DFA) dan dermatomal, dan seringkali didahului oleh rasa
biopsi kulit. Pemeriksaan histopatologis gatal dan nyeri, serta lesi paling umum terjadi
memberikan hasil adanya vesikel pada oral dan genital. Diagnosis banding
intraepidermal disertai degenerasi sel dengan gejala sakit seperti kolesistitis, dimana
epidermal serta akantolisis. Ditemukan adanya terdapat nyeri pada kuadran kanan atas
infiltrat limfosit (lymphocytic infiltrate) di abdomen. Apendisitis akut ditandai dengan
bagian atas dermis kulit.9 adanya nyeri pada kuadran kanan bawah
Pemeriksaan DFA menggunakan abdomen. Renal calculi (batu ginjal) dengan
preparat dari kerokan vesikel, tatapi jika lesi adanya nyeri kolik yang parah dan adanya nyeri
sudah berbentuk krusta maka pemeriksaan pinggang.4 Bila didapatkan nyeri pada daerah
DFA akan memberikan hasil yang kurang setinggi jantung, dapat juga didiagnosis dengan
sensitif. Hasil dari pemeriksaan DFA cepat dan angina pektoris yang didapatkan pada herpes
dapat ditemukan antigen varicella-zoster virus zoster fase prodromal.14
(VZV), sehingga pemeriksaan ini bisa Diagnosis banding pada herpes zoster
membedakan antara varicella-zoster virus oftalmikus adalah keratitis ulseratif, ditandai
(VZV) dengan virus herpes simpleks. dengan adanya nyeri dan kemerahan pada
Pemeriksaan kultur virus memiliki tingkat mata, terdapat perubahan visual yang
sensitivitas rendah, karena ketidakjelasan virus tergantung pada lokasi ulkus. Acute angle
herpes dan kesulitan dalam recover pada closure glaucoma, dengan nyeri periorbital,

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |44


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

penglihatan yang kabur, dan sakit kepala. famsiklovir adalah prodrug pensiklovir.
Neuralgia trigeminal dengan sensasi menusuk, Keterlambatan dalam administrasi pemberian
rasa sakit seperti tersengat listrik pada area obat dapat mengakibatkan kerusakan saraf
wajah yang dipersarafi oleh saraf trigeminal. 4 yang mengarah menjadi kekacauan sistem
Prinsip utama dari penatalaksanaan saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap
herpes zoster yaitu menghilangkan rasa nyeri sindrom nyeri neuropatik yang terkait dengan
dengan cepat, membatasi replikasi dari PHN. Idealnya, antivirus harus diberikan
varicella-zoster virus (VZV), sehingga dapat sampai tidak ada lesi yang baru dan harus
menurunkan kerusakan dari persarafan yang diamati selama sekitar dua hari. 2
lebih lanjut.11 Penatalaksanaan lini pertama Nyeri akut ringan pada pasien herpes
dengan agen yang sering digunakan untuk zoster mengindikasikan respon yang baik
infeksi herpes zoster adalah agen antivirus. dengan AINS (asetosal, piroksikam, ibuprofen,
Sebagai nukleosida analog, agen antivirus akan diklofenak) atau analgetik non-opioid
memblokir replikasi virus, sehingga dapat (paracetamol, tramadol, asam mefenamat).11
mempercepat penyembuhan pada fase akut Terapi suportif seperi paracetamol peroral 3 ×
penyakit.2 500 mg untuk mengurangi gejala. Pada pasien
Penatalaksanaan dari herpes zoster dengan nyeri kronik yang hebat dibutuhkan
adalah dengan obat antivirus dan analgetik opioid (morfin atau oksikodon, kodein).8
untuk mengurangi ruam saat kondisi herpes Pemberian kortikosteroid juga dapat
zoster akut, mengurangi rasa sakit, mencegah diberikan. Terapi kortikosteroid ini
pembentukan lesi baru, dan diharapkan dapat direkomendasikan pada situasi khusus, seperti
mencegah komplikasi.11 Pentingnya untuk nyeri zoster akut, sindrom Ramsay Hunt, dan
mengedukasi dan memberikan penyuluhan komplikasi okular. Terapi kortikostreoid akan
kepada pasien mengenai penyakit herpes lebih bermanfaat jika dikombinasikan dengan
zoster, sehingga dapat mengurangi tingkat agen antivirus.7 Prednison diberikan bersama
kecemasan dan kesalahpahaman mengenai asiklovir sudah menunjukkan peningkatan yang
penyakit herpes zoster. Dukungan mental, baik pada anak-anak dan orang dewasa, pada
sosial, aktivitas fisik, nutrisi yang cukup, dan pengobatan herpes zoster oticus, sindrom
kepedulian untuk membantu mengatasi Ramsay Hunt, dan dapat mengurangi nyeri
penyakit pasien. Perlu diperhatikan kepatuhan akut. Hal ini terjadi karena adanya degradasi
dan respon pasien terhadap pengobatan. derajat neuritis akibat infeksi virus, sehingga
Pemilihan pengobatan yang tepat bagi pasien, dapat menurunkan level kerusakan pada saraf.
dapat dilakukan dengan melihat sudut Namun, mengingat risiko komplikasi terapi
pandang pasien, dimana pengobatan dapat kortikosteroid lebih berat dibandingkan
berubah pada orang dewasa yang lebih tua dan keuntungan yang didapatkan, maka terapi
hidup sendirian atau pasien dengan gangguan kortikosteroid ini tidak dianjurkan pada herpes
kognitif.1 zoster.
Obat antivirus oral dapat mengurangi Penatalaksanaan secara topikal dapat
durasi pada lesi, serta menurunkan level diberikan analgetik topikal, anestesi lokal, dan
keparahan nyeri yang akut, tetapi efektivitas kortikostreoid. Analgetik topikal dapat
dalam pencegahan postherpetic neuralgia diberikan dengan kompres terbuka dan
(PHN) masih dipertanyakan. Antivirus oral pemberian antiinflamasi non-steroid (NSAID).
dapat diberikan setelah onset 72 jam saat lesi Kompres terbuka diberikan pada lesi yang akut
baru timbul atau adanya vesikel kurang dari agar mengurangi rasa nyeri dan pruritus (gatal).
tiga hari. Pilihat terapinya yaitu asiklovir Kompres dengan solusio burowi dilakukan
peroral dengan dosis dewasa 5 × 800 mg sebanyak 4-6 kali per hari dalam 30-60 menit.
diberikan 7-10 hari. Atau dapat diberikan Kompres yang juga sering digunakan adalah
valasiklofir peroral, dengan dosis dewasa 3 × 1 kompres dingin atau cold pack.
g, diberikan selama 7 hari. Atau famsiklovir NSAID topikal berguna dalam
peroral, dengan dosis dewasa 3 × 250 mg, pengobatan pasien herpes zoster selama fase
diberikan selama 7 hari.8 Valasiklofor aktif dan awal penyakit pasca herpes karena
merupakan prodrug dari asiklovir, sedangkan gejala nyeri yang terkait dengan inflamasi,

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |45


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

trauma jaringan, dan peningkatan kadar prematur. Menurut the prevention of varicella
protagaglandin. NSAID akan menghambat recommendations by centers for disease
siklooksigenasi dan menurunkan sintesis dari control and prevention advisory committee on
prostaglandin.2 Pemberian antiinflamasi non- immunization practices (CDC ACIP) globulin
steroid topikal yang sering digunakan seperti imun varicella-zoster sangat kuat diindikasikan
bubuk aspirin dalam kloroform (etil-ester), pada wanita hamil yang rentan terkena
diklofenak, krim indometasin, dan krim varicella dan mencegah komplikasi pada
benzidamin hidroklorida. Pada pengobatan kehamilan, serta kepada anak-anak dengan
nyeri akut penggunaan asam asetil salisilat gangguan kekebalan imunisasi pasif setelah
topikal dalam pelembab lebih efektif paparan substansial varicella-zoster virus
dibandingkan aspirin oral. Krim indometasin (VZV). Varicella-zoster immunoglobulin tidak
sama efektifnya dengan aspirin dan perlu diberikan kepada pasien neonatus yang
pengaplikasiannya lebih nyaman.11 Namun, sehat jika ibunya menderita varicella lebih dari
aspirin topikal sudah terbukti lebih unggul 5 hari sebelum melahirkan, karena anak sudah
dalam mengurangi PHN, sedangkan NSAID terlindungi dari varicella melalui transplasenta
topikal lainnya (indometasin, diklofenak, dan dengan antibodi ibu.7
benzidamin) belum dapat mengurangi PHN. Herpes zoster jarang terjadi pada anak,
Capsaicin topikal tersedia dalam bentuk dan jika terjadi biasanya jinak. Jika lesi pada
krim, gel, atau lotion dalam konsentrasi anak terus mengembang sampai setelah tiga
0,025%, 0,075%, dan 0,25%, dan sebagai patch minggu infeksi, perlu dipertimbangkan adanya
8% juga diindikasikan pada pengobatan pasien imunodefisiensi. Suspensi oral dapat digunakan
PHN.1 Konsentrasi yang tinggi, krim capsaicin pada anak-anak, tetapi tidak rutin untuk
menghabiskan substansi P, yang merupakan digunakan sebagai pengobatan pra-remaja.
neurotransmitter peptide utama. Awal Pengobatan asiklovir pada anak-anak pra-
penggunaan akan memberikan sensasi remaja diindikasikan jika memilki status
terbakar yang membuat sulit untuk ditoleransi immunocompromised atau adanya keganasan.
bagi banyak pasien dan kemudian akan Jika tidak, tidak ada pengobatan khusus yang
tercapai efek anestesi. Krim ini menjadi pilihan diberikan untuk kelompok usia ini. Menurut
obat yang disetujui oleh Food and Drug rekomendasi pencegahan varicella oleh CDC
Administration terhadap pengobatan PHN.2 ACIP, vaksin varicella-zoster direkomendasikan
Pemberian anestesi secara lokal pada hanya untuk anak berusia 1 tahun dan tidak
lokasi jaras saraf yang terlibat dapat diindikasikan untuk mencegah zoster. Tidak
menghilangkan nyeri. Pemberian ada vaksin rekomendasi untuk anak-anak
kortikosteroid dalam bentuk krim/losio tidak dalam mencegah infeksi zoster setelah paparan
boleh digunakan pada lesi herpes zoster yang varicella selama tahun pertama kehidupan.
akut.11 Beberapa pasien yang lebih tua dengan Herpes neonatus sangatlah jarang sekitar 0,74
PHN, mungkin tidak berespon secara maksimal kasus per tahun, dan biasanya tidak diobati
terhadap lini pertama pengobatan, sehingga karena sifatnya jinak.7
dibutuhkan perawatan farmako dan non- Pada pasien dengan
farmako (akupuntur, stimulasi saraf listrik immunocompromised, asiklovir dapat menjadi
transkutan/perkutan, perawatan psikologis) profilaksis sebagai pencegahan herpes zoster.
lainnya yang perlu untuk dipertimbangkan. Herpes zoster lokal pada pasien
Perlu dipertimbangkan apakah pasien immunocompromised akan memberikan hasil
memerlukan pengobatan dengan kombinasi yang baik dengan diobati oleh asiklovir topikal,
obat kompleks, atau diberikan lini kedua, atau dimana salep dioleskan sebanyak empat kali
perawatan invasif yang harus segera dirujuk ke sehari selama sepuluh hari. Brivudin oral sama
pusat manajemen nyeri.1 efektifnya dengan asiklovir intravena pada
Penatalaksanaan herpes zoster pada pasien herpes zoster yang didasari oleh
masa kehamilan dapat diberikan asiklovir atau penyakit keganasan, dengan dosis oral 125 mg
valasiklovir, dimana asiklovir dianggap sebagai setiap enam jam selama 5 hari, dapat
lini pertama pada awal kehamilan tanpa direkomendasikan dan diberikan pada pasien
peningkatan risiko malformasi atau kelahiran rawat jalan. Terapi dengan valasiklovir 1-2 g

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |46


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

tiap tiga kali sehari terbukti akan menghemat individu yang sudah terkena herpes zoster atau
biaya dibandingkan diobati dengan asiklovir sebelumnya sudah mendapatkan vaksin
intravena.7 zostavax (yang tidak lagi digunakan di Amerika
Antikonvulsan yang diindikasikan untuk Serikat).15 Tidak seperti zostavax, kemanjuran
pengobatan PHN adalah gabapentin dan vaksin shingrix tinggi bahkan untuk pasien
pregabalin. Antikonvulsan bekerja pada diatas 70 tahun, dan aman diberikan
sindrom nyeri neuropatik karena akan terlibat bersamaan dengan vaksin influenza. Akan
dalam stabilisasi membran, yang mengurangi tetapi, vaksin ini menyebabkan lebih banyak
gangguan saraf. Efek samping lebih sering reaksi di tempat suntikan dibandingkan dengan
terjadi pada kelompok gabapentin, seperti zostavax.4
pusing, mengantuk, edema perifer, infeksi, dan Umumnya prognosis herpes zoster
ataksia.2 adalah baik terutama pada pasien
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunokompeten. Tantangan dalam
pemberian vaksinasi varicella-zoster virus (VZV) pengelolaan herpes zoster adalah
hidup yang dilemahkan (Zostavax) dosis meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
tunggal, injeksi subkutan.8 Vaksin zoster hidup dari masyarakat umum mengenai penyakit ini,
yang dilemahkan secara signifikan perlunya pembuatan program untuk mencegah
meningkatkan kekebalan seluler spesifik VZV herpes zoster (terutama dengan vaksinasi),
pada orang dewasa, hal ini dikarenakan serta meningkatkan perawatan yang optimal
kekebalan seluler terhadap VZV akan menurun terhadap herpes zoster dan kompikasinya.
seiring bertambahnya usia. Vaksin zoster juga Sehingga, jika semakin cepat didiagnosis maka
dapat mengurangi rasa sakit penyakit (tingkat akan memungkinkan pengobatan dimulai lebih
keparahan nyeri berdasarkan durasi), awal untuk membatasi kerusakan saraf dan
mengurangi gangguan fungsional yang terkait meningkatkan kualitas hidup. Perlu
dengan herpes zoster, dan meningkatkan mempertimbangkan perawatan yang lebih
kualitas hidup. Selain itu, vaksin ini juga dapat efektif untuk PHN dengan efek samping yang
mengurangi kejadian herpes zoster pada lebih sedikit, terutama perawatan untuk orang
pasien yang sedang menjalani kemoterapi. 1 tua dan pasien immunocompromised.6 Pasien
Zostavax dikontraindikasikan pada wanita herpes zoster dapat dirujuk jika tidak sembuh
hamil dan anak-anak. Zostavax menjadi kurang pada 7-10 hari pascaterapi atau jika terjadi
efektif dengan bertambahnya usia, dan komplikasi.
efektivitasnya akan berkurang sepenuhnya
sekitar sepuluh tahun setelah vaksinasi.4 Ringkasan
Vaksin zoster rekombinan (RZV, Shingrix) Herpes zoster merupakan penyakit
adalah jenis vaksin yang direkomendasikan akibat reaktivasi dari infeksi primer varicella-
untuk mencegah herpes zoster dan zoster virus (VZV). Herpes zoster termasuk
komplikasinya khususnya PHN. Vaksin shingrix dalam penyakit kurang menular dibandingkan
mengandung AS01B sistem adjuvan dan dengan penyakit varicella, tetapi penyakit ini
antigen glikoprotein E dari varicella-zoster virus dapat timbul akibat adanya kontak kulit
(VZV). Shingrix membutuhkan dua dosis injeksi dengan seseorang yang berisiko. Penegakan
intramuskular dan memiliki kemanjuran lebih diagnosis dari herpes zoster sangat jelas, hal ini
tinggi dibandingkan dengan zostavax.4 The dikarenakan gambaran klinis yang khas, yaitu
Advisory Committee on Immunization Practices lesi yang ditimbulkan secara unilateral dan
(ACIP) menyarankan untuk vaksin shingrix bersifat dermatomal sesuai dengan persarafan.
diberikan pada orang dewasa berusia 50 tahun Pemeriksaan laboratorium yang dapat
keatas. Orang dewasa dengan imunokompeten dilakukan adalah PCR (polymerase chain
harus mendapatkan dua dosis vaksin shingrix, 2 reaction), DFA (direct fluorescent assay), biopsi
hingga 6 bulan terpisah. Dua dosis vaksin kulit, dan Tzanck smear. Pemeriksaan
shingrix lebih dari 90% efektif mencegah laboratorium ini direkomendasikan pada lesi
herpes zoster dan PHN, dan perlindungan tetap yang atipikal, sehingga dapat menyingkirkan
diatas 85% pada empat tahun pertama setelah diagnosis banding dari herpes zoster.
di vaksin. Vaksin ini dapat diberikan pada Penetalaksanaan berfungsi untuk

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |47


Maria Devi | Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster

menghilangkan rasa nyeri dengan cepat, that we need. Indian J. Dermatol.


membatasi replikasi dari varicella-zoster virus Venereol. Leprol. 84, 6–15 (2018).
(VZV), sehingga dapat menurunkan kerusakan 8. Liwang, F., Yuswar, P. W., Wijaya, E. &
dari persarafan yang lebih lanjut. Sanjaya, N. P. Kapita Selekta Kedokteran.
Penatalaksanaan dapat diberikan secara (Media Aesculapius, 2020).
sistemik dan topikal, yaitu pemberian antivirus, 9. Purnamasari, I. & Damayanti. Herpes
analgetik, kortikosteroid oral dan topikal, Zoster Pada Geriarti. Media Dermato-
NSAID topikal, capsaicin topikal, dan Venereologica Indones. 162–166 (2020).
antikonvulsan. Pentingnya edukasi kepada 10. Gershon, A. A. & Gershon, M. D.
pasien dan penyuluhan kepada masyarakat Pathogenesis and current approaches to
umum mengenai herpes zoster, sehingga dapat control of varicella-zoster virus infections.
mengurangi tingkat kecemasan dan Clin. Microbiol. Rev. 26, 728–743 (2013).
kesalahpahaman mengenai penyakit herpes 11. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. (Badan
zoster. Penerbit FK UI, 2017).
12. Motswaledi, M. (Shingles), Herpes zoster.
Simpulan South African Fam. Pract. 60, 28–30
Penyakit herpes zoster dapat (2018).
menurunkan efektivitas dan kualitas hidup, 13. Saragih, I. Herpes Zoster Pada Geriatri.
sehingga perlunya penegakan diagnosis awal Medula 2, 14–21 (2014).
yang adekuat disertai dengan penanganan 14. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
yang efektif untuk menangani kondisi akut, Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan
menghambat berkembangnya penyakit, Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit
menurunkan rasa nyeri akibat lesi pada kulit, Dan Kelamin Di Indonesia. (2017).
mencegah komplikasi akibat kondisi kronis, dan 15. Clinical Overview of Herpes Zoster
diharapkan dengan penanganan yang tepat (Shingles) | CDC.
dapat meningkatkan kualitas hidup dari pasien. https://www.cdc.gov/shingles/hcp/clinical
-overview.html.
Daftar Pustaka
1. Schmader, K. Herpes Zoster. Clinics in
Geriatric Medicine vol. 32 (2016).
2. Mali, S. Herpes zoster: etiology, clinical
features and treatment options, and case
report. Egypt. J. Oral Maxillofac. Surg. 3,
91–100 (2012).
3. Bardach, A. E. et al. Herpes zoster
epidemiology in Latin America: A
systematic review and meta-analysis. PLoS
One 16, 1–19 (2021).
4. Le, P. & Rothberg, M. Herpes zoster
infection. BMJ 364, 2–7 (2019).
5. Danardono, D. H. & Niode, N. J. Profil
Herpes Zoster Di Poliklinik Kulit Dan
Kelamin Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado 2011-2013. J. Biomedik 7, (2015).
6. Johnson, R. W. et al. Herpes zoster
epidemiology, management, and disease
and economic burden in Europe: a
multidisciplinary perspective. Ther. Adv.
Vaccines 3, 109–120 (2015).
7. Saumya, P. & Shyam, V. The menace of
dermatophytosis in India: The evidence

Medula | Volume 12 | Nomor 1 | April 2022 |48

Anda mungkin juga menyukai