Anda di halaman 1dari 11

Home/Kesehatan/Herpes

Herpes

Ditinjau oleh: Redaksi Halodoc

Pengertian Herpes

Herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan pada kulit yang berwarna
kemerahan dan berisi cairan. Penyakit herpes termasuk dalam penyakit jangka panjang.
Virusnya bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh seseorang.

Di antara sekian banyak virus herpes, herpes simpleks dan herpes zoster merupakan dua
penyakit yang paling banyak angka kejadiannya. Berbagai obat herpes alami maupun dari
dokter juga mampu meringankan gejala, bahkan mempersingkat waktu kemunculannya.

Faktor Risiko Herpes

Semua orang memiliki risiko terkena virus herpes simpleks, dari mulai anak-anak hingga
dewasa. Namun, dalam kasus HSV-2 yang menyerang kelamin akan lebih mudah menginfeksi
orang-orang yang tidak menerapkan hubungan intim yang aman. Berbagai faktor risiko HSV-2,
seperti:

Berjenis kelamin perempuan.

Memiliki pasangan seks lebih dari satu.

Berhubungan intim di usia yang sangat muda.


Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Memiliki penyakit kelamin yang lain.

Semua orang yang pernah mengalami cacar air dapat terkena herpes zoster. Ada berbagai
faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang terkena herpes zoster, yaitu:

Berusia lebih dari 50 tahun.

Memiliki penyakit tertentu yang melemahkan sistem imun, seperti HIV/AIDS dan kanker.

Sedang menjalani perawatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh terhadap penyakit.

Mengonsumsi obat-obatan yang dirancang untuk mencegah penolakan terhadap organ


transplantasi, misalnya penggunaan steroid yang berkepanjangan, seperti prednison.

Penyebab Herpes

Penyebab herpes adalah virus herpes simpleks tipe I dan II. Kedua virus tersebut termasuk
dalam virus herpes hominis yang digolongkan ke dalam virus DNA. Penularan infeksi herpes
juga bisa terjadi melalui kontak langsung, yakni kulit dengan kulit pengidap yang terinfeksi.

Diagnosis infeksi herpes dapat dilakukan dokter berdasarkan gejala dan temuan klinis yang ada.
Namun, untuk beberapa kasus yang meragukan, misalnya penampakan klinis sudah tidak khas
lagi, maka dapat dilakukan tes laboratorium.
Jaringan dan cairan dari vesikel kulit dapat diambil dan diamati di bawah mikroskop. Apabila
pemeriksaan laboratorium gagal menemukan virus herpes, maka pemeriksaan lainnya yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan antibodi virus herpes simpleks.

Gejala Herpes

Sejak seseorang terkena virus herpes, misalnya akibat hubungan intim yang kurang aman,
hingga muncul gejala (masa inkubasi) memakan waktu 3-7 hari. Gejala dan perjalanan penyakit
dapat dibagi ke dalam beberapa stadium, yakni:

Infeksi Primer

Gejala awal yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air atau disebut sebagai
vesikel. Bintik ini berkelompok di atas kulit yang sembab dan kemerahan (eritematosa).
Awalnya vesikel tersebut tampak putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah (pus) berwarna
hijau. Kadang-kadang dapat ditemukan juga bintil yang telah pecah, sehingga penampakan,
seperti “sariawan” pada kulit.

Fase infeksi primer terjadi selama kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lainnya, seperti
demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan pembesaran kelenjar di lipat paha
atau di sekitar leher.

Tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe I adalah daerah pinggang ke atas
terutama daerah mulut dan hidung. Infeksi herpes simpleks tipe I ini sering disebut sebagai cold
sores. Infeksi ini juga dapat menyerang dinding mukosa mulut dan memberikan tampilan
seperti sariawan.
Infeksi oleh herpes simpleks tipe I sering dijumpai pada usia anak-anak. Penularan penyakit ini
biasanya terjadi secara tidak sengaja, seperti saat anak kontak kulit dengan benda yang
terkontaminasi virus herpes, kontak di dokter gigi, kebiasaan menggigit jari, ataupun sentuhan
langsung dengan kulit yang mengalami infeksi. Virus herpes simpleks tipe I ini juga dapat
menyebabkan peradangan otak yang disebut herpes ensefalitis. Gejalanya adalah panas tinggi,
penurunan kesadaran, dan kejang.

Sedangkan tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe II adalah daerah genitalia
(organ kelamin). Namun, dapat pula mengenai anggota tubuh bagian lainnya, termasuk wajah,
pada perilaku seksual yang tidak wajar. Virus herpes simpleks tipe II ini juga dapat
menyebabkan peradangan otak, terutama pada bayi-bayi yang lahir pada ibu yang sedang
mengalami infeksi herpes pada organ genitalianya.

Fase Laten

Saat gejala membaik, ini bukan berarti virus herpes telah mati. Virus tersebut “beristirahat” di
dalam sel saraf ganglion dorsalis (saraf tulang belakang) manusia. Penularan penyakit herpes
pada pengidap yang berada pada fase ini pun nyatanya masih dapat terjadi akibat pelepasan
virus terus berlangsung, meskipun dalam jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang
terkena infeksi herpes dari pasangannya yang dari penampilan fisik tampak sehat-sehat saja.

Infeksi Rekuren

Virus yang beristirahat pada fase laten suatu saat dapat aktif kembali. Faktor-faktor atau
kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut, antara lain:

Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain, penyakit HIV/AIDS, hubungan intim,
kurang istirahat, menstruasi, dan sebagainya.

Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.

Penggunaan obat-obatan dan terapi kanker.


Gejala yang timbul umumnya lebih ringan dibanding infeksi primer dan berlangsung lebih
sebentar, yakni 7-10 hari. Kelainan kulit dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau pada
tempat baru di sekitarnya (non-loco). Sebelum munculnya kelainan kulit, pengidap dapat
merasakan beberapa gejala pendahuluan (prodromal), seperti rasa panas, gatal, dan nyeri di
daerah kulit tersebut.

Selain gejala khas untuk setiap fase di atas, terdapat beberapa gejala tambahan lainnya, yakni:

Pada pengidap wanita, gejalanya dapat terjadi disuria atau rasa nyeri saat buang air kecil.

Keputihan.

Gejala neuropati, meliputi susah buang air kecil, konstipasi (sembelit), ataupun hilang sensasi
pada kulit.

Diagnosis Herpes

Herpes dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan
mengecek koreng yang terbentuk akibat herpes serta menanyakan gejala yang muncul pada
pasien. Tidak hanya itu, untuk membantu diagnosis herpes agar lebih akurat, dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:

Kultur virus herpes simplex. Kultur virus herpes ditujuankan untuk mendiagnosis adanya virus
herpes. Kultur virus herpes ini dilakukan dengan cara mengusap area kulit atau genital yang
terinfeksi, kemudian mengambil cairan genital atau cairan tubuh lainnya yang diduga
mengalami herpes untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
Tes antibodi. Tes antibodi spesifik virus HSV 1 dan HSV 2 dapat dilakukan untuk mendeteksi
adanya infeksi primer herpes, tapi tidak dapat mendeteksi infeksi herpes rekuren. Tes antibodi
dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tubuh, kemudian dianalisis di lab untuk dicek
keberadaan antibodi spesifik HSV 1 ataupun HSV 2. Penting diingat bahwa tubuh memerlukan
waktu sekitar 12-16 minggu untuk membentuk antibodi anti HSV 1 atau HSV 2, setelah virus
HSV masuk ke dalam tubuh pertama kali. Tes antibodi HSV 1 dan HSV 2 sangat membantu
diagnosis, terutama jika pasien tidak mengalami koreng atau pelepuhan pada kulit.

Komplikasi Herpes

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit ini, antara lain:

Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.

Radang otak dan selaputnya.

Radang paru-paru.

Hepatitis.

Esofagitis.

Kematian jaringan retina mata.


Komplikasi dari infeksi virus varicella-zoster tidak selalu terjadi pada pengidap cacar air.
Komplikasi sering kali terjadi pada anak-anak, lansia, wanita hamil, dan orang yang kekebalan
tubuhnya lemah. Beberapa komplikasi yang terjadi akibat cacar air, antara lain:

Ruam menyebar ke bagian mata.

Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala.

Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah tersebut.

Pengobatan Herpes

Fokus pengobatan herpes adalah untuk menghilangkan blister, serta untuk mencegah
penyebaran herpes, meskipun koreng dan lepuhan akibat herpes dapat hilang dengan
sendirinya tanpa pengobatan khusus. Selain itu, pemberian obat-obatan antivirus juga bisa
mengurangi komplikasi akibat herpes.

Sementara itu, untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini dapat
dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain:

Mengonsumsi obat pereda nyeri.

Mandi dengan menggunakan air suam.

Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.

Menggunakan pakaian longgar.

Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.

Khusus ibu hamil, apabila sedang atau pernah mengidap herpes genital, ia wajib berkonsultasi
dengan dokter. Virus herpes ditakutkan dapat menular dari ibu kepada bayi selama proses
persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, karena dapat menyebabkan komplikasi yang
berbahaya bagi bayi.

Jika ibu hamil diketahui tengah atau pernah mengidap herpes, diskusikan dengan dokter
mengenai kemungkinan melahirkan bayi secara operasi Caesar.

Pencegahan Herpes

Herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan pada kulit yang berwarna
kemerahan dan berisi cairan. Penyakit herpes termasuk kondisi jangka panjang, sebab virusnya
bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh. Di antara sekian banyak virus herpes, herpes
simpleks dan herpes zoster merupakan dua penyakit yang paling banyak angka kejadiannya.
Berbagai obat herpes herbal atau dari dokter akan membantu meringankan gejala, bahkan
mempersingkat waktu kemunculannya.
Kapan Harus ke Dokter?

Segera berkonsultasi ke dokter saat melihat berbagai gejala yang menunjukkan herpes simpleks
maupun zoster. Dokter segera melakukan penanganan terbaik untuk mencegah keparahan
kondisi.

Untuk herpes zoster, perlu segera mengonsultasikan ke dokter jika melihat gejalanya. Apalagi
jika sudah pernah terkena cacar air. Maka, kemungkinan virus aktif kembali pun akan semakin
besar.

Referensi:

World Health Organization. Diakses pada 2019. Herpes Simplex Virus.

Family Doctor. Diakses pada 2019. Herpes

Healthline. Diakses pada 2019. Herpes Simplex.

Web MD. Diakses pada 2019. Oral Herpes.

Diperbarui pada 25 November 2019.

Artikel Terkait

Benarkah Lipstik Bisa Menjadi Penyebar Virus Herpes?

Benarkah Lipstik Bisa Menjadi Penyebar Virus Herpes?

Waspada Penularan Herpes Kulit yang Bisa Terjadi

Waspada Penularan Herpes Kulit yang Bisa Terjadi

Benarkah Sering Bertukar Makeup Bisa Picu Penyakit Herpes?

Benarkah Sering Bertukar Makeup Bisa Picu Penyakit Herpes?

Penyebab Virus Herpes Bisa Sebabkan Infeksi Otak


Penyebab Virus Herpes Bisa Sebabkan Infeksi Otak

Mitos atau Fakta Herpes Tidak Bisa Disembuhkan?

Mitos atau Fakta Herpes Tidak Bisa Disembuhkan?

Ibu, Kenali Gejala Herpes pada Newborn

Ibu, Kenali Gejala Herpes pada Newborn

halodoc-banner

Site Map

FAQ

Blog

Syarat & Ketentuan

Promo

Karir

Security

Media

Hubungi Kami
Mensa 2 Building Jl. HR Rasuna Said Kav B-34, 4th Floor, Kuningan, Jakarta 12940

Phone:

+6285574677403

Email:

help@halodoc.com

Download App di

Apakah kamu Dokter?

©HALODOC, 2020. ALL RIGHTS RESERVED

Follow kami di

Ask Doctor

Anda mungkin juga menyukai