Anda di halaman 1dari 98

ASKEP PENYAKIT HERPES GENITAL

Disusun oleh
Soffi Celsi Utari(2214201169)
Kelas 3C keperawatan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang.
Kecantikan seseorang secara fisik dapat dilihat dari kesehatan kulitnya. Kulit yang sehat
mencerminkan kebersihan, status gizi, status emosi/psikologis, juga kepribadian seseorang. Oleh
karena itu, kesehatan kulit/integumen perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Apabila kulit
mengalami kelainan atau gangguan akan membawa dampak baik fisik maupun psikologis pada
penderita. Oleh karena itu, pemberian asuhan keperawatan yang tepat sangat diperlukan. Dalam
makalah ini kami akan memaparkan beberapa contoh kelainan kulit yaitu Herpes Simplex serta
bagaimana penatalaksanaan kita sebagai perawat dalam merawat pasien dengan kelainan kulit
tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum : · Agar mahasiswa-mahasiswi memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
herpes simplex. Tujuan Khusus : Agar mahasiswa-mahasiswi mengerti, mengetahui, dan
memahami isi tentang: · Pengertian dari Herpes Simplex · Penyebab dari Herpes Simplex. ·
Patofisiologi dari Herpes Simplex. · Manifestasi klinis dari Herpes Simplex · Komplikasi dari Herpes
Simplex · Pencegahan dari Herpes Simplex · Tatalaksana yang tepat pada Herpes Simplex.
1.3 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang saya gunakan dalam penyusunan makalah ini melalui browsing
internet dan pemahaman saya sendiri.

Bab II TINJAUANTEORITIS

2.1 Pengertian
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. Herpes simpleks
adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau
tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer
maupun rekurens. (Adhi DJuanda, Ilmu penyakit kulit dan kelamin,2000:355)

2.2 Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks: ·
Virus herpes simpleks tipe I (HSV I)
. Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut
herpes simpleks
saja, atau dengan nama lain
herpes labialis, herpes febrilis
. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil
melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama.
Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas. Termasuk mata dengan rongga mulut, hidung
dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitus
orogenital (
oral sex
). ·
Virus herpes simpleks tipe II (HSV II, “virus of love”)
. Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual. Tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus, misalnya
dapat terjadi pada dokter/dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian
tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat
hubungan seksual orogenital.
2.3 Patofisiologi
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di
kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi
melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. HSV memiliki kemmpuan untuk
menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membrane sel. pada infeksi aktif primer,
virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu
dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif
primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan
limfadenopati. Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi
tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah in feksi awal timbul fase laten. Selama
masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan
bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksordalis.

2.4.Manisfitasi klinik

Infeksi ini berla


ngsung dalam 3 t
ingkat yaitu : · I
nfeksi primer Te
mpat predileksi
VHS tipe I didae
rah pinggang ke
atas terutama di
daerah mulut da
n hidung, biasan
ya dimulai pada
usia anak

anak. Inokulasi
dapat terjadi sec
ara kebetulan mi
salnya kontak la
ngsung dengan k
ulit . Infeksi pri
mer oleh VHS ti
pe II mempunyai
tempat predilek
si di daerah ping
gang ke bawah t
erutama di daera
h genital, juga d
apat menyebabk
an herpes menin
gitis dan infeksi
neonatus . Infeks
i primer berlangs
ung lebih lama d
an lebih berat, ki
ra

kira 3 minggu d
an sering disertai
gejala sistemik,
misalnya demam
, malese dan ano
reksia, dan dapat
ditemukan pem
bengkakan kelen
jar getah bening
regional . Kelain
an klinis yang di
jumpai berupa v
esikel yang berk
elompok diatas k
ulit yang sembab
dan eritematosa,
berisi cairan jern
ih dan kemudian
menjadi seropur
ulen, dan kadang

kadang mengala
mi ulserasi yang
dangkal, biasany
a sembuh tanpa s
ikatric. Pada per
abaan tidak terda
pat indurasi. Kad
ang

kadang dapat ti
mbul infeksi sek
under sehingga
memberikan ga
mbaran yang tid
ak jelas. Umumn
ya didapati pada
orang yang keku
rangan antibody
VHS. Pada wani
ta ada laporan ya
ng mengatakan b
ahwa 80 % infek
si VHS pada gen
etalia eksterna di
sertai infeksi ser
viks · Fase Laten
Fase ini berarti p
ada penderita tid
ak ditemukan ge
jala klinis, tetapi
VHS ditemukan
dalam keadaan ti
dak aktif pada ga
nglion dorsalis ·
Infeksi rekurens
Infeksi ini berart
i VHS pada gang
lion dorsalis yan
g dalam keadaan
tidak aktif, deng
an mekanisme p
acu menjadi akti
f dan mencapai k
ulit sehingga me
nimbulkan gejal
a klinis. Mekanis
me pacu ini dapa
t berupa trauma f
isik ( demam, inf
rksi, kurang tidu
r, hubungan seks
ual, dll ), trauma
psikis ( ganguan
emosional, mens
truasi dan dapat
pula timbul akib
at jenis makanan
dan minuman ya
ng merangsang .
Gejala klinis yan
g timbul lebih ri
ngan daripada in
feksi primer dan
berlangsung kira

kira 7

10 hari. Sering
ditemukan gejala
prodromal local
sebelum timbul
vesikel berupa ra
sa panas, gatal, d
an nyeri. Infeksi
rekurens ini dap
at timbul pada
tempat yang
sama.

2.5.Komplikasi
Komplikasi
Komplikasi yan
g terjadi pada pe
nyakit herpes si
mpleks biasanya
tidak menimbulk
an masalah kese
hatan yang seriu
s pada orang de
wasa. Namun de
ngan orang yang
dengan system i
mun yang tidak
bisa bekerja den
gan baik, maka b
isa saja mengala
mi outbreaks her
pes simpleks gen
ital yang parah d
alam waktu yang
lama. Orang den
gan system imun
normal, bisa terj
adi infeksi herpe
s pada mata yan
g disebut dengan
istilah herpes ok
uler. Herpes oku
ler biasanya dise
babkan karena H
SV-1, namun ka
dang juga diseba
bkan karena HS
V-. Herpes simpl
eks bisa menyeb
abkan penyakit
mata yang lebih
serius bahkan m
enyebabkan keb
utaan. Komplika
si lainnya yang t
erjadi adalah wa
nita hamil yang
biasanya mengal
ami herpes akan
menularkan pen
yakit herpesnya
pada bayinya. B
ayi yang terlahir
dengan herpes m
aka biasanya me
reka akan menin
ggal atau juga m
engalami ganggu
an yang terjadi p
ada otak, kulit, a
tau juga mata. D
an jika herpes ge
nital muncul pad
a ibu hamil, mak
a ini haruslah me
ndapatkan perhat
ian khusus dan s
erius karena viru
s herpes bisa mel
alui plasenta
sampai sirkulsi
fetal.

6 Pencegahan
Herpes simplek
s bisa dicegah de
ngan : · Jalani p
ola hidup yang b
ersih dan higieni
s · Hindari penul
aran melalui ciu
man, penggunaa
n handuk atau pi
sau cukur bersa
ma · Menggunak
an kondom saat
melakukan hubu
ngan seksual · E
valuasi, konsulta
si, dan mengobat
i pasangan seksu
al dari individu y
ang terinfeksi
2.7 Penatalaksa
naan
Untuk mengoba
ti herpes simplek
s, dokter dapat
memberikan pen
gobatan antiviru
s dalam bentuk k
rim atau pil. Pen
gobatan ini tidak
dapat menyembu
hkan herpes sim
pleks, namun da
pat mengurangi
durasi terjadinya
penyakit dan
mengurangi
beratnya
penyakit

oleh FDA (bada


n pengawas obat
-obatan Amerika
Serikat) antara la
in: Acyclovir, V
alacyclovir dan
Famcyclovir. Jik
a seseorang seda
ng mendapat pen
gobatan untuk h
erpes simpleks,
maka pasangan
seksualnya disar
ankan untuk dip
eriksa, dan bila p
erlu, diobati juga
walaupun tidak a
da gejala. Hal ini
akan mengurang
i resiko terjadiny
a komplikasi yan
g serius pada inf
eksi herpes simp
leks yang tidak t
erdiagnosis atau
mencegah penye
baran infeksi ini
ke orang lain. M
ereka juga disar
ankan untuk tida
k berhubungan s
eksual sampai se
lesai pengobatan
BAB III
KONSEP KEP
ERAWATAN

3.1 Pengkajian

a) Biodata.
Dapat terjadi pa
da semua orang
di semua umur; s
ering terjadi pad
a remaja dan de
wasa muda. Jeni
s kelamin; dapat
terjadi pada pria
dan wanita. Peke
rjaan; beresiko ti
nggi pada penjaj
a seks komersial.
b) Keluhan uta
ma
Gejala yang seri
ng menyebabkan
penderita datang
ketempat palaya
nan kesehatan ad
alah nyeri pada
lesi yang timbul.
c) Riwayat peny
akit sekarang
Kembangkan po
la PQRST pada s
etiap keluhan kli
en. pada beberap
a kasus, timbul l
esi/vesikel perk
elompok pada pe
nderita yang me
ngalami demam
atau penyakit ya
ng disertai penin
gkatan suhu tubu
h atau pada pend
erita yang meng
alami trauma fisi
k maupun psikis.
Penderita merasa
kan nyeri yang h
ebat, terutama pa
da area kulit yan
g mengalami per
adangan berat da
n vesikulasi yan
g hebat.
d) Riwayat pen
yakit dahulu
Sering diderita
kembali oleh kli
en yang pernah
mengalami peny
akit herpes simpl
ek atau memiliki
riwayat penyakit
seperti ini.
e) Riwayat peny
akit kelarga
Ada anggota kel
uarga atau teman
dekat yang terinf
eksi virus ini.
f) Kebutuhan p
sikososial
Klien dengan pe
nyakit kulit, teru
tama yang lesiny
a berada pada ba
gian muka atau y
ang dapat dilihat
oleh orang, biasa
nya mengalami
gangguan konse
p diri.hal itu mel
iputi perubahan
citra tubuh, ideal
diri tubuh, ideal
diri, harga diri, p
enampilan peran
, atau identitas di
ri. Reaksi yang
mungkin timbul
adalah: 1. Menol
ak untuk menye
ntuh atau meliha
t salah satu bagia
n tubuh. 2. Mena
rik diri dari kont
ak social. 3. Ke
mampuan untuk
mengurus diri be
rkurang.
g) Kebiasaan se
hari-hari.
Dengan adanya
nyeri, kebiasaan
sehari-hari klien
juga dapat meng
alami gangguan,
terutama untuk i
stirahat/tidur dan
aktivitas. Terjadi
gangguan BAB
dan BAK pada h
erpes simpleks g
enitalis. Penyaki
t ini sering dideri
ta oleh klien yan
g mempunyai ke
biasaan menggu
nakan alat2
pribadi secara
bersamaan.
alat pribadi secar
a bersama-sama
atau klien yang
mempunyai kebi
asaan melakukan
hubungan seksua
l dengan bergant
i-ganti pasangan.
h) Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum
klien bergantung
pada luas, lokasi
timbulnya lesi, d
an daya tahan tu
buh klien. pada
kondisi awal/
saat proses perad
angan , dapat ter
jadi peningkatan
suhu tubuh atau
demam dan peru
bahan tanda-
tanda vital yang
lain. Pada pengk
ajian kulit, ditem
ukan adanya ves
ikel-vesikel berk
elompok yang n
yeri ,edema di se
kitar lesi, dan da
pat pula timbul u
lkus pada infeksi
sekunder. Pada p
emeriksaan genit
alia pria, daerah
yang perlu diper
hatikan adalah b
agian glans peni
s, batang penis,
uretra, dan daera
h anus. Sedangk
an pada wanita,
daerah yang perl
u diperhatikan a
dalah labia mayo
r dan minor, klit
oris, introitus va
gina, dan serviks
. Jika timbul lesi,
catat jenis, bentu
k, ukuran / luas,
warna, dan kead
aan lesi. Palpasi
kelenjar limfe re
gional, periksa a
danya pembesar
an; pada beberap
a kasus dapat ter
jadi pembesaran
kelenjar limfe re
gional. Untuk m
engetahui adany
a nyeri, kita dap
at mengkaji resp
on individu terha
dap nyeri akut se
cara fisiologis at
au melalui respo
n perilaku. Secar
a fisiologis,terja
di diaphoresis, p
eningkatan deny
ut jantung, peni
ngkatan pernapa
san, dan peningk
atan tekanan dar
ah; pada perilak
u, dapat juga dij
umpai menangis,
merintih, atau m
arah. Lakukan p
engukuran nyeri
dengan menggun
akan skala nyeri
0-10 untuk oran
g dewasa. Untuk
anak-anak, pilih
skala yang sesua
i dengan usia pe
rkembangannya
kita bisa menggu
nakan skala waja
h untuk mengkaj
i nyeri sesuai usi
a; libatkan anak
dalam pemilihan
.
3.2 Diagnosa Ke
perawatan
Diagnosa Keper
awatan yang mu
ncul pada pasien
herpes simpleks
adalah : 1. Nyeri
b/d inflamasi jari
ngan 2. Resiko i
nfeksi b/d pemaj
anan melalui ko
ntak ( kontak lan
gsung & tidak la
ngsung) 3. Kerus
akan Integritas
Kulit b/d penuru
nan imunologis
4. Gangguan citr
a tubuh b/d peru
bahan penampila
n, sekunder
akibat penyakit
herpes
kompleks.
BAB IV

KASUS FIKTIF
Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal 10 Mei pukul
09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R mengeluh adanya
rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah genetalia. Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-
gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu mengatakan
pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Dari hasil observasi
keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status emosional stabil, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 38,6
0
C, terdapat vesikel yang multipel di daerah mulut dan kulitnya. Leukosit < 4000/mmk
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1
Pengkajian
Tanggal MRS : 10-05-15 Sumber informasi : Klien dan Keluarga Ruang / kelas : Cendrawasih / I Tgl
Pengkajian : 10-05-15 Dx Medis : Herpes Simplex 1. Identitas Nama : Ny. R Usia : 30 tahun Jenis
Kelamin : Perempuan Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia Agama : Islam

Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa T
enggela, Telaga,
Gorontalo Keluh
an Utama : Gatal
dan nyeri pada d
aerah kemaluan
2. Riwayat Peny
akit Sekarang Se
belumnya Ny. R
mengalami gatal
-gatal selama 4 h
ari. Ny. R menge
luh nyeri di daer
ah genetalia ber
warna kemeraha
n pada kulit kem
udian di ikuti gel
embung gelemb
ung berisi cairan
3. Riwayat Peny
akit Dahulu Seb
elumnya pasien t
idak pernah men
galami penyakit
seperti ini, pasie
n juga tidak me
miliki alergi. Jik
a merasa gatal bi
asanya diolesi m
inyak kayu putih
bisa hilang deng
an sendirinya. 4.
Riwayat Penyaki
t Keluarga Suam
i pernah terkena
herpes simpleks
sebelumnya, tapi
herpes menyeran
g daerah genetali
a dan sekitarnya.
Dua minggu yan
g lalu penyakitn
ya kambuh tapi s
ekarang sudah se
mbuh. 5. Pemeri
ksaan Fisik a. Pe
meriksaan TTV
Tekanan Darah :
120/80 mmHg,
Nadi : 82 kali/
menit, RR : 24 k
ali/menit, Suhu :
38,6
0
C b. Pemeriksaa
n B1

B6 B1 ( Breathi
ng ) Paru

paru Ø Inspeksi
: Simetris, statis,
dinamis Ø Palpa
si : Sterm fremit
us kanan = kiri
Ø Perkusi : Sono
r seluruh lapang
paru Ø Auskulta
si : Suara dasar v
esikuler, suara ta
mbahan ( - ) B2
( Blood ) Jantun
g Ø Inspeksi : Si
metris, statis, din
amis
Palpasi : Teraba
normal Ø Perkus
i : Konfigurasi ja
ntung dalam bat
as normal Ø Aus
kultasi : Normal
(S1 S2 tunggal)
B3 ( Brain ) Kes
adaran composm
entis (GCS : 4-5-
6) B4 ( Bladder )
BAK tidak mene
ntu, tidak ada ny
eri tekan di area
bladder. adanya l
epuhan yang ber
gerombol dan di
kelilingi oleh da
erah kemerahan
membentuk sebu
ah gelembung ca
ir pada daerah ke
maluan. B5 ( Bo
wel ) Nafsu ma
kan agak menur
un, tetapi porsi
makanan tetap h
abis. Ø Inspeksi
: Datar Ø Palpasi
: Supel, tidak ad
a massa Ø Perku
si : Timpani Ø A
uskultasi : Bisin
g usus ( + ) B6 (
Bone ) Tidak dit
emukan lesi atau
odem pada ekstri
mitas atas maup
un bawah. Kulit
lembab, turgor b
aik, tidak terdap
at pitting edema,
warna kulit sawo
matang, tidak ad
a hiperpigmentas
i. 6. Pola Aktivit
as Sehari-hari a.
Pola Manajemen
Kesehatan Pasie
n mengatakan ji
ka ada keluarga
yang sakit maka
segera dibawa te
mpat pelayanan
kesehatan terdek
at baik itu polikli
nik maupun dokt
er. b. Pola Nutri
si Sebelum sakit
pasien makan de
ngan porsi sedan
g 3 x sehari (por
si makan +/- 7-8
sendok makan) d
itambah makana
n ringan serta mi
num 8 gelas/ har
i (1500ml/hari).
Namun saat saki
t nafsu makan pa
sien berkurang, t
etapi tidak samp
ai kehilangan na
fsu makan. Di ru
mah sakit pasien
masih dapat men
ghabiskan porsi
makannya. c. Po
la Eliminasi Unt
uk BAK pasien
mengalami gang
guan selama saki
tnya.
d. Pola Tidur da
n Istirahat Sebel
um sakit pasien t
idak ada keluhan
dengan kebiasaa
n tidurnya yaitu
6- 8 jam/ hari. K
etika sakit pasie
n kadang mengel
uh kesulitan unt
uk tidur karena
merasakan nyeri
dan gatal pada d
aerah tubuh teut
ama kulit e. Pola
Persepsi Dan Ko
gnitif Pasien tida
k mengalami dis
orientasi tempat
dan waktu. Sem
ua alat indera pa
sien masih berfu
ngsi dalam batas
normal. f. Pola
Aktivitas Pasien
mampu beraktivi
tas seperti biasan
ya, tapi agak me
ngurangi aktivita
snya karena pasi
en merasakan ny
eri saat berjalan.
g. Pola Persepsi
Diri dan Konsep
Diri Pasien kura
ng tahu kondisi
penyakitnya saat
ini tetapi akan be
rusaha menerima
segala kondisiny
a saat ini. h. Pola
Peran Dan Hubu
ngan Pasien aga
k risih dengan ke
adaannya saat in
i. Terutama hubu
ngan dengan san
g suami. i. Pola
Seksualitas dan
Reproduksi Pasi
en berjenis kela
min perempuan,
sudah menikah d
an mempunyai s
eorang anak. Sel
ama sakit pola s
eksualitas tergan
ggu. j. Pola Kop
ing dan Tolerans
i Stress Pasien m
erasa yakin bah
wa suatu saat pe
nyakitnya akan s
embuh, tetapi ha
rus memerlukan
suatu usaha dan t
ak lupa untuk ter
us berdoa. k. Pol
a Nilai dan Kepe
rcayaan/ Agama
Pasien masih me
njalankan ibadah
nya.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
· Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. · Berdasarkan struktur
antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:virus herpes
simpleks tipe I (HSV I) dan virus herpes simpleks tipe II (HSV II, “virus of love”).
· Infeksi ini berlangsung dalam 3 tingkat yaitu : Infeksi prime, Fase Laten, dan Infeksi rekurens ·
Herpes simpleks bisa dicegah dengan : · Jalani pola hidup yang bersih dan higienis · Hindari
penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama · Menggunakan
kondom saat melakukan hubungan seksual · Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan
seksual dari individu yang terinfeksi
5.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan dankelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya untuk membuat askep ini.

DARFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai