Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HERPES

Disusun Oleh:

1. Rizqy Claudia Shaputri


2. Raudhatul Ilmi
3. Surina
4. Eka Amelia
5. Annisa Oktapiyannur
6. Erviyani
7. Risda
8. Ery Indriyani
9. Hepi Diana
10. Sumaryati

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN (KONVERSI)


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG

1
2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh

setiap orang. Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40%

penduduk dunia. Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan

kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara

7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis

sudah merupakan endemik di banyak negara. Di Indonesia sampai saat ini belum

ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa herpes genitalis

merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah kasus

yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah

seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.

Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis

diperlukan adanya pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan

komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan, cara penularan

PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya, dan cara-cara

menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita hamil dengan

infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari serviks

dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio caesaria

direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir. Herpes genitalis

merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih sering di jumpai di

Indonesia. Setiap orang dewasa mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakit

2
ini dan penularannya pun sangat mudah, yaitu kontak langsung atau melalui

hubungan seksual, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis tentang

penatalaksaan herpes genitalis.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan definisi umum Herpes !

2. Jelaskan macam-macam herpes !

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM

Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang

ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita

karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes.

Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut:

1.    Herpes Simpleks

2.    Herpes Genitalis

3.    Herpes Zoster

4.    Herpes Zoster Oftalmik

B. MACAM-MACAM HERPES

1.      HERPES SIMPLEKS

a.       Definisi

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes

simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh

adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan

eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat

berlangsung baik primer maupun rekurens.

b.      Etiologi

Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:

4
1 ) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)

Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut

herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis,

herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-

kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui k ontak langsung seperti

ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi

umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan

rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah

genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).

2 ) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)

Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga

terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga

medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar,

terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat

hubungan seksualorogenital.

c.   Patofisiologi

Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara

virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes

simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan

penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil

kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan

untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran

sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat

5
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan

lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada

infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar

limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.

Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan

infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah

infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam

sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan

bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion

radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas

atau gejala pada manusia.

d. Manifestasi Klinis

1.      Inokulasi kompl e k s pri m e r (primary inoculation complex)

Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru

pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi l okal dan

sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis.

Dalam waktu 24 jam saja, penderita sudah mengalami panas tinggi

(39-40 oC ), disusul o leh pembesaran kelenjar limfe submentalis,

pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3, yang 75-

80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa

sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5

tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh sp ontan

setelah 2-6 minggu.

2. herpes gingivostomatiti s

6
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa

muda. Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadeno pati

regional dan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah dan terlihat

sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke muk osa

bukal, lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas

yang busuk, dan penurunan nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi

dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung antara 2-4 minggu.

3. Infeksi herpes kompleks di seminata

Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3

tahun, dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat

mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat

gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis.

Kematian banyak terjadi pada stadium viremia yang berat.

4. Herpes genitalis (proge nital i s )

Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari.

Penularan dapat melalui hubungan seksual secara genito-genital,

orogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal

atau menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus,

kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang

dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala k onstitusi

berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami

limfadenopati inguinal.

7
e.  Penatalaksanaan Medis

Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi

ditujukan untuk mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran

virus. Obat antivirus analognukleosida merupakan terapi yang

dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi

atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya

menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat antivirus

yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir,

dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda

kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila

obat tertunda sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1

hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih setahun

sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat mengurangi

frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau

salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis

dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan

melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk

mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.

f.   Pencegahan

Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah

pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah

pertama menuju pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes,

kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau

8
kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual

harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika

tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran herpes,

kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. Busa

spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun

bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar

dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh.

Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera

mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.

2.     HERPES GENITALIS

a.  Definisi

Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,

kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh

virus herpes simpleks.

b.   Etiologi

Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes

simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui

hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua

jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di

sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan

kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes bisanya

tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki

9
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual

(misalnya sifilis atau cangkroid).

c.   Patofisiologi

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.

Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan

muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan

lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung

membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya

menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami

kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.

Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan

jaringan parut.

Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.

Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas

dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan

tidak enak badan.

Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk

kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka

bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan

hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di

sekitar anus atau di dalam rektum.

Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita

infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh

10
lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap

pengobatan dengan asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama

atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan

kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami

pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami

pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister

atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di

kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan

kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua

tidak terlalu berat.

d.      Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi,

dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada

orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau

HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda

sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.

Berbagai macam manifestasi klinis:

1. infeksi oro-fasial

2. infeksi genital

3. infeksi kulit lainnya

4. infeksi okular

5. kelainan neurologist

11
6. penurunan imunitas

7. herpes. neonatal

e.  Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes

genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:

a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.

Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar

5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun,

pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan

mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun

tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan

meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu

mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya

herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital

adalah:

a)  Asiklovir (Zovirus)

Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8

jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari)

dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi

lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.

b)   Famsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif

menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.

12
c)      Valasiklovir (Valtres)

adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap

berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan

bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg

valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan

asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200

mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

f.    Pencegahan

Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah

penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari

terinfeksi dengan HSV yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara

terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas

seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang

bebas infeksi.

3.   HERPES ZOSTER

a. Definisi

Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau

lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster

merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada

dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga

menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.

b. Etiologi

13
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella

zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm.

Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan

diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat

infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan

organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa

inkubasinya 14–21 hari.

c. Patofisiologi

Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes

(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA

hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan

kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke

ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil

reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi

chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20% orang yang menderita

cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi

sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.

d. Manifestasi Klinis

a.       Pengobatan

1)      Pengobatan topical

 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin

untuk mencegah vesikel pecah

14
 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan

antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 

menit

 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik       

(basitrasin / polysporin )    untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x

sehari.

2)      Pengobatan sistemik

Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis

virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun

dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral,

topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua

pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap

postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine

(Ara–A, Vira–A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.

Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan

efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan

penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan

narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk

menyembuhkan priritus.

b.  Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan

hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani

dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid

topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

15
c.       Neuralgia Pasca Herpes zoster

1) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut,

maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 10–75

mg/hari)

2) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional

merupakan bagian terpenting perawatan

3) Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat

yang tidak teratasi.

e.  Pencegahan

Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh

adalah pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon

spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia

lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah

dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai

antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat

mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang

rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta

imunosupresi.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes

simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya

vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada

daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer

maupun rekurens.

Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,

kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus

herpes simpleks.

Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih

dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan

infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan

saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan

penyakit varicella atau cacar/chickenpox.

B. Saran

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan

dengan cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang

mengarah pada penyakit herpes.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html

http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA

http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://

www.healthscout.com/ency/68/162/main.html

http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html

18

Anda mungkin juga menyukai