Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM INTEGUMEN

HERPES
Disusun oleh Kelas Tutorial VIII :

Rouly Rosdiani N (22011012

Cyntia Gevistara (22011012

Amelia Rienna H (22011012

Eva Fauziyah (22011012

Sammy Lazuardi Ginanjar (22011012

Aisyah Arrasyid M. (22011012

Hanifah Shalihah A (22011012

Zakiah Puteri R (22011012

Dinni Puspasari (22011012

Reggi Prathama (22011012

Santi Mulyasari (22011012

Neng Nopi Varida 22011012

Nita Prawitasari (22011012

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah tentang
penyakit herpes sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah system integumen.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Afif selaku coordinator mata kuliah ini serta
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sebagai manusia yang dhaif, apapun yang ada dan tertera pada makalah ini tentunya
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari teman-teman semua agar kedepannya penulis bisa lebih baik lagi dan
meningkatkan pengetahuan serta pengalaman dalam menyelesaikan makalah selanjutnya.
Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga ilmu yang tertuang
dalam makalah ini bisa mendatangkan manfaat bagi saya terutama sebagai penulis dan bagi
teman-teman semua yang membacanya.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan
bahwa satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah
menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal ini akan
merusak penyakit alat kelamin atau anus baik laki-laki dan perempuan yang terinfeksi.
Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang disebut Herpes
Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan intim atau selama kontak
antara kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes membuktikan bahwa penyakit ini
terutama mulut mempengaruhi organ dan alat kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh
dan luka dingin, sedangkan HSV 2 menginfeksi alat kelamin manusia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari penyakit herpes?
b.apakah tanda dan gejala dari penyakit herpes?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita virus herpes simplex?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk menambah wawasan kita tentang bagaimana proses penyebaran virus, penyakit yang
ditimbulkan, dan asuhan keperawatan pada penderita virus herpes simplex.
1.4 Manfaat Penulisan
Untuk menambah pengetahuan tentang virus herpes simplex dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel
unilateral, sesuai dengan dermatomnya (persyarafannya).
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai
kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella
dalam bentuk cacar air).
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster
yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan
vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan oleh virus
Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan sensorik.
Herpes simpleks adalah infeksi akut yg disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens
Penyakt infeksiosa dan kontagiosa yang disebabkan oleh virus herpes simplek tipe 1 dan
2 dengan kecenderungan menyerang kulit-mukosa (orofasial , genital), terdapat kemungkinan
manifestasi ekstrakutan dan cenderung untuk residif karena sering terjadi persintensi virus.
Derajat penularannya tinggi, tetapi karena patogenitas dan daya tahan terhadap infeksi baik,
maka infeksi ini sering berjalan tanpa gejala atau gejala ringan, subklinis atau hanya local.
( Rassner Dermatologie Lehrbuch und atlas, 1995).
A. Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan
tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka penderita antara laki-laki dan
perempuan, angka penderita meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti
Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di
Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita
varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu
virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap
hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3
usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah
melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

Sedangkan epidemiologi Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur
10x lebih tinggi daripada wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok
dengan sosioekonomi rendah.
B. Klasifikasi
Herpes zoster dapat dibedakan menjadi :
1. Herpes zoster generalisata
Adalah herpes yang unilateral dan segmental ditambah dengan penyebaran secara
generalisata berupa vesikel soliter dan terdapat umbilikasi.
2. Herpes zoster oftalmikus
Adalah herpes zoster yang didalamnya terjadi infeksi cabang pertama nervus trigeminus
yang menimbulkan kelainan pada mata serta cabang ke 2 dan ke 3 yang menyebabkan
kelainan kulit pada daerah persyarafan.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua
tipe yaitu :
1. Virus herpes simpleks tipe 1
Menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadangkadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak
dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
2. Virus herpes simpleks tipe 2
Hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar
ditularkan lewat kontak seksual.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi
sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang
nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain.
C. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub
unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan
organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421
hari.
1. Faktor Resiko Herpes zoster

a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
2. Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster
a.
b.
c.
d.
e.

Trauma / luka
Kelelahan
Demam
Alkohol
Gangguan pencernaan

f.
g.
h.
i.

Obat obatan
Sinar ultraviolet
Haid
Stress

3. Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai berikut:
a. Herpes Virus Hominis (HVH).
b. Herpes Simplex Virus (HSV)
c. Varicella Zoster Virus (VZV)
d. Epstein Bar Virus (EBV)
e. Citamoga lavirus (CMV)
j. Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui hubungan
kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu proses
persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat kelamin
luar.
k. Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II
l.
o. Predileksi

m. HSV tipe I
p. Kulit dan
mukosa di luar

n. HSV tipe II
q. Kulit dan
mukosa daerah
genetalia dan

r. Kultur pada
chorioallatoic

s. Membentuk
bercak kecil

membran

perianal
t. Membentuk
pock besar dan
tebal

(CAM) dari
telur ayam
u. Serologi

v. Antibodi
terhadap HSV

x. Sifat lain

tipe I
y. Tidak bersifat
onkogeni

aa.
4. Faktor pencetus replikasi virus penyebab herpes simpleks :
a. Herpes oro-labial.
Suhu dingin.
Panas sinar matahari.
Penyakit infeksi (febris).
Kelelahan.
Menstruasi.
b. Herpes Genetalis
Faktor pencetus pada herpes oro-labial.

w. Antibodi
terhadap HSV
tipe II
z. Bersifat
onkogeni

Hubungan seksual.
Makanan yang merangsang.
Alcohol.
c. Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:
Penyakit DM berat.
Kanker.
HIV.
Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).
Radiasi.
ab.
D. Manifestasi Kliniks
ac.
Herpes zoster
1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk),
gatal dan kesemutan.
c. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri
juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
d. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi
penglihatan dan lain lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang
tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan dalam
waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi
pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan
sampai 23 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga
menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke 7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut
(pitted scar)
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive
terhadap nyeri yang dialami.
ad. Herpes simpleks

ae.

Masa inkubasi berkisar sekitar 3-7 hari. Berdasarkan pernah tidaknya seseorang

kontak dengan Virus Herpes Simplex (HSV-2), infeksi Herpes simpleks berlangsung dalam 3
fase, yakni:
1. Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:
a. Dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatis)
b. Diawali dengan rasa panas, rasa terbakar dan gatal pada area yang terserang.
c. Kemudian timbul vesikula (bintik-bintik) bergerombol, mudah pecah sehingga
menimbulkan perlukaan (mirip koreng) di permukaan kulit yang kemerahan (eritematus),
dan nyeri.
d. Selanjutnya dapat diikuti dengan demam, lemas sekujur tubuh (malaise) dan nyeri otot.
e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar area yang terserang Herpes genitalis.
2. Fase Infeksi (lesi) Rekuren (kambuh).
af.

Seseorang yang pernah infeksi primer, dapat mengalami kekambuhan. Adapun

kekambuhan terjadi karena berbagai faktor dan dapat dipicu oleh beberapa faktor pencetus,
misalnya kelelahan fisik maupun psikis, alkohol, menstruasi dan perlukaan setelah hubungan
intim.
a. Pada infeksi kambuhan (rekuren), gejala dan keluhan pada umumnya lebih ringan.
Gambaran penyakit bersifat lokal pada salah satu sisi bagian tubuh (unilateral), berbentuk
vesikuloulseratif (bercak koreng) yang biasanya dapat hilang dalam 5 hingga 7 hari.
b. Sebelum muncul bercak berkoreng, didahului dengan rasa panas, gatal dan nyeri.
3. Fase Laten
ag. Fase ini berati penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat ditemukan dlm
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
ah.
ai. F.Komplikasi
aj.
ak. Nyeri post herpetik adalah nyeri yang timbul setelah gejala-gejala herpes zoster mulai
membaik. Nyeri tersebut dapat merupakan komplikasi yang paling umum terjadi di masyarakat.
Neuralgia paost herpetika (NPH) adalah komplikasi yang serius dari Herpes Zoster, nyeri
dirasakan di tempat penyembuhan ruam Herpes Zoster, terjadi 9 % hingga 15 % pasien herpes
zoster yang tidak diobati, dengan risiko yang lebih tinggi pada usia tua. Data seluruh dunia
menunjukkan di antara pasien herpes zoster yang berumur di atas 60 tahun, 6% masih merasakan
nyeri saat 1 bulan sejak terkena herpes zoster dan 1% masih merasakan nyeri 3 bulan
sesudahnya. Herpes zoster sendiri merupakan suatu reaktivasi virus varicella (cacar air) yang

berdiam di dalam jaringan saraf. Gangguan sensorik berupa hiperestesia, hiperalgesia dan
alodinia ikut memperberat penderitaan yang dialami. NPH ditandai dengan gangguan fungsi
saraf yang menyerang saraf nosiseptif (penghantar rangsang nyeri) dan sensorik. Terbentuknya
persambungan sel-sel saraf yang abnormal dan ketidakseimbangan pengaturan otomatis pada
sistem penghambatan serta perangsangan saraf juga ditemukan dan berperan terhadap timbulnya
nyeri pada kasus ini.

al.
am. Tidak semua kasus herpes zoster diikuti dengan NPH. Kasus ini lebih sering ditemukan
pada lansia, serangan herpes zoster di wajah bagian atas dan lengan, nyeri hebat pada saat
serangan herpes zoster, dan ruam kulit yang sangat banyak pada saat serangan herpes zoster.
Pasien yang sudah pernah menderita herpes zoster sebelumnya, dan nyeri dirasakan di tempat
yang tadinya terdapat ruam kulit. Nyeri demikian dapat dikategorikan sebagai NPH jika masih
dirasakan sampai lebih dari 3 bulan sejak hilangnya ruam kulit. Sifat nyeri umumnya terasa
seperti ditusuk-tusuk dan dapat dicetuskan oleh sentuhan ringan (yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan nyeri). Sejauh ini tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk
mendiagnosis NPH.
an. Selain itu komplikasi-komplikasi lain yang dapat terjadi di beberapa bagian tubuh
lainnya, diantaranya :

Pada mata
ao.

Diawali dengan mata merah meradang, air mata banyak keluar,

penglihatan rangkap, nyeri bola mata, sebagian penglihatan kabur sampai hilang.
Komplikasi herpes zoster ke mata bisa menyebabkan macam macam kerusakan dan
kemungkinan bisa sampai buta. Biasanya setelah herpes ini sembuh bisa menyisakan
cacat pada kornea, atau tekanan bola mata berubah meninggi (glaucoma).

Pada telinga
ap.

Bisa menimbulkan rasa nyeri pada telinga, kualitas pendengaran menjadi

menurun, baik itu bersifat sementara ataupun juga permanen serta bisa menyebabkan
wajah menjadi lumpuh sebelah.

Pada otak
aq.

Komplikasi herpes ke saraf otak bisa menyisakan rasa nyeri kepala yang

hebat sampai berbulan - bulan lamanya.


ar.
as. G.Pencegahan
at.
au. Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara imunisasi pasif
atau aktif.(Elizabeth, 2008 hal. 120 121)
av.
a.
Imunisasi aktif
aw.
Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live
attenuated) yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan tingkat
proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama. Dapat diberikan pada
anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk penderita pascakontak dapat
diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan maksud sebagai preventif atau mengurangi
gejala penyakit.
ax.
Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata
cukup aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi yang sama dan
efek samping hanya berupa rash yang ringan. Efek samping: biasanya tidak ada, tetapi bila
ada biasanya bersifat ringan.
ay. b.
Imunisasi pasif
az.
Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun
Plasma (ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer
antibody yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi
herpes zoster. Dosis Zoster Imuno Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan
sebanyak 5mL dalam 72 jam setelah kontak. Indikasi pemberian Zoster Imunoglobulin
ialah:
ba. 1)
Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2
hari setelah melahirkan.
bb. 2)
Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya belum
divaksinasi.
bc. 3)
Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.
bd. 4)
Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti kortikosteroid.
be.
Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau penyakit
keganasan lainnya, pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak menyebabkan
pencegahan yang sempurna, lagi pula diperlukan Zoster Imun Globulin (ZIG) dengan
titer yang tinggi dan dalan jumlah yang lebih besar.

bf.
Zoster Imun Plasma (ZIP) adalah plasma yang berasal dari penderita yang
baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3 mL/kg
BB. Pemberian Zoster Imun Plasma (ZIP) dalam 1-7 hari setelah kontak dengan
penderita varisela pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia, atau penyakit
keganasan lainnya mengakibatkan menurunnya insiden varisela dan merubah perjalanan
penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela untuk kedua kalinya.
bg.
bh. F.Penatalaksnaan
bi.
bj. Farmakologi
bk.
bl. 1. Pengobatan topikal
bm. Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Pada stadium vesicular yang
terpenting adalah menjaga gelembung/Plenting cairan agar tidak pecah supaya tidak
meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman yang lain, yaitu dengan cara
pemberian Acyclovir salep digunakan untuk mengobati luka dingin (lepuh demam, lepuh yang
disebabkan oleh virus) pada wajah dan mata. Acyclovir bekerja dengan cara menghentikan
penyebaran virus herpes dalam tubuh (MIMS Annual Indonesia 2008).
bn.
Acyclovir yang topical terdapat dalam bentuk sedian cream dan salep untuk
dioleskan ke kulit. Acyclovir cream biasanya dioleskan lima kali sehari selama selama 4 hari.
Sedangkan untuk salep Acyclovir biasanya dioleskan enam kali sehari (biasanya 4 jam
terpisah) selama 7 hari. Cara terbaik memulai menggunakan salep Acyclovir sesegera
mungkin setelah pasien mengalami gejalah pertama infeksi. Perlu diingat Acyclovir cream dan
salep hanya digunakan di kulit jangan sampai cream atau salep masuk ke mata, hidung, dan
mulut. Jika gejalah semakin memburuk segera hubungi dokter kembali (MIMS Annual
Indonesia 2008)
bo. Efek samping dari Acyclovir topical adalah Kering atau bibir pecah-pecah, Terkelupas,
mengelupas atau kulit kering, Terbakar atau kulit menyengat, Kemerahan, pembengkakan,
atau iritasi di tempat di mana pasien dioleskan obat, gejala lainnya yaitu Gatal-gatal, Ruam,
Rasa gatal, Kesulitan bernapas atau menelan, Pembengkakan wajah, leher, bibir, mata, tangan,
kaki, pergelangan kaki, atau kaki yang lebih rendah, Suara serak. Beberapa efek samping
dapat serius. Jika pasien mengalami gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter (MIMS
Annual Indonesia 2008)
bp. .
bq. 2. Pengobatan Sistemik
br.
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit herpes ditujukan untuk
mengurangi keluhan gejala yang ada nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.
Pemberian Acyclovir tablet oral maupun intravena sebagai antiviral yang betujuan untuk
mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi penderita dari ketidakmampuan daya
tahan tubuh melawan virus herpes. Acyclovir dapat diberikan secara oral, topical atau
parenteral.
bs.
bt. a. Acyclovir

bu.
Acyclovir, atau yang dikenal dengan nama askiloguanosin adalah obat antiviral
yang digunakan secara luas untuk pengobatan herpes. Asiklovir dapat diberikan peroral
ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir
peroral yang dianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena
biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa
minum obat.
bv.
Tujuan terapi Acyclovir adalah mencegah dan mengobati infeksi Virus varisella
zoster, menyembuhkan gejala yang muncul, seperti kemerahan (eritema), gelembunggelembung berisi cairan, keropeng atau kerak.
bw.
Nama dagang adalah Clinovir (Pharos)
bx.
Komposis Tiap tablet mengandung Acyclovir 200 mg dan Tiap tablet
mengandung Acyclovir 400 mg.
by. Cara Kerja Obat
bz.
Acyclovir adalah analog nukleosida purin asiklik yang aktif terhadap virus Herpes
simplex, Varicella zoster, Epstein-Barr dan Cytomegalovirus. Di dalam sel, acyclovir
mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif acyclovir trifosfat yang bekerja menghambat virus
herpes simplex DNA polymerase dan replikasi DNA virus, sehingga mencegah sintesa DNA
virus tanpa mempengaruhi proses sel yang normal (Gunawan, 2008).
ca. Strategi terapi
cb.
Strategi terapi farmakologis (terapi dengan obat) dalam pengobatan penyakit
herpes adalah dengan menggunakan obat-obat antivirus. Pengobatan baku untuk herpes adalah
dengan acyclovir, valacyclovir, famcyclovir, dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam
bentuk krim, pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih parah. Semua obat ini
paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri akibat herpes mulai
terasa. Semua antivirus yang digunakan pada infeksi Virus varisella zoster bekerja dengan
menghambat polimerase DNA virus. Acyclovir, ganciclovir, famciclovir, dan valacyclovir
secara selektif di fosforilasi menjadi bentuk monofosfat pada sel yang terinfeksi virus. Bentuk
monofosfat tersebut selanjutnya akan diubah oleh enzym seluler menjadi bentuk trifosfat,
yang akan menyatu dengan rantai DNA virus. Acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir
terbukti efektif dalam memperpendek durasi dari gejala dan lesi.
cc.
cd.
Ayclovir : merupakan agen yang paling banyak digunakan pada infeksi Virus
varisella zoster, tersedia dalam bentuk sediaan intravena, oral, dan topikal. Asiklovir bekerja
sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun
intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral
yang dianjurkan adalah 800 mg 5 kali sehari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena
biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa
minum obat (Gunawan, 2008).
ce.
cf.
Ganciclovir : mempunyai aktivitas terhadap herpes simplex virus tipe 1 dan 2,
tetapi lebih toksik daripada acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir, karena itu tidak
direkomendasikan untuk pengobatan herpes.
cg.

ch.
Famciclovir : merupakan prodrug dari penciclovir yang secara klinis efektif dalam
mengobati herpes simplex virus tipe 1 dan 2. famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga
bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7
hari.
ci.
cj.
Valacyclovir : merupakan valyl ester dari acyclovir dan memiliki bioavailabilitas
yang lebih besar daripada acyclovir. Valasiklovir diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari,
karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Untuk penderita yang resisten terhadap Asiklovir
seperti pada penderita herpes zoster dengan immunocompromised dapat diberikan Foscarnet
dengan dosis 40 mg / kg BB secara intravena setiap 8 jam hingga membaik(MIMS Annual
Indonesia 2008).
ck. Indikasi
cl.
Untuk mengobati Virus varisella zoster , herpes zoster, genital Herpes Simplex
Virus, herpes labialis, HSV encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang
memiliki respon imun yang diperlemah (immunocompromised), Pengobatan infeksi herpes
zoster dan varicella (Gunawan, 2008).
cm. Bentuk Sediaan Tablet 200 mg, 400 mg.
cn. Dosis dan Aturan Pakai
co.
Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir
peroral yang dianjurkan adalah 800 mg 5 kali sehari selama 7 hari, sedangkan melalui
intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang
tidak bisa minum obat.
cp. Peringatan dan perhatian
cq.
Acyclovir tidak boleh digunakan selama masa kehamilan kecuali bila manfaat
yang didapat jauh lebih besar daripada resikonya baik terhadap ibu maupun janin. Hati-hati
pemberian pada wanita yang sedang menyusui.
cr. Efek Samping
cs. Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan tidak nyaman) sekitar 12%
dan sakit kepala (2%). Pada system pencernaan (gastrointestinal) dilaporkan terjadi mual (25%), muntah (3%) dan diare (2-3%) (MIMS Annual Indonesia 2008).
ct. Kontraindikasi
cu. Penderita yang hipersensitif terhadap acyclovir, valacyclovir, atau komponen lain dari
formula.
cv. Cara Penyimpanan Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.
cw. Kemasan Acyclovir 200 mg, kotak 10 blister @ 10 tablet dan Acyclovir 400 mg, kotak 10
blister @ 10 tablet.
cx. b. Analgetik
cy. Paracetamol/Acetamenofen
cz.
Tujuan Terapi Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan
yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol
juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang.
jadi, tidak perlu heran bila suatu saat diberikan paracetamol oleh dokter untuk mengatasi sakit
kepala,nyeri atau sakit gigi (Gunawan, 2008).

da.
Farmakologi Obat asetamenofen/paracetamol ini mempunyai aktivitas sebagai
analgesik dan antipiretik dengan sedikit efek anti inflamasi. Seperti aspirin, asetaminofen
berefek menghambat sintesis prostaglandin perifer.
db. Indikasi
dc.
Paracetamol berefek meringankan sementara rasa sakit, nyeri ringan dan perut
terasa panas atau gangguan perut lainnya.
dd.
Farmakokinetik Asetaminofen yaitu dia cepat diabsorbsi dari saluran cerna. Pada
lingkungan normal, asetaminofen dikonjugasi dihati menjadi bentuk glukoronida atau
metabolit sulfat yang tidak aktif. Sebagian asetaminofen dihidroksilasi menjadi bentuk Nasetil-benzokuinonefen-reaktif tinggi dan metabolit berpotensi berbahaya yang bereaksi
dengan grup sulfhidril. Kemudian membentuk substansi nontoksik, dan akhirnya disekresikan
ke dalam urine (Gunawan, 2008).
de. Nama Dagang Obat yang mempunyai nama generik acetaminofen ini, dijual di pasaran
dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol,
Itramol dan lain lain. Namun tidak usah khawatir walaupun dengan nama dagang, harga obat
ini termasuk terjangkau bagi semua kalangan.
df. Dosis dan aturan Pakai
dg.
Walaupun sebenarnya obat ini bisa dibeli dengan bebas di warung warung, tetapi
dalam penggunaanya tentu saja harus tetap memperhatikan dosis yang dianjurkan. Jangan
pernah coba coba minum obat ini melebihi dari dosis yang dianjurkan bila ingin selamat.
Jangan pula meminum obat ini selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa berkonsultasi
dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak dibawah 3 tahun tanpa
terlebih dahulu meminta saran dari dokter. Peringatan diatas saya harap jangan disepelekan
sebab walaupun paracetamol kelihatan seperti obat yang jinak, namun dibalik semua itu
terdapat banyak efek samping yang perlu diwaspadai. Tetapi hal tersebut tidak usah terlalu
dikhawatirkan, asal diminum sesuai dengan anjuran maka efek samping tidak akan pernah
muncul dan walaupun muncul, derajatnya sangat ringan (Gunawan, 2008).
dh.
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk orang
dewasa adalah 500 mg tiga kali sehari selama gejalah demam dan nyeri masih ada, jika tidak
ada hentikan pemakaian. Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat
ini melebih dosis maksimum tadi maka jangan heran bila kelak terjadi kerusakan hati yang
fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter
antara lain: mual sampai muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni yang
pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan rasa lelah dan lemas. Adapun beberapa reaksi
alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan
kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum
paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
di. Perhatian dan Peringatan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan teman-teman saat
menjalani pengobatan dengan paracetamol. Jadi sebelum minum paracetamol, sampaikan ke
dokter anda kalau anda sebelumnya pernah mengalami alergi setelah mengkonsumsi
paracetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain. Selain itu, informasikan pula ke
dokter bila anda mempunyai riwayat penyakit kronis seperti penyakit hati, ketergantungan
alkohol, dan lain lain. Paracetamol dapat merusak hati, maka bila ditambah dengan

mengkonsumsi alkohol secara berlebihan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan hati
(MIMS Annual Indonesia, 2008).
dj. Tanda tanda yang dapat muncul setelah mengkonsumsi paracetamol antara lain: terjadi
perdarahan ringan sampai berat, keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang
kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.
dk. Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan
pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar-benar membutuhkan dan dalam
pengawasan dokter.
dl. c. Vaksin zoster (Zostavax)
dm. Zostavax adalah salah satu vaksin zoster dengan penggunaan satu kali, kuat, dan
meningkatkan cell mediated imunity spesifik VZV. Pada sebuah studi, dibuktikan bahwa
vaksin zoster mengurangi beratnya kesakitan sebesar 61%, mengurangi angka kejadian herpes
zoster sebesar 51%, dan mengurangi angka kejadian neuralgia postherpestik sebesar 67%
(Sanford dan Keating, 2010).
dn. d. Kortikosteroid
do.
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul
hormon memasuki sel melalui membran plasma dengan cara difusi pasif. Didalam sitoplasma
sel membentuk komplek reseptor-steroi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan
kromatin. Ikatan merangsang transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Pada beberapa
jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik,
dan pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid merangsang sintesis
protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid (Gunawan, 2009).
dp.
Salah satu sediaan kortikosteroid adalah prednison. Prednison tersedia dalam
bentuk oral dengan dosis 5 mg per tablet. Dalam kaitan dengan penyakit herpes zoster dosis
prednison yang dapat diberikan untuk mengatasi nyeri postherpestic adalah sebesar 3x 20 mg
dalam sehari (Handoko, 2011).
dq.
dr. Non farmakologi
ds.
Perawatan non farmakologi juga sangat penting. Pendidikan pasien dan dukungan
penting dalam penatalaksanaan Herpes zoster. Hal tersebut meliputi penjelasan atas jalannya
penyakit, rencana pengobatan, dan perlu memperhatikan aturan dosis antivirus. Tidak adanya
pengetahuan pasien dan ketakutan pasien tentang Herpes zoster harus diperhatikan dan pasien
harus diberitahu tentang resiko menular terhadap orang yang belum pernah cacar air.
Instruksikan pasien agar tetap menjaga ruam dalam keadaan bersih dan kering untuk
meminimalkan resiko infeksi bakteri, melaporkan setiap perubahan suhu badan, dan
menggunakan baju yang bersih dan hidup sehat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
dt.
Meningkatkan kekebalan tubuh dengan istirahat dan makan-makanan bergizi
karena infeksi virus akan cepat membaik dengan meningkatnya system imun tubuh, serta
berkonsultasi ke dokter kulit dan kelamin.
du. Akupuntur
dv. Fleckenstain et al (2009) menyatakan bahwa, Akupuntur dilaporkan menjanjikan untuk
beberapa percobaan pada neuralgia, nyeri neuropatik, atau kondisi postherpestik.
dw. Terapi Psikososial

dx. Manajemen stress dan berbagai tehnik kognitif-perilaku, termasuk latihan relaksasi,
biofeedback dan hypnosis dapat bermanfaat sebagai terapi penunjang. Pasien perlu diberi
penjelasan mengenai perjalanan penyakitnya, dibuat strategi untuk mengikatkan kepatuhan
pasien dan mempercepat kembali ke aktivitas sebelum sakit.
dy.
dz.
ea.
eb.
ec.
ed.
ee.
ef.
eg.
eh.
ei.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.
fh.
fi.
fj.
fk.
fl.

fm. G.Patofisiologi
fn.
fo.
fp.
fq.
fr.
fs.
ft.
fu.
fv.
fw.
fx.
fy.
fz.
ga.
gb.
gc.
gd.
ge.
gf.
gg.
gh.
gi.

gj. PENGKAJIAN
gk. IdentitasKlien

Namaklien
: Tn. Komarudin Ali
Umur
: 23tahun
Jeniskelamin : Laki- laki
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama
: ISLAM
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: KaryawanSwasta
Alamat
: JalanKarapitan No. 255 Bandung
MRS
: 11 Januari 2014, Jam 09.25 WIB, diantarkeluarga.
Tglpengkajian : 11Januari 2014, Jam 10.35 WIB
gl. RiwayatKesehatan

Keluhanutama
gm. adanyanyeridanadanyalepuhan

yang

dikelilingiolehdaerahkemerahanmembentuksebuahgelembungcairpadadaerahpunggun
g
gn.
RiwayatKesehatanSekarang
go. Tuan

Komarudin

Ali

23tahundatangkerumahsakitdengankeluhanadanyanyeridanadanyalepuhan

yang

dikelilingiolehdaerahkemerahanmembentuksebuahgelembungcairpadadaerahpunggun
g.Sebelumnya

Tuan

Komarudin

Alimengalamigatal-gatalselama

Komarudinmengeluhnyeriberskala 4 dari 5.
gp.
Riwayatkeperawatan yang lalu
gq. Klienbelumpernahmengalamigangguan integument
gr.
Riwayatkesehatankeluarga
gs. Ada anggota yang terinfeksi virus iniyaituadikklien.
gt.
Polamanajemenkesehatan

hari.Tuan

gu. Klienmengatakanjikaadakeluarga

yang

sakitmakasegeradibawatempatpelayanankesehatanterdekatbaikitupoliklinikmaupundo

kter.
gv.
Polanutrisi
gw.Sebelumsakitkliennmakandenganporsisedang
sehariditambahmakananringansertaminum

gelas/

hari.Namunsaatsakitnafsumakanklienberkurang,
tetapitidaksampaikehilangannafsumakan.Di
rumahsakitklienmasihdapatmenghabiskanporsimakannya.

gx.
Polaeliminasi
gy. Untuk BAB dan BAK klientidakmengalamigangguanselamasakitnyayaitu 1x BAB
dan 4x BAK.

gz.
Polapersepsidankognitif
ha. Klientidakmengalamidisorientasitempatdanwaktu.Semuaalatinderaklienmasihberfung
sidalambatas normal.

hb.
Polaaktivitas
hc. Klienmengalamisedikitkesulitandalamberaktivitassepertibiasayaitupergikekantoruntu
kbekerja, danmelakukankegiatan yang lain sesuaidenganrutinitasnya, akibatnyeri.

hd.
Polatidurdanistirahat
he. Sebelumsakitklientidakadakeluhandengankebiasaantidurnyayaitu

6-

jam/

hari.Ketikasakitklienkadangmengeluhkesulitanuntuktidurkarenamerasakannyeri.

hf.
Polapersepsidiridankonsepdiri
hg. Klientahukondisinyapenyakitnyasaatinidanakanberusahamenerimasegalakondisinyasa
atini. Klientidakmerasamaludanrendahdiridengankondisinyasaatini.

hh.
Polaperandanhubungan
hi. Klientidakmengalamimasalahdalamhubungansosialnya.Klienmemilikibanyaktemanda
nstaf yang menghormatinya.

hj.
Polaseksualitasdanreproduksi
hk. Klienberjeniskelaminlaki laki, masihlajang.
hl.
Polakopingdantoleransistress

hm.

Klienmerasayakinbahwapenyakitnyaakansembuh,

tetapiharusmemerlukansuatuusahadantaklupauntukterusberdoa.

hn.
Polanilaidankepercayaan/ agama
ho. Klienmasihmenjalankanshalatlimawaktu.
hp. Pemeriksaanfisik

Kesadaran
: Composmetis
TekananDarah : 130/ 90 mmHg
Nadi
: 112 x/ menit
Pernafasan
: 22 x/ menit
Suhutubuh
: 38 C
Kulit
: Kulitlembab, bersih, turgor baik, tidakterdapat pitting edema, warnakulit
hq.
sawomatang, tidakadahiperpigmentasi.
Kepala
: Bentukkepalamesosephal, bersih, tidakberbau, tidakadalesi, rambuthitam
hr.
lurus
Mata
:Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil 4 mm,
konjungtivatidakanemis,
hs. scleratidakikteric,

tidakada

ptosis,

koordinasigerakmatasimetrisdanmampumengikutipergerakanbendasecara

Hidung
Telinga

terbatasdalam 6 titiksudutpandang yang berbeda.


:Simetris, bersih, tidakadapoliphidung, cupinghidungtidakada.
:Simetris,
bersih,
tidakadatandaperadanganditelinga/
mastoid.

Cerumentidak

Mulut

ht.
ada, refleksuarabaikdantelingasedikitberdenging.
:Bibirtidak
cyanosis,
mukosabibirlembab,

tidakadapembesaran
hu. tonsil,

tidakada

stomatitis

lidahbersih,

dangigimasihgenap.

Sekitarbibirterdapatbintikbintikkemerahan yang membentukgelembung

yang berisicairan.
Leher
: Simetris, tidakterdapatpembesarankelenjar thyroid.
Dada :
o Jantung
Inspeksi
: Simetris, statis, dinamis
Palpasi
: teraba normal
Perkusi
: Konfigurasijantungdalambatas normal
Auskultasi
: normal
o Paru paru

Perut :
o
o
o
o

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
hv.

: Simetris, statis, dinamis


: Sterm fremitus kanan = kiri
: Sonorseluruhlapangparu
: Suaradasarvesikuler, suaratambahan ( - )

: Datar
: Supel, tidakadamassa
: timpani
: bisingusus ( + )

hw.
Ekstrimitas :
hx. Tidakditemukanlesimaupunudempadaektrimitasatasmaupunbawah.
hy. MASALAH
KEPERAWATAN

hz. ETIOLOGI

1. Gangguan rasa nyaman


nyeri
ia.
ib.
ic.
id.
ie.
if.
ig.
ih.
ii.
ij.
ik.
il.
im.
2. Gangguan integritas kulit
in.
io.
ip.
iq.
ir.
is.
it.
iu.
iv.
iw.
ix.
iy.
iz.
3. Ansietas

kp.

ja. VHS
jb.
jc.
jd. Nukleus sel
je.
jf. Infeksi primer
jg.
jh. Timbul vesikel-vesikel
ji.
jj. Edema kulit yang berat
jk.
jl. Nyeri
jm.
jn.
jo. VHS
jp.
jq.
jr. Infeksi primer
js.
jt. Dermis dan epidermis
ju.
jv. Gingivos stomatis
jw.
jx. Gangguan integritas
kulit
jy.
jz.
ka.
kb.
kc. Adanya penyakit
kd.
ke.
kf. Kurang terpaparnya
informasi
kg.
kh. Kurang pengetahuan
ki.
kj. Stress psikologis
kk.
kl. Ansietas
km.
kn.
ko.

kq.
kr. ASKEP Herpes Zooster
ks.
kt.
ku. Diagnosa Keperawatan
N
kx.
1.

ky. Gangguan rasa nyaman nyeri


b.d infeksi virus

kv. Tujuan
kz. Rasa
nyaman
terpenuhi
setelah
tindakan
keperawata
n

kw.Intervensi
a. Kaji kualitas &
kuantitas nyeri
b. Kaji respon klien
terhadap nyeri
c. Ajarkan teknik
distraksi dan
relaksasi
d. Hindari rangsangan
nyeri
e. Kolaborasi
pemberian analgetik
sesuai program

la.
2.

lb. Gangguan integritas kulit b.d


vesikel yang mudah pecah

lc. Integritas
kulit tubuh
kembali
dalam
waktu 7-10
hari

a. Kaji tingkat
kerusakan kulit
b. Jauhkan lesi dari
manipulasi dan
kontaminasi
c. Berikan diet TKTP

le.
3.

lf. Cemas b.d adanya lesi pada


wajah
lg.

lh. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n cemas
akan
hilang/berk
urang

ld.
a. Kaji tingkat
kecemasan klien
b. Jalaskan tentang
penyakitnya dan
prosedur perawatan
c. Tingkatkan
hubungan terapeutik
d. Libatkan keluarga
untuk memberi
dukungan
li.

lj.

lk.
ll.

lp.
lq.
lr.
ls.

lm. DAFTAR PUSTAKA


ln.
lo.
FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius. Hal:151152.
Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43.
Prof. Dr. Marwali H, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. cetakan I. Jakarta
FK UI, 2000. ,Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keempat. Jakarta
http://www.kulitkita.com/2009/03/penatalaksanaan-herpes-simplex.html.
lt.

Anda mungkin juga menyukai