Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes adalah infeksi virus pada kulit. Herpes Simplex Virus
merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada
manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit
herpes pada manusia yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus
(VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV), dan Human
Herpes Virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus
herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan
replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe,
yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada
alat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat
menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan
munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut,
wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui
hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan
luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan
kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang.
Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang
paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul
meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti
dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan
pembentukan keropeng atau kerang (scab). Setelah infeksi pertama, HSV
memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf
sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi
kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan
penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam,
trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela zoster, Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal.
Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai
umur lebih sering pada orang dewasa.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah asuhan kebidanan pasien dengan Virus Herpes ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi Virus Herpes.
b. Untuk mengetahui klasifikasi Virus Herpes.
c. Untuk mengetahui etiologi Virus Herpes.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis Virus Herpes.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Virus Herpes.
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan medisVirus Herpes.

D. Manfaat Pembuatan Makalah


Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

E. Manfaat Umum
Untuk memberikan masukan informasi, pengetahuan, dan konsep kepada
publik mengenai asuhan kebidanan Virus Herpes.

F. Manfaat Khusus
Memberikan wawasan atau pengetahuan bagi diri kita, sebagai penulis juga
wawasan atau pengetahuan untuk para peneliti atau orang lain yang memiliki
ketertarikan terhadap asuhan kebidanan Virus Herpes.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Virus Herpes


1. Virus Herpes Simpleks
a. Herpes simpleks adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang
ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
b. Herpes simpleks adalah penyakit kulit/ selaput lendiur yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus ditularkan melalui
udara( aerogen) dan sebagian kecil memalui kontak kulit langsung
(termasuk disini melalui hubungan badaniah/ koitus).
c. Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Partikel DNA
penular masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan mesin
reproduksi sel untuk replikasinya sendiri.
2. Virus Hepes Zoster
a. Herpes zoster ( Dampa, Cacar air ) adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit
dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi
setelah infeksi primer. Kadang – kadang infeksi primer
berlangsung subklinis. Frekueni pada pria dan wanita sama, lebih
sering mengenai orang dewasa.
b. Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan
mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
c. Herpes zoster adalah Peradangan kulit akut dengan sifat
yang khas, yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok
sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan
biasanya unilateral.
B. Klasifikasi
Ada dua jenis herpes:
1.Herpes Simpleks tipe I
Tipe I biasanya menyerang bibir, mulut, hidung dan pipi. Bentuk herpes
ini diperoleh dari kontak yang dekat dengan anggota keluarga atau teman
yang terinfeksi tanpa hubungan seksual. Penularannya dapat melalui
ciuman, sentuhan dan memakai handuk bersama.
2.Herpes Simpleks tipe II.
Herpes simpleks tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan
biasanya didahului oleh suatu hubungan seksual, tetapi tidak selalu.
Infeksi primer dapat terjadi pada sembarang tempat di kulit, walaupun
biasanya timbul disekitar mulut dan hidung, yang menyebabkan
gingivostomatis, di sekeliling mata menyebabkan konjungtivitis, pada
jari tangan menyebabkan herpes jari tangan, dan di bokong dan genitalia
menyebabkan edema kulit yang berat vesikulasi yang luas dan nyeri
yang sangat.
C. Etiologi Virus Herpes
1. Virus Herpes Simpleks
Herpes virus hominis, yang berdiameter 100 nm. Floward dan
Cushing adalah yang pertama kali mengemukakan bahwa ada hubungan
antara herpes virus hominis dengan sistem saraf.
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes
simplek. Virus herpes simpleks tipe 1. Penyakit kulit atau selaput lendir
yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja. Atau dengan
nama lain herpes labialis, herpes febrilis. Biasanya penderita terinfeksi
virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagaian kecil
melalui kontak langsung. lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian
atas, dapat juga dijumpai di daerah genetalia, dan penularannya lewat
koitus oro genital (oral sex).
Virus herpes simpleks tipe 2 (virus of love). Penyakit ditularkan melalui
hibungan seksual tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus misalnya dapat
terjadi pada dokter atau dokter gigi dan tenaga medis lainnya lokalisasi
lesi umumnya adalah bagian tubuh dibawah pusar terutama daerah
genetalia lesi ekstra genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual
orogenital
2. Virus Herpes Zoster
Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar
air). Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan
menderita malignitas, seperti leukemia dan limfoma.
Cara penularan dengan Kontak langsung dengan lesi aktif sekresi
pernafasan. Dewasa lebih sering dibanding anak-anak dan tidak
tergantung pada musim.

D. Manifestasi Klinis Pielonefritis


1. Virus Herpes Simpleks
Infeksi VHS ini berlangsung dalam tiga tingkat:
a. Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di
daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak.
Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada
perawat, dokter gigi atau pada orang yang sering menggigit jari (herpetic
whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi
primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang
ke bawah, terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes
meningitis dan infeksi neonatus.
Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual
berupa oro-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital
kadang-kadang disebabkan oleh VHS tipe I, sedangkan di daerah mulut
dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II.
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu
dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan
anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
regional.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian
menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang
mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada
perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi
sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya
didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks.
Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada
genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.
b. Fase laten
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS
dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
c. Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak
aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik
(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual dan sebagainya), trauma
psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat
jenis makanan dan minuman yang merangsang. Gejala klinis yang timbul
lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10
hari. Sering ditemukan gejala prodomal lokal sebelum timbul vesikel
berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada
tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non loco).
2.Virus Herpes Zoster
Di dahului dengan disertai nyeri hebat atau rasa terbakar. Herpes zoster
dapat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Nyeri yang timbul
setelah serangan herpes disebut neuralgia pascaherpetika dan biasanya
berlangsung selama beberapa tahun. Neuralgia lebih sering dialami oleh
pasien yang sudah lanjut usia. Herpes zoster yang menyebar ke seluruh
tubuh, paru-paru dan otak dapat menjadi fatal.
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi
penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih
sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik
seperti demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang,
gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi
keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang
vesikel mengandung darah yang disebut herpes zoster haemoragik dapat
pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatriks.
Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kurang lebih 1-2 minggu. Disamping gejala
kulit dapat juga  dijumpai pembesaran kelenjar geth bening regional.
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan
motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena
struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada
daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka
sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas
nervus fasialis dan otikus.
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana
nervus trigeminus. Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping
itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus
fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot
muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat
persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea,
dan gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini
berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa
vesikel dan eritema. Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya
unilateral dan  segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara
generalisa berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca
laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.
Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada
usia lebih dari 40 tahun.
E. Pemeriksaan Penunjang Virus Herpes
1. Pemeriksaan Uji Tzank Smears
Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel
datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
2. Punch Biopsy

F. Penatalaksanaan Medis
1. Virus Herpes Simpleks
Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal,
artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara
tuntas. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krim
yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P)
dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam. Preparat
asiklovir (zovirax) yang dipakai secara topical tampaknya memberikan masa
depan yang lebih cerah. Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi
DNA virus. Klinis hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul
ulserasi dapat dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat asiklovir
tampaknya memberikan hasil yang lebih baik, penyakit berlangsung lebih
singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5 x 200 mg sehari
selama 5 hari. Preparat isoprinosin sebagai imunostimulator, efeknya ialah
peningkatan imunitas seluler. Pengobatan parenteral dengan asiklovir
terutama ditujukan kepada penyakit yang lebih berat atau jika timbul
komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat adenine arabinosid
(vitarabin). Interferon sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat
reproduksi virus juga dapat dipakai secara parenteral. Untuk mencegah
rekurens, macam-macam usaha yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan
imunitas seluler, misalnya pemberian preparat lupidon H (untuk VHS tipe I)
dan lupidon G (untuk VHS tipe II) dalam satu seri pengobatan. Pemberian
levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa
penyelidik membeerikan hasil yang baik. Pemberian vaksinasi cacar
sekarang tidak dianjurkan lagi
Herpes genitalis pada kehamilan
Bila pada kehamilan timbul herpes geniitalis, perlu mendapat perhatian yang
serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta
dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal
mempunyai angka mortalitas 60% , separuh dari yang hidup, menderita
cacat neurologik atau kelainan pada mata.
Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis,
keratokonjungtivitis, atau hepatitis; di samping itu dapat juga timbul lesi
pada kulit. Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus secara section
caesaria bila pada saat melahirkan sang ibu menderita infeksi ini. Tindakan
ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat enam
jam setelah ketuban pecah. Di Amerika Serikat frekuensi herpes neonatal
adalah 1 per 7500 kelahiran hidup. Bila transmisi terjadi pada trimester I
cenderung terjadi abortus, sedangkan bila pada trimester II, terjadi
prematuritas. Selain itu, dapat terjadi transmisi pada saat intrapartum.
2. Virus Herpes Zoster
Pengobatan herpes zoster bersifat simtomatik dengan kompres pada tempat
yang terserang dan pemberi obat penghilang rasa sakit. Bila saraf oftalmikus
cabang dari saraf trigeminus terkena, maka harus dirujuk pada seorang
dokter ahli penyakit mata karena dapat terjadi perforasi kornea akibat infeksi
tersebut. Pemberian kortikosteroid sistemik dini dapat membantu mencegah
timbulnya neuroglia pascaherpetika. Asiklovir oral 800 mg 5 kali sehari
selama 10 hari dapat mempersingkat durasi infeksi herpes zoster.
Famsiklovir oral (famvir) dengan dosis 500 mg 3 kali sehari selama 7 hari
dan varsiklovir (valtrex) dengan dosis 1 gram 3 kali sehari selama 7 hari
dapat memperpendek durasi infeksi herpes zoster.
Neuralgia pascahepertika yang menetap dapat diobati dengan kapsaisin
topical (Zostrix) namun biasanya membutuhkan analgetik yang lebih kuat
(Tylenol#3, Vicodin). Amitriptilin dan antidepresan trisiklik juga berguna,
namun pasien dengan nyeri yang berat biasanya di rujuk ke klinik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Herpes simpleks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus
herpes simpleks/ virus hpminis. Herpes simpleks terbagi 2 tipe, yaitu tipe 1
dan tipe 2. Proses penularannya bisa melalui kontak langsung dan hubungan
seksual. Selama infeksi Primer, virus bisa naik melalui saraf perifer hingga
mencapai radiks ganglia dorsalis, kemudian virus akan berada dalam
stadium dorman.
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang – kadang infeksi
primer berlangsung subklinis. Frekueni pada pria dan wanita sama, lebih
sering mengenai orang dewasa.

B. Saran
1) Sebaiknya Bidan mengetahui definisi virus herpes.
2) Sebaiknya Bidan mengetahui etiologi virus herpes.
3) Sebaiknya Bidan mengetahui manifestasi klinis virus herpes.
4) Sebaiknya Bidan mengetahui penatalaksanaan medis virus herpes.

Anda mungkin juga menyukai