Anda di halaman 1dari 18

PJBL HERPES

A. DEFINISI UMUM
Herpes merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut
penderita karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita
herpes.
Menurut WHO, Herpes merupakan penyakit kulit yang pembentukannya
di tandai dengan gelembung-gelembung berisi air pada permukaan kulit.
Penyakit ini pada umunnya di sebabkan oleh virus. Herpes menular lewat
udara, sentuhan, dan hubungan seksual yang lebih dengan 1 pasangan.

B. MACAM-MACAM HERPES
1. HERPES SIMPLEKS
A. DEFINISI
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
( kondisi yang terjadi dengan perubahan warna kemerahan hingga
keunguan dan bengkak.) pada daerah dekat mukokutan (berkaitan
dengan selaput lendir dan kulit; garis persimpangan di lubang hidung,
mulut, vagina, dan anus.) (Handoko, 2010).
Dalam herpes simplek dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan
perbedaan imunologis dan klinisnya yaitu (Bobak, 2004)
1. Virus herpes simpleks tipe I
Merupakan infeksi yang paling benyak ditemukan pada masa
kanak-kanak. Biasanya ditransmisi melalui kontak sekresi oral
dan menyebabkan cold sores ( lepuhan-lepuhan kecil dan
menyakitkan, dapat timbul di sekitar mulut, muka atau hidung. )
dan fever blisters.
2. Virus herpes simpleks tipe 2
Biasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas sexual meningkat
dan di transmisikan terutama melalui kontak dengan sekresi
genetalia.
B. ETIOLOGI
Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes
hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II
berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic
marker dan lokasi klinis tempat predileksi (Handoko, 2010).
HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan
HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya
infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah
Penyebab Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus
herpes simpleks:
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya
disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes
labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini
pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui
kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai
baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh
bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan
pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang
penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2. Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat
juga terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi
dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh
di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital
dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik
pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi
primer oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-
anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau
III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual (Handoko,
2010). Infeksi genital yang berulang 6 kali lebih sering daripada
infeksi berulang pada oral-labial; infeksi HSV tipe II pada daerah
genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe I di daerah
genital; dan infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering kambuh
daripada infeksi HSV tipe II di daerah oral.Walaupun begitu infeksi
dapat terjadi di mana saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak
menutup kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar ke bagian lain
(Habif, 2004).
D. KLASIFIKASI
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang
menginfeksi yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.
Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I
(HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang
mengenai daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis)
sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan
HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan
seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital,
dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah.
Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1
adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sores) di
sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes
kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga
dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2
dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Penyakit
Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang
terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif
disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar.
Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu
berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV
dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu
terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya
lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV
ditularkan pada orang lain.
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau
mukosa dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia
sensoris dan terus bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh
saraf-saraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih luas. Setelah infeksi
primer HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris (Sterry,
2006).
Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam
rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis
(Sterry,2006).
Menurut Habif (2004), infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer,
virus menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik
kambuhnya penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer
kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat dideteksi dengan kenanikan
titer antibody IgG. Seperti kebanyakan infeksi virus, keparahan
penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar
melalui udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau kontak
dengan cairan yang mengandung virus seperti ludah. Gejala yang
timbul 3 sampai 7 hari atau lebih setelah kontak yaitu: kulit yang
lembek disertai nyeri, parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul
sebelum terjadi lesi pada daerah yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing,
rasa gatal, dan demam adalah karakteristik gejala prodormal. Vesikel
pada infeksi primer HSV lebih banyak dan menyebar dibandingkan
infeksi yang rekuren. Setiap vesikel tersebut berukuran sama besar,
berlawanan dengan vesikel pada herpes zoster yang beragam
ukurannya. Mukosa membran pada daerah yang lesi mengeluarkan
eksudat yang dapat mengakibatkan 8 terjadinya krusta. Lesi tersebut
akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali terjadi infeksi
sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut (Habif, 2004).
Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan
ditransportasikan oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia
dorsal dan masuk masa laten di ganglion. Trauma kulit lokal
(misalnya: paparan sinar ultraviolet, abrasi) atau perubahan sistemik
(misalnya: menstruasi, kelelahan, demam) akan mengaktifasi kembali
virus tersebut yang akan berjalan turun melalui saraf perifer ke tempat
yang telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi rekuren. Gejala berupa
rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan dalam 12
jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga
terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi
erosi pada daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta
pada bibir dan kulit. Krusta tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar
8 hari lalu kulit tersebut akan reepitelisasi dan berwarna merah muda
(Habif, 2004).
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya:
mengenai jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi
dan perawat yang melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga
kesehatan yang sering terpapar dengan sekresi oral merupakan orang
yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004). Bisa juga mengenai para
pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang melakukan
kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh
anggota tim (Sterry, 2006).
F. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi
primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes
simpleks tipe I tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung
pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus
tipe II tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama
daerah genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat
sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
demam, malaise dan anoreksia.Kelainan klinis yang dijumpai berupa
vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi
cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat
mengalami ulserasi (Handoko, 2010). Pada fase laten penderita tidak
ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks virus dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko,
2010). Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula
tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu
(misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit
sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung
sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal
berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada
tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010).
G. KOMPLIKASI
1. Infeksi Mata
Herpes simpleks dapat menyebabkan bengkak kelopak mata dan
konjungtivitis dengan opacity dan ulserasi superfisial kornea
(dendritik ulkus).
Infeksi tenggorokan infeksi tenggorokan mungkin sangat
menyakitkan dan mengganggu menelan.
2. Eksim herpetikum
Pada pasien dengan riwayat dermatitis atopik atau penyakit Darier ,
HSV dapat mengakibatkan infeksi berat dan luas, yang dikenal
sebagai eksim herpeticum. Penyakit kulit dapat aktif atau sejarah.
Banyak lecet meletus pada wajah atau di tempat lain, yang
berhubungan dengan kelenjar getah bening yang bengkak dan
demam.
3. Eritema multiforme
Sebuah episode tunggal atau berulang eritema multiforme
merupakan reaksi jarang herpes simpleks. Ruam eritema
multiforme muncul sebagai plak simetris pada tangan, lengan, kaki
dan kaki bagian bawah. Hal ini ditandai dengan lesi sasaran , yang
kadang-kadang memiliki lecet pusat.
4. Sistem Saraf
Saraf wajah kranial mungkin terinfeksi oleh HSV, memproduksi
kelumpuhan sementara otot-otot yang terkena. Jarang, nyeri
neuralgic mungkin mendahului setiap kekambuhan herpes dengan
1 atau 2 hari (sindrom Maurice). Meningitis jarang terjadi.
5. Infeksi Meluas
Infeksi disebarluaskan dan atau ulserasi persisten akibat HSV yang
bisa serius pasien yang kekebalan tubuhnya kurang. misalnya
orang dengan human immunodeficiency virus (HIV).
Obat antivirus akan menghentikan HSV mengalikan setelah
mencapai kulit atau selaput lendir tetapi tidak dapat membasmi
virus dari dalam sel-sel saraf. Oleh karena itu dengan mengetahui
komplikasi herpes simplek segera anda lakukan cara mengobati
herpes simplex secara alami, sebelum virus herpes simplek dapat
mengakibatkan komplikasi penyakit pada tubuh anda.
H. PENATALAKSANAAN
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim
yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-
P) atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir
dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat
kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian
parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan
tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ
dalam (Handoko, 2010). Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir,
valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam
kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400
mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk
obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada wanita hamil
diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena (Sterry, 2006).
2. HERPES GENETALIA
A. DEFINISI
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Herpes genital adalah infeksi pada alat kelamin yang bisa terjadi
pada pria dan wanita. Penyakit ini termasuk salah satu infeksi menular
seksual (IMS) karena umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
(vagina, anal, dan oral). Herpes genital bisa dikenali dengan
kemunculan luka melepuh berwarna kemerahan dan terasa sakit di
sekitar area kelamin. Luka ini bisa pecah dan menjadi luka terbuka.
B. ETIOLOGI
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus ini
terbagi menjadi dua tipe, yaitu HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. Biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya
menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama
bantalan kuku) dan bisa ditularkan kebagian tubuh lainnya (misalnya
permukaan mata). Luka herpes bisanya tidak terinfeksi oleh bakteri,
tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka
tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau
cangkroid).
C. EPIDEMIOLOGI
HSV-1 pada umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa
kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Kebiasaan orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2.
HSV-2 prevelensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan sering
ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual.
D. PANTOFISIOLOGI
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan
muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa
mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul
nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan
jaringan parut.

Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.


Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas
dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam
dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis,
termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita,
lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita
melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa
terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh
lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih
dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama
atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan
kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever
blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan
penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus
akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga
gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat
infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV
berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya
terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat,
dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes. Neonatal

F. PENATALAKSANAAN
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi
herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan,
seperti:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor
pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal
sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat
bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping,
di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit
dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan
layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk
menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal
ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual.
Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a) Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5
mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5
kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam
salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan
ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.
b) Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif
menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.
c) Valasiklovir (Valtres)
Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir
lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan
meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh
karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar
obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena.
Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5
kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode
awal.

3. HERPES ZOSTER
A. DEFINISI
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya
(persyarafannya).
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela yg menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan
keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit
dan kelamin)
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang
yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya
seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam
bentuk cacar air).
Varisela adalah infeksi virus akut yang di tandai dengan adanya
vesikel pada kulit yang sangat menular .
Penyakit ini disebut juga denga chicken pox,Cacar air,atau
varisela Zoster.Herpes Zoster mempunyai manifestasi klinis yang
berbeda dengan vasirela ,meskipun penyebabnya sama.
B. ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus
varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan
diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion
yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik,
panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.
C. EPIDEMIOLOGI
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak
dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak
ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka
kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti
Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34%
setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela
sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus
yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela,
virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak
aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3
usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun.
Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11
bulan.
D. KLASIFIKASI
1. Harpes zoster oftalmikus
Harpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes
zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima
serabut saraf dari cabang ophtalamicus saraf trigemius (N.V).
Ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali
dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai
gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
berlangsung 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kuilit timbul.
Fotofobia, banyak keluar air mata, kelopak mata bengkak dan
sukar dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis
(N.VII) ditandai erupsi harpetik unilateral pada kulit.
3. Herpes zoster brakialis
Merupakan infeksi virus herpes yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi harpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis
Merupakan infeksi virus yang mengenai pleksus torakalis.

E. PATOFISIOLOGI
Virus yang menyebabkan herpes zoster ini adalah golongan
varicella yang mula-mula adalah penyebab dari cacar air atau varicella
yang sudah tidak aktif atau dorman dan kemudian diaktifkan lagi oleh
tubuh.
Herpes zoster disebabkan oleh virus herpes yang sama dengan
virus penyebab varisella. Herpes zoster atau shingles, biasanya
menyerang pasien yang berusia lanjut.
Virus varicella yang dorman atau tidak aktif, akan diaktifkan lagi
dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu
dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami edema dan perdarahan.
Keadaan ini biasanya didahului atau disertai dengan rasa nyeri hebat
dan atau disertai dengan rasa terbakar.
Meskipun setiap syaraf dapat terkena, tetapi syaraf torakal, lumbal
atau kranial agaknya paling sering terserang. Herpes zoster dapat
berlangsung selama kurang lebih tiga minggu. Rasa nyeri yang timbul
sesudah serangan herpes disebut neuralgie posterpetika dan biasanya
berlangsung beberapa bulan, bahkan kadang-kadang sampai beberapa
tahun. Neuralgie posterpetika lebih sering dialami pasien yang lanjut
usia. Jika herpes zoster menyerang ke seluruh tubuh, paru-paru dan
otak maka mungkin akan terjadi suatu kefatalan. Penyebaran ini
biasanya tampak pada pasien menderita limfoma atau leukemia.
Dengan demikian setiap pasien yang menderita herpes zoster yang
tersebar harus dievaluasi kemungkinan adanya factor keganasan.
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang
berlangsung selama 1-4 hari.
1. Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatige,
malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin (rasa
terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
2. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus
atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi.
3. Gejala yang mempengaruhi mata: berupa kemerahan, sensitive
terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata, kekeringan
mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan
lain-lain.
b. Timbul erupsi kulit
1. Kadang terjadi limfadenopti regional
2. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas
pada daerah yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik.
Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, yang tersering di
daerah ganglion torakalis.
3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian
terbentuk papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi
berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-
10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.
4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang-
kadang sampai hari ke-7.
5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula
hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar).
6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan
mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.
G. KOMPLIKASI
1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam
dan spasmodie (singkat dan tidak terus-menerus) sepanjang nervus
yang terlihat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah
erupsi.
2. Herpes zoster menghilang batasan waktunya adalah nyeri yang
masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupasi kulit.
Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah
1-6 bulan.
3. Gangren superfisialis, menunjukkan herpes zoster yang berat,
mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan
parut.
4. Komplikasi mata, antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis,
glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan
paresis otot penggerak bola mata.
5. Herpes zoster diseminata/ generalisata
6. Komplkasi sistemik, antara lain: endokarditis, meningosefalitis,
paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche
phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi
(2 terakhir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a. Pengobatan topical
1) Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak
kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah.
2) Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka
dengan larutan antiseptic atau kompres dingin dengan larutan
burrow 3x sehari selama 20 menit.
3) Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep
antibiotic (basitrasin/polysporin) untuk mencegah infeksi
sekunder selama 3x sehari
b. Pengobatan sistemik
1) Drug of choise-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi
sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan
infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit
dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical, atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca
kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil
terhadap postherpetic neuralgia.
2) Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A Vira-
A) dapat diberika lewat infuse intravena atau salep mata.
3) Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon
inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi
karena dapat menurunkan dan menekan respon immune.
4) Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk
manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk
menyembuhkan pruritus.
2. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukkan
hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus harus
ditangani dengan konsultasi opthalmologis. Dapat diobati dengan
salep mata steroid topical dan mydriatik anti virus dapat diberikan.
3. Neuralgia pasca herpes zoster
a. Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada
fase akut maka dapat diberikan anti depresan trisiklik (misalnya:
amitriptilin 10-75mg/ hari)
b. Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan
emosional merupakan bagian terpenting perawatan
c. Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada
neuralgi berat yang tidak teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G., et al. 2012. Mikrobiologi kedokteran edisi 20. EGC penerbit buku
kedokteran: Jakarta.

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta; EGC.

Hamzah, mochtar. 2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: balai penerbit
FKUI

Jawetz, E., et al. 2010. Mikrobiologi untuk profesi kesehatan edisi 16. EGC
penerbit buku kedokteran: Jakarta.

Oswari, E. 2015. Penyakit dan penanggulangannya. PT Gramedia pustaka utama:


jakarta.

Anda mungkin juga menyukai