Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugan akan bahaya atau frustasi yang mengancam dan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupn seseorang individu atau kelompok biososialnya
(Hawari, 2008).
KLASIFIKASI
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan
masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan
berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada.
Respon fisiologisnya berupa: Sesekali nafas pendek, Nadi dan tekanan
darah naik, Gejala ringan pada lambung, Muka berkerut dan bibir bergetar
Ketegangan otot ringan dan Rileks atau sedikit gelisah.
Respon kognitifnya berupa: Mampu menerima rangsang yang kompleks,
Konsentrasi pada masalah, Menyelesaikan masalah secara efektif, Perasaan
gagal sedikit, Waspada dan memperhatikan banyak hal, Terlihat tenang dan
percaya diri serta Tingkat pembelajaran optimal.
Respon perilaku dan emosinya berupa: Tidak dapat duduk tenang, Tremor
halus pada tangan, Suara kadang-kadang meninggi, Sedikit tidak saba dan
Aktivitas menyendiri.
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi.
Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam
beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya
mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya
menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan
menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal yang lain.
Respon fisiologisnyaa berupa Ketegangan otot sedang Tanda-tanda vital
meningkat Pupil dilatasi, mulai berkeringat Sering mondar-mandir,
memukulkan tangan Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan meningkat Sering berkemih, sakit kepala, pola
tidur berubah, nyari punggung.
Respon kognitifnya berupa Lapang persepsi menurun Tidak perhatian
secara selektif Fokus terhadap stimulus meningkat Rentang perhatian
menurun Penyelesaian masalah menurun Pembelajaran berlangsung dengan
memfokuskan
Respon perilaku dan emosinya berupa Tidak nyaman Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah Tidak sadar gembira.
3. Ansietas Berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika
individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran
rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau
freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang,
atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.
Respon fisiologisnya berupa Ketegangan otot berat Hiperventilasi Kontak
mata buruk Pengeluaran keringat meningkat Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan Rahang menegang, menggetakkan
gigi Kebutuhan ruang gerak meningkat Mondar-mandir, berteriak Meremas
tangan, genetar
Respon kognitifnya berupa Lapang persepsi terbatas Proses berfikir
terpecah-pecah Sulit berfikir Penyelesaian masalah buruk Tidak mampu
mempertimbangkan informasi Hanya memerhatikan ancaman Preokupasi
dengan pikiran sendiri Egosentris
Respon perilaku dan emosinya berupa Sangat cemas Agitasi Takut
Bingung Merasa tidak adekuat Menarik diri Penyangkalan Ingin bebas.
4. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Respon fisiologisnya berupa light, fight, atau freeze, Ketegangan otot
sangat berat, Agitasi motorik kasar, Pupil dilatasi, Tanda-tanda vital
meningkat kemudian menurun, Tidak dapat tidur, Hormon stress dan
neurotransmiter berkurang, Wajah menyeringai, mulut ternganga.
Respon kognitifnya berupa Persepsi sangat sempit, Pikiran tidak logis,
terganggu, Kepribadian kacau, Tidak dapat menyelesaikan masalah, Fokus
pada pikiran sendiri, Tidak rasional, Sulit memahami stimulus eksternal,
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.
Respon perilaku dan emosinya berupa Merasa terbebani, Merasa tidak
mampu, tidak berdaya, Lepas kendali, Mengamuk, putus asa, Marah, sangat
takut, Mengharapkan hasil yang buruk, Kaget, takut, Lelah.
RENTANG RESPON
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan
pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional (Videback, 2008).
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan
meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan
emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik
ditegakkan ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak
diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya
satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir
tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait
dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan
zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan
panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan.
Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau
karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan
menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada
serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga
mengalami agorafobia. Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa
agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini
harus ada serangan panik.
PSIKOPATOLOGI
Apabila ansietas ringan, sedang hingga berat tidak tertangani maka akan
timbul respon maladaptif berupa panik. Serangan panik pertama seringkali
spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun serangan panik kadang-
kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau
trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau
situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan
periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental
utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat.
Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat.
Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya
berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobia : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia
akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus
ditemani setiap kali mereka keluar rumah.
Gejala penyerta yang sering ditemukan pada serangan panik dan
agorafobia adalah depresi. Pada beberapa pasien suatu gangguan depresi
ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan
bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah
lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
PENGKAJIAN
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
1. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrolaktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2. Kaji Stressor
Presipitasi Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik meliputi: 1)Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis
system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
2)Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1)Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. 2)Sumber
eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis
dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme
koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a. Respon fisiologis. Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan
parasimpatis)
b. Respon psikologologis. Kecemasan dapat mempengaruhi aspek
intrapersonal maupun personal.
c. Respon kognitif. Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir
baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan
persepsi, bingung.
d. Respon afektif. Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan
dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4. Kaji penilaian terhadap stressor
5. Kaji sumber dan mekanisme koping
6. Rentang perhatian menurun
7. Gelisah, iritabilitas
8. Kontrol impuls buruk
9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
10. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal
IMPLEMENTASI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenal ansietas.
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut.
i. Mengucapkan salam terapeutik.
ii. Berjabat tangan.
iii. Menjelaskan tujuan interaksi.
iv. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu pasien mengenal ansietas.
i. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
ii. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
iii. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
iv. Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri.
i. Pengalihan situasi.
ii. Latihan relaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot-otot.
iii. Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
d. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.
Peningkatan koping
a. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
b. Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
d. Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis
e. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini
f. Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat
g. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran
EVALUASI
1. Menyebutkan penyebab ansietas.
2. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas.
3. Menyebutkan perilaku terkait ansietas.
4. Melakukan teknik pengalihan situasi, yaitu tarik napas dalam, relaksasi
otot, dan teknik lima jari.
5. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas.
6. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala ansietas.
7. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi, tarik napas
dalam, relaksasi otot, dan teknik lima jari
DAFTAR PUSTAKA