Anda di halaman 1dari 3

A.

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko demam tifoid antara lain kebersihan lingkungan yang buruk (tidak
menggunakan jamban saat buang air besar, kualitas sumber air bersih buruk),
hygiene perorangan yang buruk (tidak mencuci tangan sebelum makan),
mengkonsumsi makanan (sayuran) dalam kondisi mentah dan minum air yang tidak
direbus terlebih dahulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam tifoid antara lain jenis
kelamin, usia, status gizi, kebiasaan jajan, kebiasaan cuci tangan, pendidikan orang
tua, tingkat penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, dan sumber air. (Soedomo
dkk. 2010; Anonim. 2009; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008).
Faktor lain yang mempengaruhi kejadian demam tifoid yaitu status gizi kurang
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga anak mudah terserang
penyakit, dan dapat menyebabkan angka kematian demam tifoid semakin tinggi.
Peningkatan kekurangan cairan atau zat gizi pada penderita demam tifoid akibat
adanya diare, mual atau muntah dan perdarahan terus menerus yang diakibatkan
kurangnya trombosit dalam darah sehingga pembekuan luka menjadi menurun.
(Anggarani H. 2012; Nurvina WA. 2012; Sugondo S. 2006; Hartiyanti Y dkk. 2007)

B. MANIFESTASI KLINIS (Tambahan)


1. Demam
Pada awal sakit, demamnya kebanyakan samar-samar saja, selanjutnya suhu
tubuh turun naik. Pagi lebih rendah/normal, sore dan malam lebih tinggi (demam
intermitten). Dari hari ke hari demam semakin tinggi dan disertai banyak gejala
seperti sakit kepala (pusing-pusing) yang dirasakan saat diare hebat, nyeri otot,
pegal-pegal, insomnia, anoreksia, mual dan muntah. Pada minggu selanjutnya
demam semakin tinggi, kadang-kadang terus menerus. Biasanya mulai membaik
pada minggu ke 3 suhu badan berangsur turun dan normal. Pada anak khusunya
balita demam tinggi dapat menyebabkan kejang (Kemenkes RI, 2006).
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare (Kemenkes RI, 2006).
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen dan koma atau dengan gejala psikosis (Kemenkes RI,
2006).
4. Hepatosplenomegali
Hati dan atau limpa ditemukan sering membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri
tekan (Kemenkes RI, 2006).
5. Bradikardia relatif dan gejala lain
Bradikardia relative yaitu peningkatan suhu tubuh tanpa diikuti oleh peningkatan
frekuensi nadi. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah vlek merah muda yang
biasa di temukan di bagian perut atas, namun pada anak sangat jarang ditemukan
kebanyakan lebih sering mimisan (Kemenkes RI, 2006).

C. PENATALAKSANAAN MEDIS (Tambahan)


1. Terapi Non Farmakologi
a. Tirah baring
Dilakukan sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih sampai 14
hari (Sakinah dan Indria, 2016).
b. Diet lunak rendah serat
Asupan serat maksimal 8 gram/hari, menghindari susu, daging berserat kasar,
lemak, terlalu manis, asam, berbumbu tajam serta diberikan dalam porsi kecil
(Sakinah dan Indria, 2016).
c. Menjaga kebersihan
Tangan harus dicuci sebelum menangani makanan, selama persiapan makan,
dan setelah menggunakan toilet (Upadhyay, et al., 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta : Kemenkes RI;
2006
Paul, Uttam Kumar. 2017. Typhoid fever : a review. India. International Journal of
Advances in Medicine (Online) http://dx.doi.org/10.18203/2349-
3933.ijam20171035 . Diakses pada tanggal 24 Januari 2019
Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan.
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011
Soedarmo, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi Pediatri dan Tropis. Jakarta : IDAI.
Darwowandowo, W. 2006. Demam Tifoid : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : infeksi dan
penyakit tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI.
Depkes RI. 2013 Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Soegijanto Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya :
Airlangga University Press.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Online di
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm diakses pada 23 Januari 2019 pukul
20.00 WIB
Anggarani H. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Tifoid
pada Anak yang Dirawat di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten
Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah pada Tahun 2012. Skripsi. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Hartiyanti, Y, Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Badan Litbang Kesehatan. Riset Keseha-tan Dasar 2007. Jakarta; 2008. Diunduh di:
https:// www.k4health.org/sites/defa ult/files/laporan Nasional Riskesdas 2007. pdf

Anda mungkin juga menyukai