Anda di halaman 1dari 2

Teori Fetal Cortisol

Proses persalinan, menjelaskan pada akhir kehamilan terjadi peningkatan sekresi kortisol
sebagai reaksi terhadap meningkatnya kepekaan sel-sel adrenal janin terhadap ACTH. Kortisol
yang diproduksi janin bekerja. Pada trophoblas untuk menginduksi sintesis steroid 17α
hidroksilase, enzim monooksigenase P-450 mikrosom yang mengkatalisis hidroksilasi 17α C21
steroid, meningkatnya aktifitas enzim ini menimbulkan pengalihan arah biosintesis steroid di
plasenta, dan hal ini mencapai puncaknya pada penurunan sekresi progesterone dan meningkatnya
pembentukan estrogen.

Pada manusia terdapat dua teori terjadinya persalinan, teori pertama menyatakan
cortocotropin- releasing hormon diproduksi di plasenta lalu disekresikan ke sirkulasi janin dan
merangsang sekresi corticotropin dari hipofisse anterior,lalu ACTH merangsang kelenjar adrenal
janin memproduksi kortisol, dengan berikatan pada reseptor glukokortikoid plasenta untuk
memblok efek inhibitor dari progesteron, selanjutnya merangsang pembentukan corticotrophin
releasing hormon. Peningkatan progresif dalam CRH plasenta akan merangsang hanya kortisol
janin, tapi juga pengeluaran dehiroepiandrosteron sulfat (DHEA sulfat), terutama untuk
peningkatan sintesis estradiol plasenta dan faktor lainnya seperti prostaglandin, oksitosin, reseptor
oksitosin, gap junctions, yang dapat menyebabkan dimulainya persalinan.

Pendapat kedua menyatakan aksis adrenal hipofise thalamus janin tidak berperan selama
pertengahan pertama kehamilan, karena fungsinya ditekan oleh masuknya kortisol ibu.
Pertengahan kedua peningkatan estrogen diduga merangsang 11β-hydroxysteroid dehydrogenase
yang menyebabkan kortisol akan diubah menjadi hasil metabolisme yang aktif yaitu kortison, lalu
kekurangan kortisol akan diambil dari ibu ke janin yang mengakibatkan peningkatan sekresi
ACTH, kortisol, dan DHEA sulfat, dengan hasil terjadi maturitas janin, dan perangsangan untuk
persalinan.

REFERENSI

1 Jacoeb TZ. Organ endokrin ektragonad pada reproduksi wanita.Jakarta:


Kursus imunoendokrinologi reproduksi dasar, 2002: 8-12
2 Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap Iii LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Williams
obstetric. 21th ed. New York: Prentice-Hall International, 2001: 262-66
3 Baratawidjaja KG. Imunologi dasar. Edisi. Jakarta: balai Penerbit FKUI, 2002: 179-183

Anda mungkin juga menyukai