Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim. Pada saat ini terjadi pematangan hampir pada
semua sistem.
Dalam satu bulan setelah fertilisasi ovum, karakteristik umum dari
semua organ-organ yang berbeda dari fetus telah mulai berkembang dan
selama dua sampai bulan berikutnya sebagian besar bagian-baguan dari
organ yang berbeda telah selesai dibentuk lebih dari empat bulan, organ-
organ pada fetus khususnya sama dengan yang terdapat pada neonatus.
Akan tetapi, perkembangan selular dari sebagian organ biasanya jauh dari
sempurna dan masih membutuhkan waktu lima bulan kehamilan untuk
menyempurnakan perkembangan tersebut. Bahkan pada saat lahir,
struktur-struktur tertentu terutama sistem saraf, ginjal, dan hati, masih
kurang berkembang dengan baik.
Pematangan janin dan kelangsungan hidup neonatus diatur oleh
berbagai jenis hormon. Tujuan dari pengaturan hormon ini adalah agar
seorang bayi dapat bertahan hidup baik di dalam rahim maupun di luar
rahim. Salah satu hormon yang berperan adalah hormon-hormon yang
dihasilkan dari kelenjar endokrin. Kelenjar-kelenjar endokrin pada intra
uterin belum bisa berfungsi secara maksimal karena pembentukan belum
sempurna dan masih mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar
endokrin ibunya.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu
sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu
saluran tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam
jaringan kelenjar. Kelenjar endokrin terdiri atas kelenjar hipofisis anterior,
neurohipofisis, hipofisis intermedia janin, tiroid, paratiroid, adrenal dan
gonad.

1
Kelenjar dari sistem endokrin menghasilkan bahan-bahan kimia
yang mempengaruhi seluruh tubuh. Selama masa kehamilan, terjadi
banyak perubahan yang terjadi pada kelenjar ini. Tidak hanya perubahan
pada masa kehamilan, tetapi juga perubahan ketika bayi sudah lahir.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana perubahan-
perubahan sistem endokrin yang terjadi saat bayi dilahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah kelenjar-kelenjar sistem endokrin pada janin ?
2. Apa perubahan yang terjadi pada sistem endokrin saat janin
dilahirkan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kelenjar-kelenjar sistem endokrin pada janin
2. Mengatahui perubahan yang terjadi pada sistem endokrin saat janin
dilahirkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Endokrin Janin


2.1.1 Kelenjar-kelenjar Endokrin
1. Hipofisis Anterior
Mulchahey dan kawan-kawan (1987), dalam suatu tinjauan
yang bagus sekali tentang ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar
hipofisis janin, mengetengahkan suatu pandangan yang menarik
dan patut diacungi jempol. Pertama, mereka mengabaikan validitas
konsep bahwa pengendalian sekresi hipofisis anterior janin
tergantung pada pematangan system saraf pusat. Kedua, mereka
menyebutkan bahwa sistem endokrin janin berfungsi selama
beberpa waktu sebelum sistem saraf pusat melengkapi
sinaptogenesisnya dan sistem-sistem integrative lainnya telah
mencapai status maturitas, sehingga mampu melaksanakan banyak
tugas yang berkaitan dengan homeostasis. Ketiga, mereka
melanjutkan dengan mengusulkan bahwa sistem endokrin janin
tidak perlu menyerupai sistem endokrin dewasa, tetapi dapat
merupakan satu dari sistem homeostasik pertama kali yang
dikembangkan.
Akhirnya, hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi
lima tipe sel, yang mensekresi lima hormon protein :
1. Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)
2. Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)
3. Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)
4. Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating hormone (TSH)
5. Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan
follicle- stimulating hormone (FSH).
ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada
minggu ke-7 kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis
janin mampu mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis.

3
GH, ACTH dan LH telah diidentifikasi pada hipofisis janin
manusia pada kehamilan 13 minggu. Lebih jauh, hipofisis janin
responsif terhadap hormon-hormon hipofisiotropik dan mampu
mensekresi hormon-hormon ini sejak kehamilan dini. Kadar
hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali pusat,
meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak banyak
mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti
yang diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-
janin anensefalik manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak
banyak berbeda dari janin-janin normal. Hipofisis janin
menghasilkan dan melepaskan endorfin- dengan cara yang
berbeda dari kadar plasma ibunya. Lagipula, kadar endorfin- dan
lipotrofin- darah tali pusat ditemukan menurun sesuai dengan
menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif
dengan PCO2 janin.
2. Neurohipofisis
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada
kehamilan 10 sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan
oksitosin dan arginin vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon
vasotosin (AVT) terdapat di hipofisis janin dan kelenjar pineal.
AVT hanya terdapat pada kehidupan janin manusia. Pada binatang-
binatang dewasa, infus AVT meningkatkan tidur dan merangsang
pelepasan prolaktin.
Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin
untuk menghemat air tetapi aksi-kasi ini sebagian besar pada
tingkat paru dan plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal.
Pembentukan PGE2 di dalam ginjal janin dapat melemahkan kerja
AVP di organ ini. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar
AVP di plasma tali pusat meningkat secara menyolok
dibandingkan dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu. Di

4
samping itu, AVP dalam darah tali pusat dan darah janin tampak
meninggi pada stress janin.
3. Hipofisis Intermedia Janin
Ada lobus intermedie hipofisis yang berkembang baik pada
janin manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang
sebelum cukup bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa.
Produk sekresi utaria dari sel-sel lobus intermedia adalah hormon
stimulasi -melanosit (-MSH) dan -endorfin. Kadar -MSH
janin menurun secara progresif sesuai dengan umur kehamilan.
4. Tiroid
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri
trimester pertama (lihat tabel). Tetapi sampai tengah-tengah
kehamilan, sekresi thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid
masih rendah. Ada peningkatan yang lumayan besar setelah waktu
ini. Mungkin sangat sedikit tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke
janin sementara stimulator-stimulator. Tiroid berjangka panjang
LATS dan LATS-protektor demikian juga, bila terdapat dalam
konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga, antibody-antibaodi IgG ibu
terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat melintasi
plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH tinggi palsu pada
neonates.
Fase peristiwa umur kehamilan
1. Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu
2. Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu
3. Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu
sampai 4 minggu setelah lahir
4. Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 monggu
sampai 4 minggu setelah lahir
Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida
pada sisi janin dan sepanjng trimester kedua dan ketiga kehamilan,
tiroid janin mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada tiroid
ibu. Karena itu, pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang

5
lebih banyak dari biasa, jelas berbahaya bagi janin.
Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat
yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat
darpada tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama
kehidupan janin. Janin manusia yang atiroid tumbuh secara normal
pada waktu lahir. Hanya jaringan-jaringan tertentu yang mungkin
responsive terhadap hormon tiroid, yaitu otak dan paru.
5. Kelenjar Paratroid
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan
parathormon pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut
tampaknya memberi respon in utero terhadap stimulasi pengaturan.
Neonatus dari ibu-ibu dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat
menderita tetani hipokalsemik. Kadar kalsium plasma dalam janin,
11 sampai 12 mg per dL, dipertahankan oleh transpor aktif dari
darah ibu. Kadar paratiroid dalam darah janin relatif rendah dan
kadar kalsitonin tinggi. Pada biri-biri, paratiroidektomi janin
menyebabkan turunnya konsentrasi kalsium plasma janin.
Nefrektomi juga menyebabkan turunnya kalsium dan 1-
hidroksilasi dari 25-OH-kolekalsiferol terjadi di ginjal janin.
6. Kelenjar Adrenal
Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan
totalnya jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut
pada orang dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan
bagian dalamnya atau yang disebut zone janin korteks adrenal.
Zone janin yang normalnya mengalami hipertrofi tersebut,
mengalami involusio dengan cepat setelah lahir. Zone janin
tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana hipofisis
janin secara kongenital tidak ada.
Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu
penelitian, kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup
bulan, melebihi kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan
substrat rennin. Tubulus-tubulus ginjal bayi baru lahir dan

6
barangkali juga janin tampak relatif tidak sensitif terhadap
aldosteron.
Perkembangan adrenal janin awal
Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari
sel-sel yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin,
sel-sel ini dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu
vaskularisasi hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini
memberi kesan bahwa perkembangan awal adrenal janin berada di
bawah pengaruh-pengaruh trofik yang mungkin tidak sepenuhnya
sesuai dengan pengaruh trofik pada orang dewasa. Kemungkinan,
ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya factor
corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain
yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari
ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH
tidak menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini
mencakup kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang
meningkatkan replikasi sel-sel adrenal zona fetal. Korteks adrenal
fetus normal terus menerus berkembang sepanjang kehamilan dan
selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi kenaikan
cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju pertumbuhan
adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh rangsang
trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu jenis
agen yang menunjang pertumbuhan.
7. Gonad
Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis
testosteron oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon
pada kehamilan 10 minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe (
1985) menemukan bahwa sel-sel Leydig testis janin luput dari
desensitisasi yang khas pada testis dewasa, yang diberi tantangan-
tantangan hCG berulang. Fenomena dalam testis janin ini mungkin
disebabkan oleh :
1. Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin

7
2. Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada
testis janin.
3. Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran
perkembangan sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar
hCG, pembentukan testosteron testis dan kadar hCG,
konsentrasi reseptor untuk kadar LH/hCG dan tidak adanya
regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan sekresi
testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu
kadar hCG tinggi. Pembentukan estrogen di ovarium janin
telah didemonstrasikan tetapi pembentukan estrogen di
ovarium tidak diperlukan untuk perkembangan fenotip
perempuan.
2.1.2 Plasenta Sebagai Organ Endokrin
Perubahan-perubahan endokrin yang menyertai kehamilan
manusia mungkin adalah yang paling unik dan paling
mengherankan yang dicatat pada fisiologi atau patofisiologi
mamalia. Kalau diteliti niali-nilai ini, jelas bahwa perubahan-
perubahan endokrin pada kehamilan merupakan fenomena. Di
samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan
mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok kadar rennin,
angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan
produksi harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah
gonadotropin koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.
Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik
dan produk-produk lain dari pro-opiomelanokortik, human
korionik tirotropin (hCT) dan juga hypothalamic-like releasing dan
inhibiting hormon, yaitu thyrotropin-releasing hormone (TRH),
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau luteinizing hormon-
releasing hormone (LHRH), corticotropin-releasing factor (CRF)
dan somatostatin serta inhibin dan berbagai macam protein yang
unik untuk kehamilan (spesifik-kehamilan) atau proses-proses
neoplastik.

8
Hormon-Hormon protein plasenta:
1. Gonadotropin korionik
2. Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik
3. Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari
plasenta
4. Inhibin
2.2 Sistem Endokrin Ekstra Uterin
Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada
ketika berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan
maka masih mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta
meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk
organ-organ bagi aktivitas hidup. Bnamun, organ-organ tersebut, misalnya
system endokrin masih belum sempurna sempurna untuk dapat hidup
mandiri. Setelah janin lahir barulah system endokrin dapat bekerja
sehingga bayi dapat hidup diluar rahim ibunya kerena hilangnya
ketergantungan dari plasenta dan ibu.
Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami adaptasi agar
mampu bekerja misalnya :
1. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan
besar funsi dan metabolisnya. Pendinginan atmosfer membangkitkan
peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal
24-26 minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin
serum yang terjadi hampir bersamaan.
2. Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-
kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan pada masa remaja
beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin terdiri atas kelenjar hipofisis anterior,
neurohipofisis, hipofisis intermedia janin, tiroid, paratiroid, adrenal dan
gonad. Kelenjar-keenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsi
secara maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih
mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar-kelenjar ibunya.
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin mulai dari trimester satu.
Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara
maksimal karena pembentukannya juga sudah mulai sempurna. Jadi
neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar
endokrin dari ibunya.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran dari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hacker & Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipocrates

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC

Mac Donald, dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta :EGC

Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :


Gramedia

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Mayaputri. 2012. Sistemn Endokrin Neontus:


http://mayuputri.blogspot.co.id/2012/06/sistem-endokrin-neonatus.html. Diakses
tanggal 16 Maret 2017. Jam 12.55 wib

11

Anda mungkin juga menyukai