6. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan serangkaian perubahan posisi dari bagian
presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau akomodasi bagian kepala
janin terhadapjalan lahir. Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi
abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan
pemeriksaan vagina (toucher).
a. Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalian dimulai kepala
masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi biparietal (diameter lebar yang paling
panjang berkisar 8,5-9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid.
Masuknya kepala pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan sedangkan
pada multigravida terjadi pada permulaan persalinan. Kepala masuk pintu atas panggul
dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus)
atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/posterior).
Masuknya kepala ke dalam PAP dengan fleksi ringan,Sutura Sagitalis/SS melintang.
Yang terjadi pada proses engagement adalah:
Diameter biparietal melewati pap
Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
Multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan
Kebanyakan kepala masuk panggul dengan sutura sagitalis melintang pada pap-
flexi ringan.
b. Desent (turunya kepala)
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan
hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berlangsung
lambat.
Kepala turun ke dalam rongga panggul,akibat tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong,tekanan dari cairan amnion,kontraksi otot dinding perut
dan diafragma (mengejan) dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala
II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Turunya presentasi pada inlet
Turunya kepala disebabkan oleh 4 hal:
Tekanan cairan ketuban
Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
Synclitismus : sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, tepat antara
symphisis dan promontrium. Os parietal depan dan belakang sama tinggi.
Asynclitismus : jika sutura sagitalis mendekati symphisis / agak kebelakang
mendekati promontorium
Asynclitisum posterior : sutura sagitalis mendekati symphisis, os parietal
belakang lebih rendah dari os parietal depan
Asynclitimus anterior : sutura sagitalis mendekati promontorium.
c. Flexion
Pada umumnya terjadi flexi penuh atau sempurna sehingga sumbu panjang
kepala sejajar sumbu panggul untuk membantu penurunan kepala selanjutnya. Dengan
majunya kepala sehingga fleksi bertambah yang menyebabkan ukuran kepala yang
melalui jalan lahir lebih kecil. Keuntungan : ukuran kepala yang lebih kecil melalui
jalan lahir : diameter suboccipito bregmatica (9.5) menggantikan diameter suboccipito
frontalis (11 cm).
Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan diantaranya:
Suboksipito-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi belakang
kepala.
Oksipito-frontalis (+ 11.75 cm) : pada persalinan presentasi puncak kepala
Oksipito-mentalis (+ 13.50 cm) : pada persalinan presentasi dahi
Submento-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentase muka
Bi-parietalis (-+ 9.50 cm) : ukuran terbesar melintang dari kepala
Bi-temporalis (+ 8.00 cm) : ukuran antara os temporalis kiri dan kanan
Fleksi terjadi karena anak didorong maju,sebaliknya juga mendapatkan tahapan
dri PAP,serviks,dinding panggul/dasar panggul.
d. Internal Rotation
Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai turunnya kepala,putaran
ubun-ubun kecil kearah depan (kebawah simfisis pubis),membawa kepala melewati
distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. Perputaran kepala (penunjuk) dari
samping depan atau kearah posterior (jarang) disebabkan:
- Ada his selaku tenaga atau gaya pemutar
- Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan
Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan
diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi. Pemutaran bagian depan anak sehingga
bagian terendah memutar ke depan ke bawah simfisis.
Perubahan Psikologi
Pada kala IV, setelah kelahiran bayi dan plasenta dengan segera ibu akan
meluapkan perasaan untuk melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya,
dimana ibu mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang
telah dilahirkannya (Cunningham, 2005).
a. Metode Dick-Read
Grantly Dick-Read ialah seorang dokter inggris yang menulis buku, Natural
Childbirth (1933) dan Childbirth Without Fear (1944). Ia menulis bahwa rasa nyeri
melahrikan merupakan akibat pengaruh social dan sindrom takut-tegang-nyeri.
Menurut Dick-Read (1959)
Rasa takut, tegang, dan nyeri ialah tiga selubung yang bertentangan dengan
rancangan alam. Apabila rasa takut, tegang, dan nyeri berjalan beriringan, untuk
menghilangkan nyeri perlu dilakukan tindakan untuk meringankan ketegangan dan
mengatasi rasa takut. Implementasi teori saya menunjukan metode yang dapat
mengalahkan ketakutan, menghilangkan ketegangan, dan menggantinya dengan
relaksasi mental dan fisik.
Karya Dick-Read menjadi dasar program persiapan melahirkan dan pelatihan
pengajar di seluruh amerika serikat, kanada, inggris, dan afrika selatan, perawat yang
telah mempelajari metode ini mendirikan International Childbirth Education
Association ( ICEA ) pada tahun 1960.
Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
pemahaman dan keyakinan, program Dick-Read meliputi pemberian informasi tentang
persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, higine, dan latihan fisik. Kelas-kelas ini
mengajarkan tiga teknik : latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan,
latihan relaksasi secara sadar; dan latihan pola napas.
Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok seluruh otot
seluruh tubuh. Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah,
baik selama kontraksi maupun di antara kontraksi.
Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hampir sepanjang masa
bersalin, napas pendek menjelang tahap pertaman, dan sampai pada waktu terakhir ini,
menahan napas pada tahap kedua persalinan. Para pengajar materi Dick-Read
berpendapat bahwa berat otot-otot abdomen terangkat dari uterus yang berkontraksi.
Metode Dick-Read telah diadaptasi karena dukungan persalinan yang dahulu
hanya dilakukan oleh perawat, saat ini dapat dilakukan oleh suami atau orang lain yang
dipilih ibu.
b.Metode Lamaze
Pada sekitar tahun 1960, metode Lamaze menjadi populer di Amerika Serikat,
setelah Marjorie Karmel memperkena metode psikoprofllaksis (PPM) dalam bukunya,
Thank You, Dr,Lamaze. The American Society for Psychoprophylaxis in Obstetrics
(ASPO) didirikan pada tahun 1960 dan the National Association
of Childbirth Education, Inc. (NACE) dibentuk pada tahun 1970 untuk
mempromosikan metode Lamaze dan mempersiapkan pengajar metode ini. Pada tahun
1971, the National Council of Chilbirth Education Specialists, Inc. (CCES) didirikan
untuk menawarkan seminar untuk melatih pengajar.
Metode Lamaze berasal dan karya Pavlov tentang classical conditioning.
Menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respons bersyarat. Wanita juga dapat
dikondisikan supaya tidak mengalami rasa nyeri pada saat melahirkan. Metode
Lamaze membuat wanita berespons terhadap kontraksi rahim buatan dengan
mengendalikan relaksasi otot dan pernapasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan
kendali (Lamaze, 1972). Strategi untuk mengatasi rasa nyeri ini antara lain
memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada gambar yang
sangat disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain, sehingga jalur saraf itu tidak
dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.
Wanita ini diajar untuk merelaksasi otot-otot yang tidak terlibat saat ia
mengontraksi kelompok otot tertentu. la akan menerapkan latihan ini pada saat
melahirkan, .yakni dengan merelaksasi semua otot lain saat rahim berkontraksi.
Wanita yang mengikuti kelas persiapan dengan memakai metode Lamaze selama
tahap pertama persalinan mempertahankan control neuromuskular pada tingkat yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang mempersiapkan diri dengan
caranya sendiri (Bernardini, Maloni, Stegman, 1983). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Cronenwett dan Brickman (1983) dan Mackey (1990),
mempertahankan kendali erat kaitannya dengan rasa puas.
Pengajar-pengajar metode Lamaze percaya bahwa pernapasan dada
mengangkat diafragma dan Rahim yang berkontraksi sehingga menciptakan lebih
banyak ruang bagi rahim untuk berkembang. Pola pernapasan dada bervariasi, sesuai
intensitas kontraksi dan kemajuan persalinan. Para pengajar ini juga berusaha
menghilangkan rasa takut dengan meningkatkan pemahaman tentang fungsi tubuh dan
nyeri neurofisiologis. Dukungan pada saat bersalin diberi kan oleh suami, orang lain,
atau oleh tenaga ahli terlatih yang disebut monitrice.
c.Metode Bradley
Robert Bradley, seorang ahli kandungan dan Denver, menulis Husband-
Coached Childbirth pada tahun 1965, suatu metode yang menjelaskan apa yang
disebutnya persalinan alami yang sebenarnya, yakni tanpa tindakan anestesi atau
analgesi dan dengan bantuan suami serta memakai teknik pernapasan khusus saat
melahirkan. The American Academy of Husband Coached Chilbirth (AAHCC)
didirikan untuk mempersiapkan para pengajar dan menyiapkan metode ini supaya
dapat digunakan.
Metode Bradley didasarkan pada observasi perilaku binatang saat melahirkan
dan menekankan keharmonisan tubuh, yakni dengan melakukan kontrol pernapasan,
pernapasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh (Bradley, 1974). Teknik ini menekankan
faktor lingkungan, seperti suasana gelap, menyendiri, dan suasana tenang sehingga
peristiwa melahirkan menjadi lebih alami. Ibu yang memakai metode Bradley sering
tertidur saat bersalin, tetapi sebenarnya mereka berada dalam tingkat relaksasi mental
yang dalam. Walaupun kehadiran ayah pada saat melahirkan tampaknya merupakan
faktor yang sangat penting bagi kebanyakan wanita, konsep ayah atau suami sebagai
penolong persalinan mendapat kritikan dari beberapa pihak (Klein, dkk., 1981).
Beberapa pria tidak nyaman dalam memainkan peran ini, tetapi tetap dapat
mendukung istrinya selama hamil dan bersalin
d.Perbandingan Metode Melahirkan ‘
Banyak ahli dalam bidang perSiapafl persalinan sepakat bahwa penyebab utama
nyeri melahirkan adalah rasa takut dan tegang. Semua metode berupaya mengurangi
kedua faktor tersebut dan meredakan nyeri dengan cara: meningkatkan pengetahuan
ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu persalinan, meningkatkan
kepercayaan diri dan rasa dapat mengendalikan keadaan, rnempersiapkan individu
yang akan mendampingi wanita pada saat melahirkan (biasanya suaminya), dan
melatihnya melakukan persiapan fisik dan relaksasi pernapasan. Ada beberapa
perbedaan kecil dalam cara pendekatan. Misalnya, pengajar-pengajar Bradley tidak
menganjurkan wanita menggunakan obat, tetapi memusatkan perhatian ke dalam
dirinya dan memperhatikan tubuhnya sendiri. Para pengajar metode Lamaze percaya
bahwa penggunaan obat-obatan anti nyeri secara bijaksana merupakan tindakan
tambahan yang tepat untuk melakukan teknik relaksasi,memusatkan perhatian pada
hal-hal eksternal, dan untuk upaya distraksi. Pada kenyataannya, hanya sedikit
instruktur yang benar-benar mengajarkan hanya satu metode saja. Mereka biasanya
menggabungkan berbagai strategi dengan tujuan meningkatkan kemampuan wanita
dalam mengatasi persalinan dan menekan penggunaan obat-obatan.
6. Teknik Relaksasi dan Teknik Pernapasan Memfokuskan dan Relaksasi
Umpan Balik
Beberapa Wanita membawa barang- barang yang disukai untuk digunakan
sebagai focus perhatiannya. Sebagian wanita memilih objek yang ada diruang
bersalin. Saat kontraksi mulai timbul, mereka memusatkan perhatian pada obyek ini
untuk mengurangi persepsi mereka terhadap nyeri. Teknik ini,ditambah relaksasi
Umpan balik, membantu wanita bekerja sama dengan kontraksinya. Penolong
persalinan memantau proses ini, memberi tahu calon ibu waktu yang tepat untuk mulai
melakukan teknik pernapasan. Mekanisme umpan balik yang umum dilakukan ialah
mengucapkan kata “rileks” pada awal suatu kontraksi dan terus mengucapkan kata
tersebut sepanjang kontraksi, jika diperlukan. Setelah tingkat relaksasi diperiksa,
teknik relaksasi pada periode prenatal dapat ditinjau kembali. Penolong persalinan
juga berupaya supaya wanita tidak terganggu oleh pemeriksaan rutin, seperti
pemeriksaan denyut jantung janin dan pemeriksaan untuk mengetahui kemajuan
persalinan. Prosedur ini ditunda sampai kontraksi selesai.
7. Teknik Pernapasan.
Pendekatan persiapan persalinan yang lain menekankan teknik yang berbeda
dalam menggunakan pernapasan sebagai media yang membantu ibu memper tahankan
kontrol sepanjang kontraksi. Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat
memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan dengan demikian meningkatkan ukuran
rongga abdomen. Keadaan ini mengurangi friksi (gesekan) dan rasa tidak nyaman
antara rahim dan dinding abdomen. Karena Otot-otot di daerah genitalia juga menjadi
lebih rileks, Otot-Otot tersebut tidak mengganggu penurunan janin. Pada tahap kedua,
pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan abdomen dan, dengan demikian,
membantu mengeluarkan janin. Keadaan ini juga dipakai untuk merelaksasi otot-otot
pudendal untuk mencegah pengeluara dini kepala janin.
Pasangan yang telah melakukan persiapan dengan berlatih dengan melakukan
teknik semacam ini hanya akan memerlukan instruksi sesekali saja. Mereka yang tidak
melakukan persiapan sebelumnya dapat diberi instruksi untuk melakukan pernapasan
sederhana dan relaksasi di awal persalinan. Cara ini seringkali, secara mengejutkan,
berhasil. Dengan realitas persalinan seperti ini, motivasi menjadi tinggi dan kesiapan
untuk belajar meningkat.Ada berbagai pendekatan teknik pernapasan selama kontraksi
berlangsung. Perawat perlu memastikan informasi apa saja yang pernah diterima
pasangan tersebut sebelum memberi instruksi tambahan. Umumnya, pernapasan perut
yang perlahan, kira-kira separuh kecepatan normal pernapasan seorang wanita,
dimulai ketika ibu tidak dapat lagi berjalan atau berbicara selama kontraksi
berlangsung (Kotak 10-l). Karena frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, wanita
perlu mengganti pernapasannya dengan pernapasan dada, pernapasan yang lebih
dangkal dengan kecepatan kira – kira dua kali kecepatan pernapasan normal.
Saat yang paling sulit untuk tetap mempertahankan kan kontrol selama
kontraksi ialah saat dilatasi serviks mencapai 8 sampai 10 cm. periode ini juga disebut
periode transisi. Bahkan bagi wanita yang telah melakukan persiapan utuk
persalinannya konsentrasi pada teknik pernapasan sukar dipertahankan. Jenis yang
dapat digunakan ialah pola perbandingan 4:1, yaitu: napas napas, napas napas, hembus
(seperti ketika meniup lilin). perbandingan ini dapat meningkat menjadi 6:1 atau 8:1.
Pola ini dimulai dengan menarik napas rutin untuk membersihkan dan diakhiri dengan
membuang napas dalam untuk meniup “ kontraksi”.efek samping yang tidak
diinginkan pada jenis pernapasan ini adalah hiperventilasi. Wanita harus
diinformasikan tentang gejala gejala alkalosis respiratorius: melayang (
lightheadedness ), pusing, kesemutan pada jari, dan baal di daerah sirkumoral.
Alkalosis dapat diatasi dengan meminta wanita menghembuskan napas ke dalam
kantung plastik yang ditempatkan di mulut dan hidungnya. Cara ini membuat wanita
tersebut akan menghirup kembali karbon dioksida dan mengganti ion bikarbonat. la
dapat juga bernapas di dalam kedua tangan yang diletakkan melingkar di mulut dan
hidungnya, bila kantung plastik tidak tersedia. Saat kepala janin mencapai dasar
panggul, wanita akan merasakan keinginan untuk mendorong dan secara otomatis
wanita itu akan mulai memberi tekanan ke bawah dengan mengontraksi otot-otot
abdomennya. Penurunan janin tidak dapat berlangsung sampai serviks terbuka lengkap
dan bagian terbawah janin bebas bergerak ke bawah jalan lahir. Upaya mendorong
sebelum pembukaan lengkap tercapai akan menekan serviks di antara kepala janin dan
tulang panggul. Kompresi ini dapat menyebab kan denyut jantung janin tidak
terdengar, edema serviks, atau robekan serviks. Bahkan juga dapat memperlambat
proses dilatasi. Wanita ini dapat mengontrol keinginan untuk mendorong dengan
menarik napas dalam atau dengan mengeluarkan bunyi seperti ketika mengekspresikan
rasa terkejut bercampur takut. Ini merupakan cara bernapas yang baik digunakan saat
kepala janin muncul perlahan.
8. Effleurage Dan Tekanan Sakrum
Effleurage dan tekanan pada sakrum atau pijatan adalah dua metode yang
memberi rasa lega pada banyak wanita selama tahap pertama persalinan. Teori gate-
control dapat memebri alasan mengapa tindakan ini berhasil. Effleurage yakni
tindakan memukul-mukul abdomen secara perlahan seirama dengan pernapasan saat
kontraksi, digunakan untuk mengganggu ibu supaya ia tidak memusatkan
perhatinannya pada kontraksi. Ibu atau pasangannya dapat melakukan effleurage ini
pada semua bagian tubuh. apablia sabuk monitor diperut mengganggu ibu melakukan
effleurage di daerah abdomen, effleurage dapat dilakukan dipaha atau dada.
9. Hidroterapi Jet
Hidroterapi jet (mandi whirlpool) ialah metode non farmakologi lain yang
dipakai untuk memberikan rasa nyaman dan rasa rileks selama persalinan walaupun
metode ini tidak diterima atau diterapkan secara universal. Banyak unit maternitas
baru memasang tempat mandi seperti ini. Kenikmatan berada di dalam air hangat, baik
menggunakan pompa jet atau tidak, membuat otot-otot yang tegang menjadi rileks.
Beberapa manfaat dapat diperoleh dari teknik ini. Bebas dari rasa tidak nyaman
dan relaksasi tubuh, secara umum membuat kecemasan ibu berkurang. Berkurangnya
rasa cemas akan menurunkan produksi adrenalin, sehingga kadar oksitosin (untuk
merangsang persalinan) dan endorfin meningkat (untuk mengurangi persepsi nyeri).
Selain itu gelombang dan pukulan ringan air merangsang puting susu (karena
hiperstimulasi kontraksi rahim belum terjadi [Aderhold,perriy,1991]). Dilatasi serviks
2 sampai 3 cm dalam jangka waktu 30 menit sering kali terlihat. Tekanan darah
menurun dan diuresis timbul. Apabila wanita menjalani persalinan punggung (back
labor) akibat presentasi oksiput posterior atau transversal, ia dianjurkan melakukan
posisi merangkak atau berbaring miring di dalam bak mandi karena posisi ini
mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi serta produksi oksitosin, janin
dapat berotasi menjadi posisi oksiput anterior secara spontan.
Selama berada di dalam bak mandi, jika suhu tubuh ibu dan DJJ meningkat, air
harus dibuat lebih dingin atau minta ibu keluar dari bak untuk mendinginkan tubuhnya.
Air di dalam dipertahankan berada pada suhu 35,6oc dan 36,7oc. Suhu tubuh ibu
mungkin sedikit lebih tinggi beberapa saat setelah keluar dari bak. Beri ibu minum dan
es batu serta handuk muka yang dingin saat berada di dalam bak. TTV ibu, kondisi
persalinan, dan DJJ diperiksa ulang setelah ibu keluar di bak.
Bak mandi harus dijaga supaya tetap bersih. Larutan pembersih bervariasi
sesuai kebijakan institusi, tetapi yang umum digunakan ialah pemutih rumah tangga
(klorox).
Dua pasang elektroda ditempel dikedua sisi spina torakal dan spina sakrum.
Aliran listrik ringan secara kontinu keluar dari alat yang dioperasikan oleh baterai.
Selama kontraksi, wanita meningkatkan stimulasi dengan menekan tombol pengontrol
alat tersebut. wanita tersebut kemudian menjelaskan sensai yang dirasakan, yakni rasa
kesemutan atau suatu dengungan dan menjelaskan penurunan nyeri sebagai baik atau
sangat baik. Penggunaan TENS tidak berisiko, baik bagi ibu maupun bagi janin. TENS
digunakan untuk menurunkan atau menghilangkan penggunaan analgesia dan
meningkatkan persepsi wanita tentang kemampuan mengontrol rasa nyeri.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien ibu sebagai pasien dan suami sebagi penanggungjawab (nama,
umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan, satatus perkawinan, suku, dan
tanggal MRS)
2. Keluhan utama
3. Riwayat menstruasi (menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, HPHT,
keluhan saat menstruasi)
4. Riwayat pernikahan (menikah berapa kali dan usia pernikahan)
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
6. Riwayat kesehatan (lalu, keluarga dan kehamilan sekarang)
7. Riwayat alergi obat-obatan tertentu
8. Pola kebutuhan sehari- hari (virginia henderson) yang meliputi 14 pola
kebutuhan sehari-hari yaitu : bernafas, nutrisi (makan/ minum), eliminasi, gerak
badan, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman, kebersihan diri, rasa aman, pola
komunikasi/ hubungan dengan orang lain, ibadah , produktivitas, relaksasi dan
kebutuhan belajar.
2. Pengumpulan data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum (K/U, kesadasaran, TTV, BB, Lila, SPR)
2. Pemeriksaan fisik khusus (head to toe, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi ).
1. Kepala
a. Wajah : pucat atu tidak, adanya topeng kehamilan (closma
gravidarum
b. Sklera : kuning, hiperemis atau normal.
c. Konjungtiva : pucat atau tidak
d. Pembengakan limphe node
e. Pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada
a. Payudara ( areola mengalami hiperpigmentasi, puting susu menonjol atau
tidak, trjadinya dimpling / retraksi, pengeluaran ASI (colostrum) )
b. Jantung : frekuensi nadi
c. Paru : frekuensi nafas
3. Abdomen
a. Linea alba/ nigra : adanya garis vertikal di atas dan dibawah pusar
b. Strie Gravidarum : adanya strechmath pada perut
c. Pembesaran perut sesuai usia kehamilan
d. Gerakan janin
e. Luka bekas operasi
f. Melaksanakan pemeriksaan leopold (1,2,3,4)
g. Mengukur DJJ (frekuensi normal 120-160 x/menit)
4. Genetalia
a. Kebersihan genetalia
b. Keputihan
c. Hemoroid
d. Terdapat pembukaan pada serviks
5. Ekstremitas
a. Atas : adanya odema, varises, CRT.
b. Bawah : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks.
3. Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan selama kala I persalinan
yaitu dengan melakukan pemeriksaan VT.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA, 2017 :
a. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks
3. Intervensi Keperawatan
a. NOC :
Status maternal: Intrapartum
Definisi: sejauh mana kesejahteraan maternal dalam batas normal dari awal
persalinan sampai melahirkan.
a) Koping ketidaknyamanan kehamilan
b) Penggunaan teknik memfasilitasi kehamilan
c) Frekuensi kontraksi uterus
d) Durasi kontraksi uterus
e) Itensitas kontraksi uterus
f) Perkembangan dilatasi serviks
g) Tekanan darah
h) Tingkat denyut nadi radial
i) Apical denyut jantung
b. NIC
1) Perawatan Intrapartum
Definisi: monitor dan manajemen kala satu dan dua pada proses persalinan
Aktivitas-aktivitas:
1) Tentukan apakah pasien dalam proses persalinan.
2) Tentukan apakah ketubah telah pecah.
3) Pindahkan (ibu) ke ruang persalinan.
4) Tentukan persiapan persalinan dan tujuan.
5) Dukung keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan, konsisten
dengan tujuan.
6) Siapkan pasien untuk protocol persalinan, permintaan praktisi, dan apa
yang disukai pasien.
7) Tutupi pasien dengan menjamin privasi pasien selama pemeriksaan.
8) Lakukan maneuver leopoled untuk menentukan posisi janin.
9) Lakukan pemeriksaan vagina dengan cara yang tepat.
10) Monitor tanda-tanda vital maternal diantara kontraksi (yang terjadi),
sesuai protocol atau sesuai dengan kebutuhan.
11) Auskultasi denyut janin setiap 30-60 menit di awal persalinan, setiap 15-
30 menit selama persalinan aktif.
12) Auskultasi frekuensi denyut janin diantara kontraksi (yang terjadi) untuk
mendapatkan data dasar.
13) Monitor denyut janin selama dan setelah kontraksi untuk mendeteksi
penurunan atau peningkatan.
14) Lakukan monitor janin secara elektronik sesuai protocol atau dengan
tepat, untuk mendapatkan informasi tambahan.
15) Laporkan perubahan frekuensi denyut jantung janin yang tidak normal
pada praktisi.
16) Palpasi kontraksi untuk menentukan frekuensi, durasi, intensitas dan
kapan istirahat.
17) Dukung ambulansi selama awal persalinan.
18) Monitor tingkat nyeri selama persalinan.
19) Eksplorasi posisi yang meningkatkan kenyamanan maternal dan perfusi
plasenta.
20) Ajarkan nafas, relaksasi dan teknik visualisasi.
21) Sediakan alternative metode pengurangan nyeri yang konsisten dengan
tujuan pasien (misalnya pemijatan sederhana, effluragel, aroma terapi,
hypnosis, dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENSI)
22) Berikan kepingan es, lap basah atau permen keras.
23) Dukung pasien untuk mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam.
24) Bantu mengarahkan persalinan atau keluarga untuk menyediakan
kenyamanan dan dukungan selama persalinan.
25) Berikan analgesic untuk mendukung kenyamanan dan relaksasi selama
persalinan.
26) Amati efek dari pengobatan pada ibu dan janin.
27) Nasehati pasien terkait dengan pilihan anastesi yang mungkin
memerlukan rujukan pada praktisi lain.
28) Bantu dengan analgesic atau anastesi regional, dengan tepat.
29) Lakukan atau bantu dengan amniotomy, dengan tepat.
30) Auskultasi denyut jantung janin sebelum dan setelah amniotomy.
31) Evaluasi kembali posisi janin dan tali pusat setelah dilakukan
amniotomy.
32) Dokumentasikan karakteristik cairan, frekuensi denyut jantung janin, dan
pola kontraksi setelah ketuban pecah baik sepontan atau dipecahkan.
33) Bersihkan perineum dang anti pembalut secara teratur.
34) Monitor kemajuan persalinan, meliputi pengeluaran vagina, dilatasi
serviks, effacement, posisi dan penurunan janin.
35) Jaga pasien dan yang mengarahkan tetap mendapatkan informasi terkait
kemajuan (persalinan).
36) Jelaskan tujuan intervensi persalinan yang diperlukan.
37) Dapatkan informed consen sebelum dilakukan prosedur invasi.
38) Monitor koping keluarga selama persalinan.
39) Lakukan pemeriksaan vagina untuk menentukan dilatasi servikal
lengkap, posisi dan kondisi janin
4. Implementasi keperawatan
Sesuai dengan intervensi yang dibuat. Format implementasi keperawatan memuat
(hari, tanggal, dan jam, nomer diagnosa, implemnetasi, evaluasi, dan tandatangan
nama terang perawat yang bertugas).
5. Evaluasi Keperawatan
Disesuaikan dengan respon klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan
dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi yang diharapkan.
Data subjektif yang dikaji antara ibu hamil dan ibu bersalin tidak jauh berbeda,
yaitu menanyakan :
1) Biodata Pasien
· Umur
· Agama
· Pendidikan
· Pekerjaan
3) Riwayat Menstruasi
b. Siklus,
5) Kontrasepsi
a) Jenis kontrasepsi,
8) Imunisasi
a) Kesadaran ibu,
a) Tekanan darah,
b) Nadi,
c) Pernapasan, dan
d) Suhu.
a) Kepala
1) Inspeksi
2) Palpasi
b) Leher
c) Dada
1) Inspeksi
2) Palpasi
d) Abdomen
1) Inspeksi
2) Palpasi
· Leopold :
- Leopold I, untuk mengetahui bagian apa yang ada pada fundus
dan menilai tinggi fundus uteri.
3) Auskultasi
· Frekuensi
· Irama
· Intensitas
e) Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
2) Ekstremitas Bawah
· Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan
sebagainya.
1) Inspeksi
· Pembukaan Serviks
· Portio
· Ketuban
· Presentasi
· Posisi
· Penurunan
· Bagian Terkemuka
· Promotorium
· Linea Innominata
· Os Sakrum
· Spina Ischiadica
· Arcus Pubis
3. Intervensi Keperawatan
- Identifikasi penyebab
perdarahan
- Pertahankan intake
cairan yang adekuat
- Terapkan kompres
dingin untuk fundus
- Tingkatkan frekuensi
pijat fundus
- Observasi TTV setiap 15
menit
3. Implementasi keperawatan
Sesuai dengan intervensi yang dibuat. Format implementasi keperawatan memuat
(hari, tanggal, dan jam, nomer diagnosa, implemnetasi, evaluasi, dan tandatangan
nama terang perawat yang bertugas).
4. Evaluasi Keperawatan
Disesuaikan dengan respon klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan
dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi yang diharapkan.
4. Asuhan Keperawatan Pada Kala IV Persalinan
1. Pengkajian Kala IV Persalinan
Pemeriksaan tanda vital
a. Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu
akan kembali normal (360 C- 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia
b. Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hypovolemia
yang semakin
c.Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia.
d. Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak nirmal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
2. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan
mengevaluasi system dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
a. Nyeri / ketidak nyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tetap). Ketidak nyamanan vagina
/ pelvis, sakit punggung
b. Uterus diopservasi setiap 30 menit selama 4 hari post partum, kemudian tiap 8
jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
c. Perineum diopservasi setiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan
dan apakah ada jahitan yang lepas.
d. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
e. Traktus gastro intestinal diopservasi terhadap nafsu makan dan obstivasi.
f. Integritas ego : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
g. His pengiring (kala IV) Kontraksi lemah, sedikit nyeri, pengecilan rahim
5. Implementasi Keperawatan
Sesuai dengan intervensi yang dibuat. Format implementasi keperawatan
memuat (hari, tanggal, dan jam, nomer diagnosa, implemnetasi, evaluasi, dan
tandatangan nama terang perawat yang bertugas).
a. Ibu bersalin tidak perlu mengganti pembalutnya lebih dari satu kali setiap
jam karena terlalu basah oleh darah
b. Ibu bersalin akan berkemih jika kandung kemihnya penuh selama kala IV
persalinan
c. Ibu bersalin menyatakan menerima proses persalinannya setelah
mengungkapkan kekhawatirannya
d. Ibu bersalin dan anggota keluarganya menunjukan prilaku adanya ikatan
batin
e. Ibu bersalin menyatakan merasa lebih nyaman setelah dilakukan tindakan
untuk menambah kenyamanan.
Apabila dalam proses pengkajian ditemukan hasil kurang atau tidak
mencapai yang diharapkan, harus dilakukan pengkajian, perencanaan, dan
perawatan lebih lanjut untuk memberi perawatan yang benar kepada ibu
bersalin dan keluarganya.
2.1 SOP Persalinan
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
PERTOLONGAN PERSALINAN
Tahap Preinteraksi
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Lahirnya Kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar lepaskan lewat bagian tas
kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukanj putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya kea rah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kea rah atas dan
kearah luar untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari
lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian selintas :
- Apakah bayi cukup bulan?
- Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah tidak lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia
bayi baru lahir (melihat penuntun berikutnya). Bila semua jawaban adalah ya
lanjutr ke langkah 26
Mengeluarkan plasenta
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
Tahap Terminasi
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. 2010. Konsep kebidanan. yogyakarta: Graha
Ilmu.
Bulecheck, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth
Edition. Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 2 ( Persalinan ). Jakarta: Trans Info
Media.
Varney, Hellen; Kriebs J.M; Gegor C.L. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan” Volume
1. Jakarta. EGC; 2006.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
“ INTRANATAL “
OLEH :
P07120016104
2.3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
SEMESTER IV
2018