NIM : PO7124122042
1. Teori Progesteron
Hormon progesteron meningkat saat kehamilan yang berfungi untuk
mempersiapkan dinding rahim (endometrium) untuk mengembangkan sel telur yang telah
dibuahi oleh sperma. hormon progesteron adalah hormon yang mencegah terjadinya kontraksi
rahim. Hormon ini akan terus meningkat hingga akhirnya menurun setelah persalinan.
Progesteron menyebabkan otot polos menjadi lemas (relaksasi), termasuk otot polos di rahim
dan membantu mencegah persalinan prematur. 1 – 2 minggu sebelum proses persalinan dimulai,
terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot
polos rahim, jika kadar progesterone turun maka akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah
dan menimbulkan his (kontraksi).
Hal ini sama seperti yang diterangkan oleh Rohani (2011), bahwa proses penuaan plasenta terjadi
mulai 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Selain itu produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
2. Teori oksitosin
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim sehingga terjadi braxton hicks.
2) Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan
menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dimulai.
3. Teori keregangan otot rahim
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, diduga menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan secara intravena, dan extra amnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap
umur kehamilan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam
air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan. Penyebab terjadinya proses persalinan masih tetap belum bisa dipastikan, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan
yang menyebabkan kontraksi miometrium (Mochtar. 1983: 223).
Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai, misalnya: dengan
merangsang pleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam
kanalis sevikalis, Pemecahan ketuban, Penyuntikan eksitosin, pemakaian prostagladin.
Secara mikroskopis perubahan perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil sangat
menentukan seperti perubahan Hormone Estrogen dan Hormone ProgesteroneSeperti kita
ketahui bahwa Hormone Estrogen merupakan penenang bagi
otot otot uterus, menurunnya hormone ini terjadi kira kira 1 2 minggu sebelum partus dimulai.
Kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi mulai kehamil an usia 15 minggu hingga
aterm lebih lebih pada saat partus ber- langsung, plasenta yang mulai menjadi tua seiring dengan
tuanya usia kehamilanKeadaan uterus yang terus membesar dan me- negang mengakibatkan
terjadinya ishkemik otot otot uterus hal ini juga yang diduga menjadi penyebab terjadinya
gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah nutrisi, hal ini pertama kali
dikemukakan oleh Hipokrates; bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan adalah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
frankenhauser yang terletak dibelakang serviksbila gang- lion ini tertekan maka kontraksi uterus
dapat dibangkitkan. (his dapat dibangkitkan).
Untuk selanjutnya dengan berbagai tindakan persalinan dapat dimulai hal ini dikenal dengan
persalinan induksi (induction of labor) misalnya dengan: memasukan gagang laminaria dalam
kanalis servikalis untuk merangsang pleksus Frankenhauser sehingga dapat mengakibatkan
kontraksi, pemecahan ketubanpenyuntikan oksitosin sebaiknya diberikan melalui intravena,
pemakaian prostaglandin, dan sebagainya.
Dalam melakukan induksi persalinan yang perlu diperhatikan adalah serviks sudah matang(sudah
pendek dan lembek) dan kanalis servikalis terbuka untuk satu jari, untuk menilai serviks dapat
digu- nakan skor bishop yaitu bila nilai bishop lebih dari 8 maka induksi persalinan kemungkinan
akan berhasil (Prawirohardjo 2005).
5. Teori hipotalamus-pituitari-glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin
(1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci
menjadi lebih lama.Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi
persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-
pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan (Manuaba,2010).