Kehamilan Serotinus
Serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah berlangsung
selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan
hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan lebih dari
42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagele atau dengan tinggi fundus uteri
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
b. Etiologi
Kehamilan Lewat Bulan memang tidak banyak terjadi atau hanya 3-12 % saja pada
semua kasus kehamilan, namun tetap saja serotinus turut menyumbang angka kematian
Penyebab terjadinya kehamilan lewat waktu sendiri masih belum bisa diketahui
secara pasti, tetapi pada umumnya kasus kehamilan lewat waktu tidak jauh dari faktor
pengethuan dan kesadaran ibu hamil sndiri dan beberapa faktor lain berdasarkan teori
kebidanan (Sujiatini,2009).
sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm atau serotinus belum jelas. namun
beberapa teori menyatakan kehamilan serotinus dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain :
1) Pengaruh Progesteron
2) Teori Oksitosin
Pemakaian untuk induksi persalinan pada KLB (Kehamilan Lebih Bulan) atau
oksitosin dari neurohipofisis. Wanita hamil yang kurang pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis pada kehamilan lanjut diduga sebagai s alah satu faktor penyebab
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “ pemberi tanda ” untuk dimulainya
persalinan adalah janin.hal ini diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
bawaan seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
4) Syaraf Uterus
membangkitkan kontraksi uterus. pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masing
tinggi, semua hal tersebut diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan Serotinus.
5) Herediter
Lebih Bulan) juga bisa di pengaruhi oleh beberapa hal antara lain :
e. Pada kasus insufisensi plasenta atau adrenal janin, hormon prokusor yaitu
dan secara langsung estriol didalam plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi
c. Faktor Predisposisi
1) Hormonal
Banyak dari perubahan fisik ini terjadi karena perubahan dalam produksi
hormon. Sumber utama dari hormon-hormon ini adalah plasenta, sebuah organ yang
terbentuk (bersama bayi yang belum lahir) dalam rahim dari sel telur yang terbuahi.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG), yang diproduksi oleh plasenta yang sedang
ini sekitar bulan ketiga sampai keempat. Estrogen merangsang pertumbuhan jaringan
lapisan rahim dan pasokan darahnya, meningkatkan produksi lendir vagina, dan
dengan menstimulasi perkembangan sistem saluran serta pasokan darah di payudara.
Kadar estrogen yang tinggi selama kehamilan barangkali akan mempengaruhi retensi
beberapa penulis menduga bahwa terjadinya KLB (Kehamilan Lebih Bulan) atau
Pemakaian untuk induksi persalinan pada KLB (Kehamilan Lebih Bulan) atau
oksitosin dari neurohipofisis. Wanita hamil yang kurang pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis pada kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu wfaktor penyebab
2) Herediter
Karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu ,bahwa
seorang ibu yang mengalami kehamilan serotinus atau KLB (Kehamilan Lebih
berikutnya.
Ketika tubuh merasa tertekan dan stress, tubuh dengan otomatis akan
mengeluarkan hormon stress, yaitu kortisol. Kortisol juga akan meningkat ketika ibu
fungsi tubuh ibu akan mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang janin. Begitu
pun ketika kortisol dalam tubuh ibu meningkat. Peningkatan kortisol akan memicu
pematangan janin. Biasanya, hormon CRH dikeluarkan oleh tubuh ketika janin
sudah ‘matang’ dan sudah siap untuk dilahirkan. Sedangkan pada ibu hamil yang
stress, akibat kadar kortisol tinggi, hormon CRH pun dikeluarkan oleh tubuh
sehingga tubuh mengartikan bahwa janin telah siap untuk dilahirkan dan hal inilah
yang menyebabkan potensi kelahiran premature atau lewat bulan pada ibu hamil
yang stress.
4) Oligohidarmnion
Pada kasus-kasus yang jarang, volume air ketuban dapat turun di bawah batas
yang timbul pada awal kehamilan jarang dijumpai dan sering memiliki prognosis
buruk. Marks dan Divon (1992) menemukan oligohidramnion pada 12% dari 511
kehamilan usia 41 minggu atau lebih pada 121 wanita yang diteliti secara
setelah 41 minggu. Akibat berkurangnya cairan, risiko kompresi tali pusat, dan pada
gilirannya gawat janin, meningkat pada semua persalinan, terutama pada persalinan
post term.
5) Insufiensi Plasenta
Sebuah kondisi dimana fungsi plasenta sebagai sarana transportasi nutrisi dan
Retardation). Ditandai dengan ukuran plasenta yang lebih kecil dari normal serta tali
pusat tampak layu. Berat badan bayi kurang (di bawah 2500 gram), meskipun
1) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat
bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Tinuk Istiarti, 2012).
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media poster, kerabat dekat dan
2) Gravida
forte, 2010). Gravida adalah seorang wanita yang sedang atau telah hamil, tanpa
2010).
Antenatal care adalah suatu progaram yang terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
4) Faktor Psikologis
Stress yang dialami ibu saat hamil yang dapat mempengaruhi perkembangan janin
seperti cacat bawaan, stress juga dapat menyebabkan kerentanan tidak timbulnya his,
Faktor ekonomi merupakan dasar yang paling banyak dikemukakan oleh ibu jika
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada periode keamilan, persalinan dan nifas.
kehamilannya pada petugas kesehatan. Hal ini menyebabkan ibu tidak memperoleh
e. Manifestasi Klinis
1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara obyektif dengan kardiotokografi
2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi
a. Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
(kehijauan) di kulit.
c. Stadium III : Seperti stadium satu namun disertai dengan pewarnaan kekuningan
f. Patofisiologi
Mochtar (2010) menyatakan patofisiologi pada ibu hamil dengan indikasi serotinus
adalah :
progesterone.
2) Oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada
usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah janin masih tinggi
g. Komplikasi
terjadinya komplikasi pada kehamilan serotinus atau KLB (Kehamilan Lebih Bulan)
dan meningkatnya risiko pada janin.perubahan yang terjadi pada plasenta adalah
sebagai berikut.
a. Pada kehamilan serotinus atau KLB (Kehamilan Lebih Bulan) terjadi peningkatan
penimbunan kalsium, hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan
kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat. Timbunan
janin intauterin .
janin sampai saat ini masih di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa
kehamilan serotinus menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya
menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin terlalu
sebagai berikut.
a. Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan
janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering
kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin
b. Sindrom postmaturitas
pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak sub
kutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya
verniks kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital
luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta muka
tampak menderita dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus
kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum. Keadaan ini
kental).
(a) Morbiditas atau mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari
postpartum.
(b) Dari segi emosi, ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan
h. Diagnosis
Prognosis serotinus tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratur dari haid pertama
haid terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak,
1) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air ketuban berkurang.
2) Pemeriksaan rontegenologik, dengan pemeriksaan ini pada janin matur dapat
ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian distal femur dan bagian proksimal
tibia, diameter biparietal kepala 9,8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah
3) Pemeriksaan dengan USG ,dengan pemriksaan ini diameter biparietal kepala janin
berbeda-beda.
6) Rasio lesitin – sfingomielin dan Thin layer Chromatography atau dengan shake foam
1) Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
4) Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim (b) terdapat
hipertensi, pre eklamsi dan (c) kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas,
atau (d) pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat dirumah sakit
e) Primigravida tua
g) Pre Eklamsia
h) Hipertensi menahun,
i) Infertilitas
Pada persalinan pervaginan harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin post Matur kadang-kadang besar dan kemungkinan CPP dan
distosia janin perlu dipertimbangkan selain itu janin post date lebih peka terhadap
sedatif dan norkosa, perawatan neonatus post date perlu dibawah pengawasan dokter
Pengelolaan kehamilan lewat waktu kita awali dari umur kehamilan 41 minggu.
Hal ini di sebabkan meningkatnya pengaruh buruk pada keadaan perinatal setelah umur
kehamilan 40 minggu dan meningkatnya insiden janin besar. Namun untuk mengurangi
beban dan kepraktisan dari bidan dan puskesmas akan dirujuk bila umur kehamilan >41
minggu. Bila kehamilan >41 minggu ibu hamil dianjurkan menghitung gerak janin
selama 24 jam (tidak boleh kurang dari 10 kali), atau menghitung jumlah gerakan janin
per satuan waktu dan dibandingkan apakah mengalami penurunan atau tidak
(Prawirohardjo, 2012).
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum
12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2
kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin
ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya
kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang
digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu
perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu
itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu
dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu
A jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari
pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi,
Menurut Marmi (2011: 107-108) bila wanita tersebut hamil pada masa reproduksi
2. Paritas
Primipara merupakan wanita yang baru pertama kali melahirkan, ketidaksiapan yang
di alami ibu yang pertama kali hamil dan akan melahirkan akan menimbulkan rasa
takut dan cemas karena pada umumnya belum memiliki gambaran mengenai
kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Ibu primigravida sangat
menyebabkan seorang ibu hamil tegang dan tidak nyaman, pada keadaan cemas yang
berat akan mengangggu sekresi hormone oksitosin sehingga kontraksi uterus akan
3. Pendidikan
Menurut Kumalasari (2012: 170) bahwa semakin semakin tinggi pendidikan wanita
akan mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan
dan wawasan yang semakin luas serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. Ibu hamil dengan pendidikan yang
tinggi akan selalu tanggap dengan sesuatu yang terjadi pada kehamilannya. Ibu yang
4. Pengetahuan
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media poster, kerabat dekat 40 dan
suatu objek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan
melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin
Kunjungan perawatan kehamilan mempunyai efek biologis yang secara teoritis sama
ibu dan anak dengan target tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan K1 dan K4. K4:
antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60%
(dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun) menunjukkan