Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KONSEP DASAR PERSALINAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH :

Kelompok 2 :
1. Triyono 17107110
2. Clara Septi Amanda 1710711066
3. Umi Nurahmah 1710711111
4. Nurhidayah P 1710711113
5. Tri Andhika Dessy Wahyuni 1710711138
6. Tiyas Putri Widjayanti 1710711144
7. Mugiya Sayida 17107111

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAKARTA

2018
1. Pengertian partus normal
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsep yang dapat dari dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar. (Prawirohardjo, 1999)

Syarat partus normal


Persalinan yang dianggap normal adalah persalinan dengan beberapa kriteria, antara lain :
1. Proses keluarnya bayi pada kehamilan cukup bulan, yaitu antara 37-42 minggu. Jika bayi terpaksa
lahir sebelum 37 minggu, hal ini disebut persalinanprematur atau preterm. Jika bayi lahir di atas 42
minggu, hal ini disebut persalinan serotinus atau post-term.
2. Lahir spontan, yaitu kelahiran dengan tenaga mengejan dari ibu, tanpa bantuan alat apa pun, seperti
vakum; dengan presentasi belakang kepala.
3. Prosesnya berlangsung antara 12-18 jam.
4. Tidak ada komplikasi atau masalah yang terjadi pada ibu maupun bayinya.

Ada tiga syarat yang perlu dipenuhi untuk persalinan spontan :


1.  Passage/jalan lahir
Tulang panggul ibu cukup luas untuk dilewati janin. Leher rahim membuka lengkap, sampai
pembukaan 10 cm.
2.  Power/tenaga mengejan
Kontraksi atau rasa mulas terjadi dengan sendirinya, tanpa obat. Ibu cukup kuat mengejan saat
pembukaan telah lengkap.
3.  Passenger/bayi
Kepala bayi ada di bawah, dengan presentasi belakang kepala. Taksiran berat janin normal (2.500-
3.500 gram). Detak jantung janin normal(120-160 bpm).

2. Tanda-tanda persalinan
1. Tanda permulaan persalinan/ pre labor
a. Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering kencing ( polikisuria ) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah
janin.
d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya
fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour
pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.
f. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa bercampur
darah (Bloody show).

2. Tanda pasti
a. His dengan interval teratur
b. Frekuensi semakin lama semakin meningkat, baik durasi maupun intensitasnya
c. Rasa nyeri menjalar mulai dari bagian belakang ke depan
d. Jika dibawa jalan-jalan frekuensi dan intensitas his meningkat
e. ada hubungan derajad pengerasan uterus saat his dengan intensitas rasa nyeri
f. Keluar lendir dan darah
g. Terdengar denyut jantung janin
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan stetoskop leanec, biasanya apat didengarkan pada
uasia kehamilan 18-20 minggu
h. Terasa gerakan janin dan ballottement
Gerakan janin umumnya dapat dirasakan pada usia kehamilan 18 Minggu untuk
primigravida, sedangkan untuk multigravida dapat dirasakan pada kehamilan 16 Minggu
i. Teraba bagian janin
Janin dapat diraba dengan pemeriksaan leopold pada usia kehamilan 20 Minggu

3. Tanda palsu kehamilan


a. HIS dengan interval tidak teratur
b. Frekuensi semakin lama tidak mengalami peningkatan
c. Rasa nyeri saat kontraksi hanya pada bagian depan
d. Jika dibawa jalan-jalan, frekuensi dan intensitas his tidak mengalami peningkatan
e. Tidak ada hubungan antara derajat kekerasan uterus saat his dengan intensitas rasa nyeri
f. Tidak ada keluar lendir dan darah
g. Tidak ada perubahan cervik uteri
h. Bagian persentasi janin tidak mengalami penurunan
i. Bila diberi obat setivida, his menghilang

3. Teori Dasar Persalinan


a. Teori estrogen & progesteron (1-2 minggu sebelum persalinan)
Teori ini mengajukan bahwa rasio estrogen-progesteron penting dalam mempertahankan
kehamilan dan memulai proses persalinan. Kadar kedua hormon tersebut mengatur perubahan
konsentrasi reseptor oksitosin dalam uterus. Diyakini bahwa awitan persalinan dihasilkan dari
penurunan progesteron pada saat estrogen relatif mendominasi, namun bukti penting tidak
menunjukan bahwa penurunan progesteron terjadi saat persalinan dimulai. Penurunan kadar
progesteron mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa progesteron di
chorioamnion. Estrogen menyebabkan iriability myometrium, esterogen memungkinkan sintesa
progesteron pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi usus
(myometrium ).
Esterogen

Peningkatan konsentrasi
Sintesa prostaglandin actin, myosin, ATP
Kontrasi miometrium
Hormon progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya hormon estrogen
meninggikan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron bekerja
sebagai penenang bagi otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
membuat progesteron menurun sehingga timbul his (salah satu kekuatan pada ibu yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah ; kontraksi)
b. Teori Prostaglandin
Hipotesis teori prostaglandin menyatakan bahwa persalinan dimulai oleh serangkaian
kejadian, termasuk pelepasan prekusor lipid, yang kemungkinan dipicu oleh kerja steroid,
pelepasan asam arakidonat dari prekusor ini, mungkin pada sisi membran janin, peningkatan
sintesis prostaglandin dari asam arakidonat, dan peningkatan kontraksi uterus sebagai akibat dari
kerja prostaglandin pada otot uterus. Prostaglandin dihasilkan oleh desidua uteri, tali pusat, dan
amnion. Kadar prostaglandin terus meningkat selama dan sesudah persalinan. Prostaglandin yang
dihasilkan oleh desidua (membran mukosa yang melapisi rahim), menjadi salah satu penyebab
permulaan persalinan yang dapat menyebabkan kontraksi rahim. Hal ini juga disokong dengan
adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. Pemberian prostaglandin dari luar dapat
merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung
c. Teori Distensi Uterus
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian dengan rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
(ketidak cukupan suplai darah) otot – otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat
menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi (perubahan yang
menurunkan efisiensinya). Iskemia uteroplasenter adalah ketidakseimbangan antara masa
plasenta yang meningkat dengan perfusi darah sirkulasi yang berkurang.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi.
e. Teori Endokrin Janin
Teori ini mangajukan bahwa pada waktu maturitas janin yang tepat, kelenjar
adrenalin janin akan menyekresi kortikosteroid yang memicu mekanisme persalinan.
Steroid janin menstimulasi pelepasan prekursor ke prostaglandin, yang pada akhirnya
menghasilkan kontraksi persalinan pada uterus.

f. Teori Penuaan Plasenta


Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.

g.Teori Oksitosin
Teori yang menerangkan bahwa oksitoksin merangsang secara langsung pada
uterus melalui reseptor yang ada pada myometrium dan secara tidak langsung
meningkatakan produksi hormone prostaglandin di dalam decidua. Sensitifitas uterus
meningkat terhadap hormone oksitosin sejak awal kehamilan.

h.Faktor Eksternal
Seperti factor lingkungan, social, budaya dan ekonomi.

4. Faktor Essensial Yang Mempengaruhi Persalinan


Perawat harus menguasai faktor-faktor esensial persalinan , proses persalinan itu sendiri ,
kemajuan persalinan yang normal , dan adaptasi ibu dan janin. Apabila perawat menguasai
pengetahuan ini maka ia akan dapat menerapkan proses keperawatan , baik , pada wanita
maupun pada keluarganya.
Ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran . Faktor-faktor
ini mudah diingat sebagai 5 P : passenger (penumpang , yaitu janin dan plasenta ) , passageway (
jalan lahir ) , powers ( kekuatan ) , posisi ibu , dan psikologis respons ( respons psikologis ).
A. Passenger (Ukuran Kepala , Presentasi janin , letak , sikap , posisi , plasenta)

 Penumpang
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor , yakni : ukuran kepala janin , presentasi , letak ,
sikap , dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir , ia juga dianggap sebagai
penumpang yang menyertai janin . Namun , plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kelahiran normal.

 Ukuran Kepala Janin


Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku , kepala janin sangat mempengaruhi
proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal , dua tulang
temporal , satu tulang frontal , dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan
oleh sutura membranosa : sagitalis , lambdoidalis , koronalis , dan frontalis . Rongga
yang berisi membran ini disebut fontanel , terletak di tempat pertemuan sutura-sutura
tersebut. Dalam persalinan ini , setelah selaput ketuban pecah , pada periksa dalam
fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi , posisi , dan sikap janin.
Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.
Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior . Fontanel
yang lebih besar, yakni fontanel anterior , berbentuk seperti intan dan terletak pada
pertemuan sutura sagitalis , koronalis , dan frontalis . Fontanel ini menutup pada usia
18 bulan. Fontanel posterior terletak di pertemuan sutura dua tulang parietal dan satu
tulang oksipital dan berbentuk segitiga. Fontanel ini menutup pada usia 6-8 minggu .
Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel , sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap
otak bayi , yang beberapa lama setelah lahir terus bertumbuh. Akan tetapi , karena belum
menyatu dengan kuat , tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih . Hal ini disebut molase,
struktur kepala yang terbentuk selama persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan tetapi
pada kebanyakan bayi , kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam 3 hari setelah lahir .
Kemampuan tulang untuk saling menggeser memungkinkannya beradaptasi terhadap berbagai
diameter panggul ibu.
Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses kelahirannya , namun posisi bahu
relatif mudah berubah selama persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih rendah
daripada bahu yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang lebih kecil dapat melalui jalan
lahir. Lingkar paha janin biasanya sempit , sehingga tidak menimbulkan masalah.

 Presentasi Janin

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul (PAP)
dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin
yang utama ialah kepala ( kepala lebih dahulu) 96% , sungsang (bokong lebih dahulu)
3% dan bahu , 1% . Bagian presentasi ialah bagian tubuh yang janin yang pertama
kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam . Faktor-faktor yang
menentukan bagian presentasi ialah letak janin , sikap janin , dan ekstensi atau fleksi
kepala janin.
 Letak Janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu
panjang (punggung ) ibu . Ada 2 macam letak : (1) memanjang atau vertikal , di mana
sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu , dan (2) melintang atau
horizontal , di mana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjang
ibu (gambar.9-3,D) . Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi
sakrum ( sungsang). Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama
memasuki panggul ibu.

 Sikap Janin

Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain . Janin
mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini sebagian
akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim . Pada kondisi normal
punggung janin sangat fleksi , kepala fleksi ke arah dada , dan paha fleksi ke arah
sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan disilangkan di depan toraks dan
tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai.
Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat anak dilahirkan.
Misalnya , pada presentasi kepala , kepala janin dapat berada dalam sikap ekstensi
atau fleksi yang menyebabkan diameter kepala berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu.
Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin (Gambar.9-4,B).
Dari semua diameter anteroposterior yang tampak pada gambar , terlihat bahwa sikap
ekstensi atau fleksi memungkinkan bagian presentasi dengan berbagai ukuran
diameter memasuki panggul ibu. Kepala yang berada dalam sikap fleksi sempurna
memungkinkan diameter sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki
panggul sejati dengan mudah (Gbr.9-4 , A dan 9-5,A).

 Posisi Janin

Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati pintu
atas panggul (PAP) . Pada presentasi kepala , bagian yang menjadi presentasi
biasanya oksiput . Pada presentasi bokong ,yang menjadi presentasi sakrum , pada
letak lintang , yang menjadi bagian presentasi oksiput , presentasinya adalah puncak
kepala (lihat Gbr.9-2,9-4, dan 9-5,A).
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput , sakrum , mentum [dagu] ,
sinsiput [puncak kepala yang defleksi / menengadah] ) , terhadap empat kuadran
panggul ibu (lihat Gbr.9-2). Posisi dinyatakan dengan singkatan yang terdiri dari
huruf pertama masing-masing kata kunci . Contohnya , posisi oksipito – anterior
kanan ditulis dengan OAKa ; oksipitotransversa kanan disingkat dengan OTKa (lihat
Gbr. 9-2).
Engagement menunjukkan bahwa diameter transversa terbesar bagian presentasi
telah memasuki pintu atas panggul (PAP) atau panggul sejati . Pada presentasi kepala
yang fleksi dengan benar , diameter biparietal (9,25 cm) merupakan diameter terlebar
(lihat Gbr.9-5,B).

Engagement dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen atau pemeriksaan


dalam .
Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner
(bayangan) yang ditarik dari spina iskiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam sentimeter
,yakni di atas atau di bawah spina. Contohnya , Jika bagian presentasi berada1 cm di
atas spina , maka stasiun bagian presentasi tersebut dalah -1 (Gbr.9-6) . Apabila
bagian presentasi 1 cm di bawah spina , maka stasiunnya adalah +1 . Kelahiran akan
segera berlangsung jika bagian presentasi adalah +4 sampai 5+. Untuk mendapatkan
dokumentasi laju penurunan janin yang akurat selama persalinan , maka stasiun
bagian presentasi tersebut harus ditentukan saat persalinan dimulai.

 Plasenta

A. Plasenta Normal
• placenta berbentuk bundar/hampir bundar, diameter15-20cm & tebal ±2,5cm, berat rata-
rata 500gr.
• Umumnya placenta terbentuk lengkap padakehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion
telahmengisi seluruh kavum uteri.
• Letak plasenta umumnya di depan atau di belakangdinding uterus,agak ke atas arah
fundus uteri.
B. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim(SBR) dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteriinternum (OUI) dan atau yang terletak pada
atau dekatjalan lahir pada kehamilan 28minggu atau lebih.

Klasifikasi Plasenta Previa


• Plasenta previa totalis atau komplit
=Implantasi plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
• Plasenta previa parsialis
= Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
• Plasenta previa marginalis
=Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.
• Plasenta previa letak rendah
=Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikianrupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dariostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Faktor Resiko Plasenta Previa
 Usia ibu
 Paritas
 Riwayatkehamilan atau persalinan sebelumnya
 Merokok
 Plasenta yang besar 
 Multifetal gestasion
 Kelainan pada endometrium

B. Passage Way ( jalan kelahiran ,tulang panggul , jenis , ukuran (PAP,PT,BBP) ,


jaringan lunak , bidang hodge).

 Jalan Lahir

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu , yakni bagian tulang yang padat , dasar panggul ,
vagina , dan introitus (lubang luar vagina ) . Meskipun jaringan lunak , khusunya
lapisan-lapisan otot dasar panggul , ikut menunjang keluarnya bayi , tetapi panggul
ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
 Tulang Panggul

Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium , iskium , pubis , dan tulang-tulang
skarum. Terdapat 4 sendi panggul , yaitu simfisis pubis , sendi sakroiliaka kiri dan
kanan , dan sendi sakrokoksigeus (Gbr.9-7). Tulang panggul dipisahkan oleh pintu
atas panggul menjadi dua bagian : panggul palsu dan panggul sejati . Panggul palsu
adalah bagian di atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan. Panggul sejati
dibagi menjadi 3 bidang : pintu atas atau permukaan atas, panggul tengah atau rongga
panggul , dan pintu bawah panggul.
Bagian anterior pintu atas panggul , yakni batas atas panggul sejati , dibentuk
oleh tepi atas tulang pubis : bagian lateralnya dibentuk oleh linea iliopektinea , yakni
sepanjang tulang inominata; dan bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior
tepi atas sakrum dan promontorium sakrum.
Rongga panggul atau panggul tengah merupakan saluran lengkung yang
memiliki dinding anterior pendek dan dinding posterior yang jauh lebih cembung dan
panjang. Rongga panggul melekat pada bagian posterior simfisis pubis , iskium ,
sebagian ilium , sakrum , dan koksigeum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari bawah , struktur ini berbentuk
lonjong , agak menyerupai intan , dibagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis , di bagian
lateral oleh tuberositas iskium , dan bagian posterior oleh ujung koksigeum. Pada kehamilan
tahap akhir , koksigeum dapat bergerak (kecuali jika struktur tersebut patah , misalnya, akibat
jatuh saat bermain ski atau meluncur di atas es , dan telah menyatu dengan sakrum selama proses
penyembuhan ).
Pada ketinggian yang berbeda , bentuk dan ukuran saluran panggul juga berbeda. Diameter
bidang pintu atas , panggul tengah , pintu bawah dan sumbu jalan lahir (Gbr.9-8) menentukan
mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagaimana janin dapat menuruni jalan
lahir (pergerakan kardinal mekanisme persalinan).
Sudut subpubis , yang menunjukkan jenis lengkung pubis serta panjang ramus pubis dan
diameter intertuberositas , merupakan bagian terpenting. Karena pada tahap awal janin harus
melalui bagian bawah lengkung pubis maka sudut subpubis yang sempit kurang menguntungkan
jika dibandingkan dengan lengkung yang bulat dan lebar.
Pengukuran lengkung pubis diperlihatkan pada(Gbr.9-9). Ringkasan pengukuran obstetri tertera
pada tabel 9-1. Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut ini.
1. Ginekoid (tipe wanita klasik)
2. Android (mirip panggul pria)
3. Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
4. Platipeloid (panggul pipih)

Panggul ginekoid adalah bentuk yang paling sering ditemui , bentuk panggul ginekoid dimiliki
oleh 50% wanita. Contoh variasi panggul dan efeknya pada proses persalinan diuraikan pada
Tabel 9-2.
Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada evaluasi prenatal pertama dan tidak perlu
diulang jika panggul mempunyai ukuran yang memadai dan bentuk yang sesuai . Pada trimester
ke-3 kehamilan , pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan dengan lebih teliti , sehingga
diperoleh hasil yang lebih akurat karena sendi dan ligamen panggul berelaksasi. Hormon
kehamilan , khususnya hormon progesteron ovarium , memungkinkan sendi panggul bergerak
leluasa. Pelebaran sendi simfisis pubis dan ketidakstabilannya dapat menimbulkan nyeri pada
salah satu atau semua sendi.
Karena pemeriksa tidak mempunyai akses langsung ke struktur tulang dan karena tulang-
tulang ditutupi jaringan lunak dengan ketebalan yang berbeda-beda maka yang dapat dilakukan
dengan menggunakan CT scan , ultrasonografi , film sinar X. Namun , pemeriksaan
menggunakan sinar-X jarang dilakukan karena sinar-X dapat merusak perkembangan janin .

 Jaringan Lunak
Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat
meregang,serviks,otot dasar panggul , vagina , dan introitus (lubang luar vagina).
Sebelum persalinan dimulai , uterus terdiri dari korpus uteri berubah menjadi dua
bagian , yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot pasif
dan berdinding tipis. Suatu cincin retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini
(Gbr.9-10). Segmen bawah uterus secara bertahap membesar karena mengakomodasi
isi dalam rahim,sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya
menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke
arah serviks.
Serviks kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga
memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat turun,
serviks ditarik ke atas dan lebh tinggi dari bagian terendah janin.
Dasar panggul adalah lapisan otot yang memisahkan rongga panggul di bagian
atas dari ruang perineum di bawahnya. Struktur ini membantu janin berotasi ke arah
anterior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian mengembang , sehingga
memungkinkan janin ke dunia luar. Seperti telah dibahas sebelumnya, selama masa
hamil jaringan lunak vagina berkembang sampai aterm . Hal ini membuat vagina
dapat berdilatasi untuk mengakomodasi janin.
 Bidang Hodge

Pengertian Bidang Hodge


Bidang Hodge Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul, untuk
patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi janin). 

Manfaat mengetahui bidang hodge

1. Mengetahui letak terendah penurunan kepala janin


2. Mengetahui letak dan presentasi kepala janin
3. Menentukan kemajuan persalinan

 Bidang Hodge 1 Adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas simfisis.
 Bidang Hodge 2 Adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
 Bidang Hodge 3 Adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica
 Bidang Hodge 4 Adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis

C. Kekuatan (Power)

Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus invalunter, yang disebut kekuatan primer,
menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk
mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
1. Kekuatan Primer
Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan
lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi gelombang, diselingi
periode istirahat singkat. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini
ialah frekuensi (waktu antar kontraksi –yaitu, waktu antara awal suatu kontraksi dan awal
kontraksi berikutnya); durasi (lama kontraksi); dan intensitas (kekuatan kontraksi).
Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin
turun. Effacement (penipisan) serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap
pertama persalinan. Serviks, yang dalam kondisi normal memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan
tebal 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama persalinan.
Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement
lengkap. Pada kehamilan aterm pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada
dilatasi. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan.
Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0% sampai 100% (mis. Serviks menipis
50%)
Dilatasii serviks adlah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi
pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10
cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap (dan retraksi telah
sempurna), serviks tidak lagi dapat diraba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap
pertama persalinan.
Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks kea rah
atas, akibat kontraksi uterus yang kuat. Tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban
utuh atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi juga membantu serviks
berdilatasi. Jaringan parut pada serviks akibat infeksi di masa lalu atau pembedahan dapat
menghambat dilatasi serviks.
2. Kekuatan Sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni
bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong ke bawah
(kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunteer yang sama dengan yang dilakukan saat
buang air besar (mengedan). Namun, dalam usaha mendorong keluar ini, digunakan seperangkat
otot dengan jenis yang berbeda-beda. Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan
mendorong keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen.
Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks
lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina.
Apabila dapersalinan wanita melakukan usaha volunteer (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks
akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks
D. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut

Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa letih

hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam

persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan

jongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan

posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, dapat

mengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh

darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat

membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim

saat ibu mengedan (Bobak, 2012).

E. Psychologic Respons (Psikologis)


Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif,

persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni &

Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai

dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi

nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu

dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi

uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).

Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis

ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya;

Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al,

2011).

1.        Perubahan Psikologis Ibu Bersalin

Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak bergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi
wanita yang bersangkutan. Namun, perlu juga untuk diketahui bahwa hampir tidak ada tingkah laku
manusia (yang disadari) dan biologisnya yang tidak dipengaruhi oleh proses psikis. Dengan demikian,
dapat dimengerti bahwa membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan ibu bersangkutan mudah
lelah, badan tidak nyaman, tidak nyenyak tidur, sering kesulitan dalam bernapas, dan beban jasmania
lainnya saat menjalani proses kehamilan.

Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikolgis diantaranya:

a.    Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir

b.    Kesakitan saat kontraksi dan nyeri

c.    Ketakutan saat melihat darah

Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan
pembukaan yang kurang lancar. Menurut pitchard, dkk., perasaan akut dan cemas merupakan faktor
utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan
dilatasi serviks sehingga persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang dialami ibu
berlebihan, maka akn berujung pada stress.

Beberapa hal yang dapat memengaruhi psikolgi ibu meliputi :

a.    Melibatkan psikologi ibu, emosi, dan persiapan intelektual

b.    Pengalaman bayi sebelumnya

c.    Kebiasaan adat

d.   Hubungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

Sikap negatif yang mungkin muncul pada ibu menjelang proses persalinan adalah sebagai berikut :

a.    Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan

b.    Persalinan sebagai ancaman terhadap self-image

c.    Medikasi persalinan

d.   Nyeri persalinan dan kelahiran.

Oleh karena banyak sekali perubahan yang dialami ibu bersalin, maka penolong persalinan seperti bidan
dituntut untuk melakukan asuhan sayang ibu. Pada asuhan sayang ibu, penolong persalinan harus
memberikan dukungan psikologis dengan cara meyakinkan ibu bahwa persalinan merupakanproses yang
normal, dan yakinkan bahwa ibu dapat melaluinya. Penolong persalinan dapat mengikutsertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa ibu
mendapat perhatian lebih dari diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi oleh suami dan
keluarga.

2.        Pengaruh Psikologis Terhadap Proses Persalinan

          Perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki masa persalinan sebagian besar berupa
perasaan takut maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum mempunyai
bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh sebab itu,
penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri, serta
akan menegangkan otot-otot seviksnya dan akan mengganggu pembukannya. Ketegangan jiwa dan badan
ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah.

          Pada fase persalinan juga terjadi peningkatan kecemasan, dengan makin meningkatnya kecemasan
akan makin meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan antara cama dan nyeri, serta sebalinya
merupakan hubungan yang berkorelasi positif yang menurut Caceres dan Burns (1997) mempunyai pola
hubungan seperti spiral yang ujungya membesar. Dengan makin majunya proses persalinan, perasaan ibu
hamil akan makin cemas dan rasa cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens, ddemikian pula
sebaliknya.

          Sensasi nyeri yang dialami ibu bersalin berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot rahim
berkontraksi dengan tujuan untuk mendorong bayi yang ada didalam rahim keluar. Menurut Grantly Dick
Reed(1933) seseorang pelopor metode natural Childbirth (persalinan alamiah), penyabab nyeri persalinan
adalah suatu fear-tension pain syndrome, yaitu sensasi yang timbul akibat kontraksi otot rahim bagian
bawah,, yang dipersepsi ibu bersalin sebagai nyeri. Menurut beliau persalinan itu sendiri sebenarnya tidak
mengandung komponen yang menimbulkan nyeri seperti pada trauma, permulukaan jaringan, dan adnaya
serabut sensori pembawa sensasi nyeri. Jadi, menurut beliau, nyeri yang timbul disebabkan oleh
ketegangan mental akibat rasa takut. Perasaan nyaman dan tenang ibu pada masa persalinan dapat
diperoleh dari dukungan suami,keluarga, penolong persalinan, dan lingkungan. Persaan ini dapat
membantu ibu untuk mempermudah prses persalinan.

3.        Bimbingan dan Persiapan Mental Ibu dalam Persalinan

Pada proses bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan melahirkan, terdapat beberapa hal yang perlu
diingat, yaitu sebagai berikut:

a.    Bahwa ibu akan menghadapi persalinan, terutama ibu yang baru pertama kali akan melahirkan akan
sering mengalami perasaan tidak tenang, takut, dan ragu-ragu akan persalinan yang dihadapinya.

b.    Bahwa kehamilan dan persalinan dirasakan sebagai cobaan atau ujian, walaupun  ibu bersedia
menerima dan mnegaharapkan kehadiran anaknya.

c.    Bahwa ibu akan lebih gelisah, cemas saat menghadapi persalinan, dan lebih banyak hal yang
dipikirkan. Misalnya, apakah persalinan akan berjalan lancar, apakah penolong sabar dan bijaksana
menolongnya, apakah dapat menahan rasa sakit saat melahirkan, apakah bayi yang lahir nanti normal
dans eperti yang diharapkan, apakah dengan kehadiran anak ia sanggup memelihara, dan lain sebagainya
yang menimbulkan kecemasan.

Bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan bersalin perlu diperhatikan agar ibu medapat ketenangan
dan pengertian dalam menghadapi persalinan. Salah satu faktor yang membutuhkan bimbingan, yaitu
adanya perubahan psikis yang terjadi pada saat akan bersalin dan selama proses persalinan, antara lain :

a.    Ibu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, misalnya, takut akan terjadi bahaya atas
dirinya pada saat persalinan dan takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.

b.    Ketakutan yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya, misalnya mengalami kesulitan
pada persalinan yang sebelumny.

c.    Ketakutan karena anggapannya sendiri bahwa persalinan merupakan hal yang membahayakan.
d.   Perasaan gembira karena akan segera melihat wajah anak yang dinanti-nantikannya.

Ketegangan akan bertambah bila terdapat pengaruh negatif lain mengenai persalinan tersebut. pengaruh-
pengaruh negatif tersebut dapat berasal dari kepercayaan akan takhayul; buku-buku, surat kabar yang
telah dibaca, cerita kawan atau orang lain; dan juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
keluarga dan lain sebagainya.

Oleh karena terjadi ketegangan-ketegangan seperti diatas, ibu menjadi cemas, gelisah, kadang-kadang
sangat emosional, menjadi lekas marah, lekas tersinggung dan sebagainya.

Adanya perasaan yang negatif atau emosi yang berlebihan pada ibu, sebaiknya segera diatasi dengan
memberikan bimbingan yang mengarahkan pada penerimaan anak, harapan untuk segera memiliki, dan
menyaksikan wajah anak yang dinanti-nantikan. Hal ini dapat dibuat sebagai motif yang cukup kuat untuk
memerangi perasaan-perasaan tersebut.

Bimbingan dan persiapan mental yang diberikan oleh penolong bertujuan agar ibu menerima prinsip
bahwa persalinan bukanlah peristiwa yang menakutkan, melainkan peristiwa yang dapat diingat dalam
lembaran hidup sebagai peristiwa yang indah dan menyenangkan.

Bantuan yang diberikan kepada ibu dalam bimbingan dan persiapan mental dijelaskan berikut ini

a.    Mengatasi perasaan takut yang dirasakan oleh ibu dalam persalinan, dengan cara:

·    Memberikan pengertian kepada ibu tentang peristiwa persalinan

·    Menunjukkan kesediaan untuk menolong

·    Mengajak ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan memohon bantuan kepada Tuhan, sesuai dengan
agamanya.

b.    Berusaha menetramkan perasaan yang mencemaskan, dengan cara:

·      Dengan penjelasan yang bijaksana

·      Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu secara baik dan tidak menyinggung perasaan.

c.    Memberi gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya persalinan, misalnya :

·      Bahwa his yang mengakibatkan rasa sakit tersebut penting untuk membuka jalan lahir

·      Bahwa melahirkan anak dalam kandungan bukan saja dengan his yang makin kuat, tetapi juga
dengan cara yang baik.

d.   Ibu harus sering ditemani. Bila ibu sering ditemani, ia akan merasa mendapatkan bantuan moral
karena ada orang lain yang simpati, ada orang lain yang memberi bantuan setiap saat diperlukan, dan
mendengarkan segala keluhan penderita.

e.    Mengerti perasaan ibu. Penolong harus memberi simpati, memperlihatkan kesanggupan memberikan
bantuan, dan kesanggupan membantu meringankan perasaan tidak nyaman, dan sebagainya. Jadi,
penolong tidak boleh lekas tersinggung apabila ibu tidak menyenangkannya.
f.     Menarik perhatian ibu. Cara penolong manarik perhatian ibu adalah dengan memperlihatkan tingkah
laku yang baik, bijaksana, halus, ramah, dan sopan.

g.    Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses
persalinan.

h.    Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.

i.      Membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan
proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.

j.      Menunjukkan sikap dewasa dan bertanggung jawab, dengan cara:

·    Setiap melakukan tindakan harus dipikirkan terlebih dahulu dengan matang.

·    Apabila menemui kesulitan dalam menjalankan tugasnya, maka harus dapat bertindak dengan cepat
dan tepat.

·    Dalam memberikan pertolongan hendaknya penuh kesadaran dan penuh pengertian bahwa menolong
ibu bersalin telah menjadi kewajibannya.

·    Bila ada kesulitan harus dihadapi dengan tenang, jangan gelisah atau menunjukkan kekhawatiran. Bila
penolong gelisah, maka ibu akan lebih gelisahlagi karena tahu bahwa penolong pun mencemaskannya,
dan sebaliknya.

·    Berusaha membesarkan kepercayaan atas keselamatan ibu menghadapi persalinan dengan memberikan
petunjuk-petunjuk dan berusaha agar ibu mengkuti petunjuk-petunjuk tersebut.

F. Penolong
Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk
membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan. Faktor penolong ini memegang peranan penting
dalam membantu ibu bersalin karena memengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi.

1.        Peran Penolong dalam Persalinan

Ibu yang sedang hamil terutama pada trimester akhir akan didatangi mimpi-mimpi dan dibayangi hal-hal
mengenai seperti apakah bayi yang akan lahir. Sebagian besar dari mereka akan mengalami kecemasan
mengenai kesehatan bayinya. Selain itu, ibu juga dapat dilanda rasa takut akan melahirkan bayi yang
tidak normal atau meninggal dunia. Perasaan-perasaan ini dapat membuat ibu menjadi stres berat. Hal ini
menyebabkan beberapa calon ibu tidak berani membayangkan tentang persalinan karena khawatir kalau
bayinya lahir tidak dalam keadaan sehat.

Adanya dukungan dari penolong akan mengurangi lamanya proses kelahiran, kecendrungan penggunaan
obat-obatan penglihatan rasa nyeri akan berkurang, dan menurunkan kejadian kelahiran operatif
pervaginam, walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong tersebut merupakan pilihan ibu atau bukan.
Dalam menolong persalinan ibu bersalin memilih posisi persalinan sesuai dengan yang dikehendaki.
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur
selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling
efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik (Setyorini, 2013)

2.        Syarat-syarat dan Kepribadian Petugas dalam Kamar Bersalin

Pada saat membantu persalinan, penolong persalinan harus mencuci tangan setelah pembukaan lengkap,
kemudian memakai celemek, kacamata, alas kaki tertutup dan masker steril, serta sarung tangan steril
atau DTT. Setelah itu, penolong harus berhati-hati agar badan atau tangannya tidak mengenai tempat tidur
penderita atau benda-benda lain sehingga tidak steril. Sementara itu, pembantu penolong persalinan yang
tidak memakai alat-alat steril bersiap membantu melayani penderita dan penolong. Demikianlah penolong
dan pembantu harus sudah meniapkan diri sebelum memberikan pertolongan kelahiran anak.

Mengingat bahwa fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu  memberikan pertolongan bagi dua jiwa
yaitu ibu dan anak, serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung pada pada keadaan
petugas yang menolongnya, maka sangat penting untuk diadakan kualifikasi atau persyaratan bagi
petugas yang bekerja dikamar bersalin dan petolong persalinan. Degan demikian, sesuai hal tersebut,
persyaratan yang diperlukan adalah persyaratan kemampuan, keterampilan, dan kepribadian. Meningat
bahwa jenis petugas dikamar bersalin berbeda-beda, maka walaupun persyaratan tersebut akan
disesuaikan dengan jenis dangan jenis tingkatan petugas masing-masing, jenis tingkatan yang lebih tinggi
akan dituntut dengan persyaratan khusus yang lebih tinggi.

3.        Kemampuan

Menurut psikologi, kemampuan disini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya tugas
dikamar bersalin dan resiko yang akan dihadapi, maka para petugas dikamar bersalin dituntut untuk
memiliki kemampuan yang cukup besar, yaitu individu-individu yang cepat berfikir, cepat menganalisis,
cepat menginterpretasikan lambang-lambang, cepat menyusun konsep, dan lain-lain. Penolong persalinan
dituntut untuk mampu mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi sepanjang proses persalinan,
beberapa contohnya adalah:

a)    Meningkatnya lingkaran Bandl ( lingkaran retraksi patologis antara segmen atas rahim (SAR) dan
segmen bawah rahim (SBRI).

b)   Ketuban pecah sebelum waktunya atau disertai bagian janin yang menumbung.

c)    Perubahan DJJ

d)   Pengeluaran mekonium pada letak kepala.

e)    Keadaan his yang bersifat patologis.

f)    Perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin.

Kemampuan yang harus dimiliki petugas kamar bersalin adalah kemampuan untuk menjalankan tugas-
tugas profesi dikamar bersalin. Oleh karena itu petugas kamar bersalin hendaknya dipilih dari tenaga-
tenaga yang memiliki pendidikan kejuruan yang sesuai, yaitu kejuruan yang sesuai dalam perawatan
umum dan perawatan kebidanan yang meliputi perawatan persalinan, perawatan nifas, dan perawatan
bayi.
Pengetahuan dan pengalaman tersebut diperoleh  dari pendidikan yang bersifat pengetahuan dan
pengalaman praktik yang sebaiknya dikembangkan melalui pengalaman yang diperoleh setelah selesai
pendidikan. Seseorang akan memperoleh kemampuan khusus yang lebih tinggi dengan cara
mengembangkan pengetahuan dasar yang dimiliki melalui pengalaman kemampuan khusus yang optimal
terjadi bila kemampuan umumnya cukup tinggi, demikianlah hubungan antara kemampuan umum dan
kemampuan khusus.

4.        Keterampilan

Pekerjaan keperawatan atau kebidanan merupakan pekerjaan yang mengutamakan keterampilan tanpa
mengesampingkan pengetahuan. Pekerjaan ini mencapai hasil yang maksimal apabila petugas yang
mengerjakannya memiliki keterampilan yang cukup tinggi. Keterampilan atau skill yang tinggi diperoleh
dengan adanya latihan, praktikum dalam pendidikan, serta pengalaman. Oleh karena itu, petugas yang
bekerja dikamar bersalin adalah seseorang yang berpengalaman agar memiki keterampilan yang besar
dalam segala perawatan, pertolongan, dan perawatan persalinan.

5.        Kepribadian

Kepribadian adalah kesatuan jasmani dan rohani dalam segala aspeknya, yan merupakan kumpulan yang
bersifat dinamis yang selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan. Aspek-aspek penting yang
berhubungan dengan tugas dikamar bersalin yaitu fisik, kematangan, mental, emosi, dan sikap.

a)    Fisik

Petugas yang dinas dikamar bersalin harus mempunyai fisik yang sehat dan kuat. Fisik yang sehat bukan
saja penting bagi penderita, tetapi juga untuk kepentingan sendiri. Keadaan fisik juga harus kuat agar
dapat tahan untuk bekerja dan tidak mudah lelah walaupun waktu bekerja cukup lama.

b)   Kematangan

Kematangan adalah sempurnannya fungsi organ jasmaniah dan fungsi psikologis. Kematangan tersebut
dinyatakan dengan sikap kedewasaan, ketegasan, bertanggung jawab, dan berwibawa. Petugas harus
menunjukan sikap kedewasaan dan kematangan tersebut untuk mendapatkan kepercayaan pasien.

c)    Mental

Keadaan mental yang kuat harus dimiliki oleh seorang petugas yang bekerja dikamar bersalin karena
sewaktu-waktu harus menghadapi kejadian-kejadian yang mungkin timbul secara tiba-tiba. Petugas juga
harus tidak mudah merasa takut, cemas, bingung, atau terpengaruh dengan keadaan penderita serta
kemauan penderita. Selain itu, petugas juga harus tabah dan dapat membantu penderita yang mengalami
perasaan tidak tenang dalam menghadapi persalinan. Dengan adanya ketenangan tersebut, persalinan
diharapkan akan berjalan lancar.

d)   Emosi

Keadaan emosi yang stabil juga harus dimiliki oleh seorang petugas dalam kamar bersalin agar tidak
mudah dipengaruhi oleh keadaan, serta dapat mengendalikan perasaan yang berlebihan dan menguasai
dirinya untuk tidak mudah tersinggung dan cepat marah.

e)    Sikap
Sikap yang dibicarakan disini adalah sikap dalam arti psikologis, yaitu reaksi yang dibentuk dan
diwujudkan setiap individu dalam mendapatkan suatu tindakan. Sikap yang ditujukan oleh petugas
hendaknya rasional dan sesuai dengan norma yang dikehendaki oleh masyarakat, khususnya penderita,
yaitu sopan, sabar, ramah, tidak ragu-ragu, penuh perhatian, selalu bersedia membantu dan menolong,
menemui penderita dengan sabar bagaimanapun keadaannya, serta menciptakan situasi dan hubungan
yang baik.

Selain itu, petugas juga harus bisa memiliki sikap sosial dan profesional. Sikap sosial adalah reaksi sosial
yang ditujukan pada penderita, orang-orang lain dalam ruang kamar bersalin, dan keluarga penderita
sehingga keluarga dapat mempercayakan penderita kepada petugas. Sikap profesional adalah sikap
terhadap profesinya dalam tugas dikamar bersalin.

Daftar pustaka :
Manuaba, ida bagus.2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk
pendidikan kebidanan. Jakarta : EGC
Manuaba, ayu.2009.Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : EGC
Oktarina, Mika. 2016. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.
Yogyakarta : Deepublish

Anda mungkin juga menyukai