Anda di halaman 1dari 13

kompetensi bidan dalam asuhan selama proses persalinan dan kelahiran

PENDAHULUAN
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Sebagai bidan kita beruntung dapat berbagi peristiwa ini dengan keluarga. Kita
juga berada pada posisi yang unik untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam melahirkan,
sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelahiran untuk memberikan
dukungan dan dorongan. Sangat penting untuk di ingat bahwa persalinan ini adalah proses
yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat, akan tetapi potensi komplikasi yang
mengancam nyawa juga akan selalu ada, sehingga bidan harus mengamati dengan ketat ibu
dan bayi sepanjang kelahiran. Dukungan yang terus-menerus dan penatalaksanaan yang
terampil dari seorang bidan dapat menyumbang suatu pengalaman melahirkan dan
menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. Untuk itu diperlukan
pengetahuan, dan keterampilan dalam memberikan asuhan persalinan.

PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks secara progresif dan di akhiri
dengan kelahiran plasenta.

SEBAB MULAINYA PERSALINAN


Yang perlu kita ketahui, bahwa ada 2 hormon yang dominan pada masa kehamilan, yaitu :
Estrogen dan progesteron. Dimana estrogen berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot
rahim dan mempermudah penerimaan rangsangan dari luar, seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin, dan rangsangan mekanis. Selanjutnya progesteron yang berfungsi untuk
menurunkan sensivitas otot rahim yang dapat menghambat rangsangan dari luar, seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot
polos relaksasi.
Estrogen dan Progesteron harus dalam kondisi seimbang, sehingga kehamilan dapat
dipertahankan. Apabila keseimbangan antara Estrogen dan progesteron berubah, maka akan
memicu oksitosin di keluarkan dari hipofisis posterior, hal tersebut akan menyebabkan
kontaksi yang disebut dengan braxton hicks. Kontraksi braxton hicks akan menjadi kekuatan
dominan saat mulainya persalinan, sehingga frekuensi kontraksi makin sering.
Oksitosin diduga bekerja sama dengan prostaglandin yang makin meningkat, mulai dari
umur kehamilan minggu ke-15. Disamping itu, faktor status gizi wanita hamil dan
keregangan otot rahim juga secara penting mempengaruhi dimulainya kontraksi otot rahim
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum di ketahui benar
tetapi Berdasarkan uraian diatas ada beberapa teori yang menyatakan sebab-sebab terjadinya
persalinan, yaitu :
a. Teori penurunan hormon
b. Teori plasenta menjadi tua
c. Teori distensi rahim
d. Teori iritasi mekanis
e. Teori oksitosin
f. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
g. Teori prostaglandin
PERMULAAN PERSALINAN
Tanda Persalinan Sudah Dekat
Lightening. Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah : 1.
Kontraksi braxton hicks. 2. Ketegangan dinding perut. 3. Ketegangan ligamentum rotundum.
4. Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterus.
Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-
tanda sebagai berikut : 1. Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang. 2. Dibagian
bawah terasa penuh dan mengganjal. 3. Kesulitan saat berjalan. 4. Sering berkemih
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P,
yaitu : power (his), pasage (jalan lahir), dan passenger (bayi dan plasenta). Pada multipara
gambarannya menjadi tidak sejelas pada primigravida, karena masuknya kepala janin ke
dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.
Terjadinya his permulaan : pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks yang
kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang di timbulkan. Biasanya pasien
mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan tersa sangat mengganggu, terutama dengan
pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin semakin menigkat dan dapat menjalankan fungsinya
secara efektif untuk menimbulkan konraksi atau his permulaan. His permulaan ini sering di
istilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Rasa nyeri ringan di bagian
bawah. 2. Datang tidak teratur. 3. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-
tanda kemajuan persalinan. 4. Durasi pendek. 5. Tidak bertambah bila beraktifitas.

TANDA MASUK DALAM PERSALINAN


Terjadi his persalinan : karakter dari his persalinan 1. Pinggang tersa sakit menjalar ke
depan. 2. Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan makin besar. 3. Terjadi
perubahan pada serviks. 4. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,
maka kekuatannya bertambah.
Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan) : dengan adanya his persalinan,
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan. 1. Pendataran dan pembukaan. 2.
Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas. 3.
Terjadi perdarahan kerena kapiler pembuluh darah pecah.
Pengeluaran cairan : sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka di targetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24
jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau sectio caecaria
TAHAPAN-TAHAPAN PERSALINAN
Kala I (pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahapan persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan
serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I
adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu : fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3
cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi ini lebih kuat dan
sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravidaberlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar
8 jam. Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam
dan pembukaan multigravida 2 jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan
lengkap dapat diperkirakan.
Kala II (pengeluaran bayi)
Kala II adala kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi
hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diaknosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala jainin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II adalah sebagai berikut : 1. His semakin kuat
dengan interval 2-3 manit, dengan durasi 50-100 detik. 2. Menjelang kala I, ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. 3. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan keinginan mengedan karena tertekannya
fleksus frankenhouser. 4. Dua kekuatan, yaitu his dan mengedan akan mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu ; suboksiput bertindak sebagai hipomochion, berturut=turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, seperti kepala seluruhnya. 5. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyusuaian kepala pada punggung. 6.
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
Kala III (pelepasan plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Pada lapisan nitabuusch sudah
mulai ada pelepasan plasenta, karrena sifat retraksi otot rahim. Tanda-tanda lepasnya plasenta
adalah : uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas kesegment
bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan
Kala IV (observasi)
Kal IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, pada sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang diakukan adalah : tingkat kesadaran pasien, pemeriksaan TTV, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500 cc.

TUJUAN ASUHAN PERSALINAN


Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Walaupun dengan intervensi yang minimal,
namun upaya yang terintegrasi dan lengkap tetap harus di jaga agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan optimal

Raferensi
Chapman, vicky. 2006. Asuhan kebidanan : persalinan dan kelahiran. Cetakan I.
Penerjemah : H.Y. Kuncara. Editor edisi bahasa indonesia monica Ester. Jakarta: EGC
Manuaba, I. G. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri Ginekologi dan KB
jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri fisiologi, Obstetri patologi. Jakarta : EGC
Nicola V Winson, Rita sandra McDonald. 2008. Kamus kebidanan bergambar. Jakarta : EGC
ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN

TUGAS KONSEP KEBIDANAN


ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN
DOSEN PENGAMPU : TUTIK ASTUTI, S.SiT,M.Kes

KELOMPOK 3
WIDYA DESTIKA TRISTIYANI (11150233)
NI MADE SRI DEWI WIDYANTARI S. (11150241)
ROMIATUN (11150250)
SELI HARTATI (11150252)
ASTRI HABSARY PUTRI (11150261)

PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011
LATAR BELAKANG
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting
dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka
kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi
dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas
tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan terutama pada asuhan
selama persalinan dan kelahiran, untuk memimpin selama persalinan yang bersih
dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN

nsi ke- 4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan
setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru lahir.

A. Pengetahuan Dasar

1. Fisiologi persalinan.
Contoh : Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yg dapat hidup, dari dalam
uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
2. Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk.
Contoh : Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk serta
anatomi panggul ibu dan ukuran-ukuran panggul serta pemeriksaan dalam. Pada
proses persalinan diperlukan 5 P untuk itu keadaan panggul ibu juga perlu dikatehui.
3. Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
Contoh : Pertimbangan usia kehamilan ibu.
4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
Contoh : Melihat tanda dan gejala kala 2, menyiapkan pertolongan persalinan,
memastikan pembukaan lengakap dengan janin bayi, menyiapkan ibu dan keluarga
untuk membantu proses pimpinan meneran, persiapan pertolongan kelahiran bayi,
menolongan kelahiran bayi, penangan bayi baru lahir, menilai perdarahan,
melakukan prosedur pasca persalinan, evaluasi.
5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa.
Contoh : Untuk pencatatan kemajuan persalinan seperti, pembukaan serviks, penurunan
bagian terbawah atau presentasi janin, dan garis waspada dan garis bertindak.
6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
Contoh : Perawatan awal, pemeriksaan fisik, bebrapa hari pertama, pemberian makan,
perkembangan fisik.
7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
Contoh : Dalam masa persalinan bidan harus memberikan asuhan sayang kepada ibu.
8. Proses penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
Contoh : Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan terdiri
dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
Contoh : Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal
Bidan memiliki kewenangan menolong persalinan dengan kehamilan normal.
10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga pendamping,
pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat.
Contoh : Bidan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki kompetensi
dalammemimpin persalinan dengan berbagai posisi dan pengetahuan serta teknik
pengurangan rasa nyeri tanpa obat.
11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
Contoh : Membersihkan lendir dan benda – benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan
bayi dengan alat penghisap,memotong tali pusat , peeriksaan fisik bayi.
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan
memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.
Contoh : Memenuhi kebutuhan gizi bayi dan pemenuhan kebutuhan emosianal bayi baru lahir
jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan
ibunya, bila di mungkin kan mendukung dan meningkatkan pemberi ASI ekslusif.
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan
antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya bila
dimungkinkan.
Contoh : Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosianal bayi baru lahir jika memungkinkan
antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya, bila di mungkin
kan mendukung dan meningkatkan pemberi asi ekslusif.
14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Contoh : Bayi yang mendapat asi, harus di periksa secara dini dan secara rutin oleh dokter
untuk memastikan bahwa pemberian makanannya tercukupi.
15. Manajemen fisiologi kala III.
Contoh :Pemberian suntikan oksitosin,penegangan tali pusat terkendali,masase fundus uteri.
16. Prinsip manajemen kala III secara fisiologis.
Contoh : Prinsip kala 3 : otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkuranganya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun
ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
17. Prinsip manajemen aktif kala III.
Contoh : Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri.
18. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sedative.
Contoh : Mengetahui cara-cara pemberian obat-obatan meliputi : uterotonika, antibiotika dan
sedative. Terbatas pada pengetahuan bukan pada keterampilan.Sesuai dengan
permenkes no 149 tahun 2010 bahwa bidan hanya berwengan memberikan obat
bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III.
19. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal,
retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.
Contoh : Distosia bahu:jika pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak
lintang,harus diusahakan merubahnya menjadi letak kepala dengan versi
luar.Asfiksia neonatal:faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah etiologi dan faktor
predisposisi,gangguan homeostatis,diagnosis asfiksia bayi,dan
resusitasi.Perdarahan karena atonia uteri:terjadi apabila kontraksi uterus lebih
lemah,singkat dan jarang daripada biasa.Apabila kepala atau bokong janin sudah
masuk kedalam panggul,penderita disuruh berjalan-jalan.
20. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
Contoh: Bedah sesar merupakan tindakan medis yang sangat sering dilakukan dengan
berbagai macam indikasi.Umumnya indikasi ini berfarasi contohnya Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD),gawat janin.
21. Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi,
eklamsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi,
distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term serta tali pusat
menumbung.
Contoh : Determinan proksi dipengaruhi oleh determinan antara lain: kejadian
kehamilan,komplikasi kehamilan dan persalinan.

22. Penapisan ibu bersalin.


Contoh : Mengidentifikasi persalinan normal yang sesuai dengan kewenangan bidan.
23. Konsep dasar persalinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.
Contoh : Mengetahui lebih dalam konsep persalinan termasuk faktor yang mempengaruhi
persalinan secara keseluruhan.
24. Amniotomi, penjahitan luka episiotomi, kompresi bimanual, pemberian suntikan
anestesi lokal.
Contoh: Penjahitan luka episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan homeostatis).Pemberian suntikan anestesia lokal bertujuan agar
supaya ibu tidak merasakan kesakitan akibat penjahitan luka episiotomi,ini termasuk
asuhan sayang ibu.
25. Pengawasan kala IV (untuk observasi perdarahan postpartum)
Contoh : Untuk mengobservasi kondisi ibu setelah persalinan dan mendeteksi
adanya kelainan yang terjadi.

B. Pengetahuan Tambahan

1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.


Contoh: Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada disegmen
bawah rahim,bukan belakang kepala.Bentuk malpresentasi terbagi menjadi
dua,yaitu:presentasi puncak kepala dan presentasi muka.
2. Pemberian suntikan anestesi local.
Contoh : Merupakan asuhan sayang ibu.Bertujuan agar supaya ibu tidak merasa
kesakitan pada saat penjahitan luka episiotomi.
3. Akselerasi dan induksi persalinan.
Contoh : Angka tindakan pemberian oksitosin baik dengan tujuan induksi persalinan
atau mempercepat jalannya persalinan (augmentation labor atau akselerasi
persalinan).
4. Mengetahui konsep dasar vakum ekstraksi.
Contoh : Untuk mendukung keterampilan tambahan harus didasari oleh pengetahuan. Untuk
membantu melahirkan kepala janin sudah berada di dasar panggul.

C. Keterampilan Dasar

1. Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu
pada persalinan sekarang.
Contoh : Menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang
sesuai.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
Contoh : Melaksanakan pemeriksaan fisik umum dan status obstetricus. Tidak hanya
pemeriksaan fisik saja yang harus dilakukan, tetapi juga pemeriksaan umum meliputi
: TB, BB, dll.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin.
Contoh : Pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan
janin sudah tercakup dalam pemeriksaan fisik yang terfokus.
4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
Contoh: Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk
memantau kontraksi uterus.secara hati-hati,letakkan tangan penolong diatas uterus
dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.Tentukan
durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi.Pada fase aktif,minimal terjadi dua
kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih.Diantara dua
kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat
meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan
ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi.
Contoh : Melakukan pemeriksaan secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan
dan pendataran/penipisan serviks, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi,
keadaan ketuban.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
Contoh : Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, garis
wapada dan garis bertindak.
7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
Contoh : Memberikan motifasi ketika diketahui bayi memiliki cacat pada anggota badannya.
8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan.
Contoh : Memberikan minum pada saat persalinan ketika ibu mengalami kelelahan pada saat
mengejan.
9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawat
daruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat
waktu.
Contoh : Pada saat postpartum,ibu mengalami pendarahan hebat sebaiknya langsung dirujuk
ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang lebih memadai.
10. Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan
indikasi.
Contoh : Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks sudah lengkap atau hampir lengkap
dan kepala sudah engaged. (sesuai indikasi/pada inersia hipotonik). Untuk
mencegah infeksi dan partus lama
11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
Contoh : Menolong kelahiran bayi normal dan dengan lilitan tali pusat Bidan berwengan
menolong persalinan normal
12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
Contoh : Bila ada perobekan pada jalan lahir dan di perlukan penjahitan,maka Bidan wajib
menjahit luka tersebut.
13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
Contoh : Melaksanakan manajemen aktif kala III : pemberian uterotonika,
peregangan talipusat, pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput. Fisiologi kala
III cukup sebagai pengetahuan tetapi melaksanakan manajemen aktif kala III wajib
dapat dilakukan.
14. Melaksanakan manajemen aktif kala III.
Contoh : Setelah proses pengeluaran janin,maka Bidan wajib mengeluarkan dan mengecek
plasenta apa ada plasenta yang robek atau tidak.
15. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative.
Contoh : Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa
saat manual plasenta. Sesuai dengan permenkes bidan tidak boleh memberikan
antibiotic dan sedative, Memberikan kombinasi suntikan ketiganya dilakukan saat
manual plasenta.
16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan
hematokrit (HT).
Contoh : Kompetensi bidan cukup dapat melakukan pemeriksaan HB dengan
metode Zahli bukan pemeriksaan hematokrit.
17. Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inverse uteri dalam kala III.
Contoh : Pada proses pengeluaran plasenta,tangan luar dari fundus ke supra
simfisis (tahan segmen bawah uterus)kemudian instruksikan asisten atau penolong
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar(hindari
terjadi percikan darah).
18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
Contoh : Setelah plasenta dikeluarkan,Bidan harus memeriksa plasenta apa ada
sobekan atau tidak.Jika terjadi sobekan,maka harus dibersihkan dengan
kuretase.Tetapi Bidan tidak boleh melakukan kuretase,harus dirujuk ke dokter ahli
kandungan.
19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar.
Contoh: Perkiraan jumlah darah yang keluar harus didokumentasikan dengan tepat
dan rujukan harus dilakukan bila pendarahannya berlebihan.
20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
Contoh: Jika terdapat robekan pada vagina,serviks dan perineum maka Bidan
berhak melakukan penjahitan pada daerah tersebut.
21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
Contoh : Menjahit robekan perineum tingkat I dan II. Bidan berwenang melakukan
penjahitan robekan perineum tingkat I dan II.
22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang, partus macet
kepada di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
Contoh : Baringkan ibu miring ke kiri.segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstertri dan bayi baru lahir dan bidan mendampingi
sampai ke tempat rujukan (berikan dukungan dan semangat).
23. Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual.
Contoh : Melakukan pengeluaran plasenta secara manual jika terjadi HPP.
24. Mengelola perdarahan post partum.
Contoh: Jika terjadi pendarahan pada proses post partum,maka bidan harus menagani
dengan tepat.
25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawat daruratan dengan tepat waktu
sesuai indikasi.
Contoh : Jika terjadi kegawat daruratan pada ibu,Bidan harus segera merujuk ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas yang lebih memadai.
26. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali
kasih ibu dan bayi baru lahir.
Contoh : Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman dengan meningkatkan hubungan
kasih sayang ibu dan bayi baru lahir dengan inisiasi menyusui dini.
27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
Contoh: Meningkatkan keberhasilan menyususi secara eksklusif dan lamanya bayi
disususi,merangsang produksi ASI,memperkuat refleks menghisap bayi.Refleks
menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
28. Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.
Contoh: Sebagai tolak ukur keberhasilan proses membuat keputusan klinil, merupakan
catatan permanen tentang asuhan, perawatan, dan obat yang diberikan, dapat
digunakan untuk penelitian / studi kasus,dll.

D. Keterampilan Tambahan

1. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang
tepat.
Contoh : Bidan hanya boleh menolong persalinan normal
Presentasi muka dengan oksiput di anterior sulit dilahirkan.
2. Memberikan suntikan anestesi lokal jika diperlukan.
Contoh: Merupakan asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk supaya ibu tidak merasakan
sakit pada saat proses penjahitan luka episiotomi.
3. Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan sesuai kewenangan.
Contoh : Melakukan ekstraksi forcep dan vakum dengan kepala di dasar panggul dalam
keadaan darurat. Bidan hanya berwenang pada persalinan normal dan bidan tidak
berwenang melakukan ekstraksi forcep dan vacum kecuali pada wilayah kerjanya
tidak terdapat dokter umum/ dokter spesialis kebidanan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan
kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat.
Contoh : Bidan harus mempunyai keterampilan mengidentifikasi malpresentasi, distosia bahu,
gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat dan merujuk
kasus tersebut.
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
Contoh : Bidan harus mempunyai ketrampilan mengidentifikasi tali pusat menumbung dan
merujuk kasus tersebut.
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
Contoh: Bidan harus mampu mengidentifikasi robekan serviks. Menjahit serviks bukan
kewenangan bidan.
7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika
diperlukan sesuai kewenangan.
Contoh : Memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri.
Membuat resep bukan kewenangan bidan.
8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan
penanganan perdarahan post partum.
Contoh : Memberikan oksitosin dengan tepat pada kala III persalinan dan penanganan
perdarahan post partum. Permenkes
Wewenang bidan hanya : Obat uterotonika diberikan pada saat postpartum dan kala
III. Pemberian oksitosin untuk akselerasi persalinan bukan wewenang bidan.

Anda mungkin juga menyukai