Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar belakang

Masa pubertas merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan


seksualitasnya, tidak ada batasan waktu yang tegas mengenai masa peralihan
antara masa kanak-kanak menjadi dewasa ini, tetapi pada wanita umumnya masa
pubertas dimulai pada saat usia 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama
empat tahun. Menarche merupakan suatu tahapan pubertas yang sangat penting
bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak
menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi perubahan hormon, perubahan fisik,
perubahan psikologi dan sosial. Menarche merupakan proses perubahan
ketidakmatangan fisik dan seksual menuju kematangan fisik dan seksual. Fase
kematangan fisik dan seksual dapat membuat organ reproduksi seorang remaja
dapat berfungsi untuk bereproduksi (Verawati dan Liswidyawati, 2012).

Perubahan yang menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahap


kematangan organ seksual yaitu dengan tumbuhnya organ seks sekunder.
Pertumbuhan organ seks sekunder dapat ditandai dengan pembesaran payudara,
tumbuhnya rambut ketiak dan alat kemaluan, adanya jerawat, bau badan yang
menyengat, pinggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ
vital dan menarche yang menandakan siap untuk dibuahi (Manuaba, 2007).

Pubertas merupakan titik pencapaian dari kematangan seksual pada anak


perempuan yaitu dengan terjadinya menarche. Menarche merupakan perdarahan
yang terjadi pertama kali dari uterus. Menarche pada perempuan terjadi pada
masa pubertas sekitar dengan 12-14 tahun. Usia menarche bervariasi pada setiap
individu dan wilayah tempat tinggal. Usia menarche dapat dikatakan normal
apabila terjadi pada usia 12-14 tahun (Susanti, 2012). Saat ini anak perempuan
mengalami periode pubertas lebih awal, hal ini ditandai dengan munculnya tanda-
tanda sekunder dan terjadinya menarche lebih awal daripada tahun-tahun
sebelumnya.

Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa


20,9% anak perempuan di Indonesia telah mengalami menarche diumur kurang
dari 12 tahun dan 79,1% lebih dari 12 tahun. Pergeseran usia menarche ke usia
yang lebih muda, akan menyebabkan remaja putri mengalami dampak stress
emosional. Usia menarche yang terjadi dibawah usia 12 tahun berhubungan
dengan risiko terkena kanker payudara, obesitas abdominal, resistensi insulin,
penumpukan lemak dalam jaringan adiposa, risiko penyakit kardiovaskular dan
hipertensi.

Perubahan fisik yang cepat dan berkelanjutan pada remaja perempuan


menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap betuk tubuhnya dan
akan membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak
berlangsung secara lancar maka akan berpengaruh terhadap perkembangan psikis
dan emosi anak. Sebaliknya pada orangtua keadaan ini dapat menimbulkan
konflik bila proses anak menjadi dewasa tidak dipahami.

Penurunan onset pubertas berkaitan dengan beberapa faktor yaitu genetik,


status gizi,faktor media informasi dan komunikasi, faktor aktivitas fisik dan faktor
lingkungan. Seiring dengan perkembangan jaman dan membaiknya standar
kehidupan, faktor status gizi pada anak perempuan sangat berperan terhadap
terjadinya penurunan usia menarche. Faktor status gizi ini juga sangat berkaitan
erat dengan faktor tingkat sosial ekonomi dan aktivitas.

Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup anak


perempuannya menyebabkan anak semakin menikmati media cetak maupun
media elektronik serta mengakses informasi budaya luar, semakin meningkatnya
aktivitas anak didepan alat komunikasi membuat anak menjadi semakin malas
untuk beraktivitas. Beberapa peneliti mengungkakpkan aktivitas seorang individu
akan berkurang ketika menginjak masa remaja. Latihan fisik/olahraga dapat
menunda menarche melalui mekanisme hormonal karena telah menurunkan
produksi progesteron dan sebagai akibatnya menunda kematangan endometrium
atau lapisan dalam dinding rahim. Ketiga faktor yang saling mempengaruhi ini
akan meningkatkan rangsangan psikis yang akhirnya akan berhubungan dengan
usia menarche.
Pada era globalisasi sekarang ini semakin beraneka ragam jenis makanan
yang bisa di nikmati di Indonesia. Salah satunya adalah mengkonsumsi makanan
bergaya barat seperti junk food yang sudah menjadi kebiasaan bagi para remaja
pada umumnya. Kebiasaan mengkonsumsi junk food ini berpengaruh terhadap
peningkatan gizi remaja. Perilaku konsumtif anak-anak tanpa diimbangi
pengetahuan mengenai kandungan gizi dalam junk food dapat mempengaruhi
kerja hormon sehingga bisa menyebabkan terjadinya pubertas dini

Junk food merupakan makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori
dan tinggi lemak. Junk food memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu
mengandung kalori tinggi, lemak tinggi, rendah serat dan gula tinggi (Damayanti,
2008). Makanan yang tergolong junk food antara lain kentang goreng, hamburger,
soft drink, pizza, hotdog, fried chiken, spaghetti, mie instan, donat dan lain-lain.
Makanan junk food banyak mengandung pemanis buatan, lemak, dan zat aditif
bisa menyebabkan menarche lebih awal (Susanti, 2012).

Konsumsi makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak


dalam jaringan adiposa yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin.
Leptin ini akan memicu pengeluaran hormon GnRH yang selanjutnya
mempengaruhi FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan
pembentukan estrogen. Akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan konsumsi
makanan tinggi serat yang dapat menurunkan jumlah kolesterol.

Pengaruh ini dikaitkan dengan serat yang dapat menyerap asam empedu
yang disintesis dari kolesterol. Pelepasan pulsatil GnRH merangsang peningkatan
pelepasan pulsatil FSH dan LH dari kelenjar hipofisis. Frekuensi dan amplitudo
peningkatan FSH dan LH menstimulasi produksi hormon seks steroid. Pada
perempuan ovarium memproduksi estrogen. Produksi hormon seks steroid
mengakibatkan munculnya tanda seks sekunder, pertumbuhan somatik,
kemampuan reproduksi dan efek psikologis lainnya.

Kebiasaan mengkonsumsi junk food di kalangan anak-anak modern akan


mempengaruhi peningkatan gizi. Hal ini disebabkan karena kandungan lemak,
protein hewani, dan trans lemak yang terdapat dalam junk food akan memicu
pengeluaran hormon-hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menarche dan
timbulnya tanda-tanda sekunder pada anak –anak lebih cepat dari usia normal.
Timbulnya tanda-tanda pubertas baik primer maupun sekunder sebelum umur 8
tahun dan terjadinya menarche sebelum usia 11 tahun disebut dengan pubertas
dini.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Hubungan frekuensi konsumsi Junk Food
dengan kejadian menarche pada siswi SMK Eka Prasetya.

Anda mungkin juga menyukai