PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan kelyuarga
adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses
persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses
persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun bagi bayi yang
dilahirkan. Sebelum terjadi proses persalinan, sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki “ bulannya ” atau “minggunya” atau ” harinya ”
yang disebut kala pendahuluan ( preparatory stage of labor).
Ada kepercayaan yang dipegang umum bahwa estrogen menyebabkan
kontraksi miometrium dan bahwa progesterone melemahkan keresponsifan
kontraktil. Kadar estrogen dan progesteron pada kehamilan manusia normal amat
besar. Karena alasan ini, bagaimana perubahan rasio konsentrasi kedua steroid
yang relative kecil ini dapat mengatur proses-proses fisiologis selama kehamilan
manusia.
Estrogen : bekerja baik secara langsung atau tidak langsung, estrogen
menimbulkan berbagai perubahan pada miometrium yang meningkatkan kapasitas
miometrium untuk menimbulkan daya kontraksi yang kuat. Namun estrogen tidak
bekerja secara langsung untuk menyebabkan kontraksi miometrium, melainkan
estrogen meningkatkan kapasitas untuk melakukan kontraksi yang kuat dan
terkoordinasi.
Pemberian progesteron pada perempuan hamil tidak menunda mulainya
partus tepat waktu atau menghentikan atau menghambat persalinan preterm.
Temuan-temuan ini mengisyaratkan bahwa beberapa bentuk deprivasi
1
progesterone yang “tersembunyi” atau unik tidak menjadi sebab penghentian
proses proses dalam fase 0 uterus pada partus manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sebab-sebab yang dapat menimbulkan persalinan ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai sebab-sebab persalinan ?
C. Tujuan
2
1. Untuk mengetahui apa saja sebab-sebab timbulnya persalinan.
2. Untuk menjelaskan sebab-sebab timbulnya persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin &
uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. Sebab yang mendasari terjadinya partus yang secara teoritis masih
merupakan kumpulan teoritis yang kompleks teori yang turut memerikan andil
dalam proses terjadinya persalinan . Ada banyak faktor yang memegang peranan
dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan
ialah :
3
Progesteron menghambat kepekaan uterus selama kehamilan. Penelitian pada
binatang telah menyatakan penurunan progesteron sebagai faktor pencetus pada
persalinan, tetapi efek ini belum ditunjukkan pada manusia. Kadar progesteron
tetap agak stabil pada manusia, tetapi mungkin ada penurunan lokal pada aktivitas
progesteron sebagai akibat protein ikatan progesteron yang mungkin terinduksi
oleh peningkatan kadar estrogen pada saat term. Peniliti lain telah menghipotesis
bahwa kortisol janin bersaing dengan kerja progesteron dalam regulasi CRH dan
dengan demikian memblok kerja progesteron(Linda V Wals,2003:238)
2. Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah hal ini dikarenakan
menurunnya produksi hormon progesteron dari plasenta yang akan merangsang
kelenjar hypofise bagian belakang, untuk mengeluarkan hormon oxcytosin atau
hormon pituitrin,sering disebut pula hormon piton. Hormon pituitrin ini berfungsi
untuk menimbulkan/menambahkan kekuatan kontraksi otot polos. Oleh karena
uterus terdiri dari otot-otot polos dan telah mulai berkontraksi karena otot-otot
tersebut meregang untuk menyesuaikan dengan besarnya isi dalam uterus, maka
kontraksi ini akan menjadi lebih kuat dengan adanya hormon piton yang
dikeluarkan oleh kelenjar hypofise. Dengaan adanya kontraksi yang lebih kuat dan
lebih teratur terjadilah persalinan.
. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. Oksitosin adalah hormon
yang sangat poten yang dilepaskan dalam pola berdenyut. Aktivitas berdenyut
meningkat pada kehamilan akhir dan riset meunjukkan bahwa wanita dengan
konsentrasi oksitosin lebih rendah sebelum persalinan lebih mungkin mengalami
disfungsi persalinan. Fuchs, bahrens dan Liu (1992) menemukan bahwa frekuensi
denyut sebelum persalinan rata-rata 1,3/mnt, dengan suatu ambang sampai empat
kali meningkat dari persalinan awal dan selanjutnya ambang meningkat pada kala
kedua persalinan. Selama kala ketiga persalinan oksitosin ditemukan menurun
frekuensinya 60% dengan frekuensi tetap baik di atas kadar pra-persalinan. Injeksi
2 sampai 8 mU oksitosin secara intra vena menimbulkan hasil serupa. Riset telah
4
menunjukkan bahwa pemberian oksitosin berdenyut lebih efektif dalam
mempertahankan kontraksi daripada infus kontinu.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
tergeang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Dengan adanya kehamilan maka uterus akan meregang dengan mengadakan
hypertropi dan hyperplasi agar dapat memenuhi kebutuhan tempat bagi isi uterus,
yaitu : foctus, air ketuban, dan plasenta. Terjadinya regangan pada otot-otot uterus
ini akan mengakibatkan timbulnya kontraksi. Makin tua kehamilan maka
regangan uterus yang makin besar akan menambah pula kuatnya kontraksi. Pada
akhir bulan kehamilan kontraksi akan bertambah lebih kuat lagi, karena adanya
faktor hormon seperti yang telah diuraikan diatas. Jadi overdistensi dari uterus ini
5
menjadi faktor untuk mengadakan kontraksi yang lebih kuat karena dianggap
sebagai penyebab terjadinya persalinan.
Dari konsepsi sampai persalinan, korpus uterus dan serviks menunjukkan
fungsi yang sangat berbeda. Korpus uterus harus tetap relatif pasif sambil terus
membesar selama pertumbuhan janin dan serviks harus tetap rigid untuk
mencegah dilatasi prematur.
Pada persalinan fungsi ini menjadi sebaliknya. Miometrium uterus harus
secara aktif berkontraksi untuk menimbulkan dilatasi serviks dan mendorong
turunnya janin, sedangkan serviks harus melunak dan membuka untuk
memudahkan kelahiran. Selama kehamilan sel-sel otot polos uterus berbentuk
berkas dengan sedikit sentuhan sel ke selnya. Jaringan ikat memegang sel-sel ini
pada ujung ke ujung atau sisi ke sisinya tetapi zona kontak aktual yang disebut
taut gap tidak tampak sampai kehamilan lanjut. Taut gap adalah jembatan yang
kurang resisten atau sambungan intraseluler tempat ion dan molekul dapat
dipertukarkan diantara sel-sel. Peningkatan kemampuan untuk memberi stimulasi
listrik perlu untuk sinkronisasi kontraksi. (Linda V Wals,2003:235-236)
6
turun dan maju ke arah jalan kelahiran yang terdepan, sehingga terjadilah
persalinan yaitu lahirnya isi uterus tersebut.
5. Pengaruh Janin
Selama pertengahan pertama kehamilan maternal, kortisol dalam sirkulasi
janin dianggap menghambat corticotropin-releasing hormone (CRH) dari
hipotalamus janin. Hal ini mengakibatkan produksi adrenocorticotropic hormon
(ACTH) hipofisis rendah, yang mencegah aktivasi sel penghasil kortisol dari
kelenjar adrenal.
Selama pertengahan kedua kehamilan, estrogen merangsang peningkatan
konversi kortisol dalam plasenta yang menimbulkan penurunan kortisol maternal
pada sirkulasi janin. Karena inhibisi memengaruhi kortisol sirkulasi menurun,
CRH janin meningkat. Kira-kira 3 sampai 4 minggu sebelum persalinan,
hipotalamus janin memberi sinyal pada hipofisis untuk meningkatkan pelepasan
ACTH sehingga mengaktivasi sintesis enzim melalui kelenjar adrenal yang
diperlukan dalam konversi pregnenolon menjadi kortisol. Estrogen juga
memengaruhi janin untuk mengubah kortisol menjadi kortison karena hal ini
secara biologis inaktif, tidak mempunyai efek inhibisi pada pelepasan ACTH dari
hipofisis.
Ketika adrenal janin meningkat dalam kemampuannya untuk menyintesis
kortisol, hepar,paru dan medula adrenal mengembangkan kapasitas untuk
mengubah kortison menjadi kortisol. Kortisol adalah instrumen dalam maturasi
sistem hepatik yang memungkinkan untuk sintesis glikogen dan produksi enzim
yang perlu untuk metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Glikogen limfatik
meningkat drastis dari minggu ke-36 sampai lahir dan selama 12 sampai 24 jam
pertama kehidupan, neonatus bergantung pada simpanan glikogen ini untuk
mencegah hipoglikemia. Selain itu, kortisol memainkan peran utama dalam
merangsang biosintesis surfaktan yaitu suatu proses yang diperlukan untuk
memulai dan memelihara pernapasan.(Linda V Wals,2003:237)
7
6. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara IV, intra dan extraamnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga
disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
Kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi mulai kehamilan usia 15
minggu hingga aterm lebih lebih pada saat partus berlangsung, plasenta yang
mulai menjadi tua seeiring dengan tunya usia kehamilan. Keadaan uterus yang
terus membesar dan menegang mengakibatkan terjadinya iskemik otot-otot
uterus, hal ini yang diduga menjadi penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-
plasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
Prostaglandin (PG) berpengaruh pada permulaan dan pemeliharaan persalinan
melalui perannya dalam membentuk taut gap dan peningkatan kadar kalsium
dalam sitoplasma sel endometrium. Fungsi reseptor PG agak berbeda dari reseptor
oksitosin karena rangsangan oleh hormon lain tidak diperlukan untuk proliferasi
dan kerjanya. Reseptor PG ada dan mampu menstimulasi kontraksi pada waktu
kapan pun selama kehamilan. Jaringan maternal dan janin mempunyai berbagai
bentuk PG.
Amnion mempunyai konsentrasi PGE2 tinggi tetapi sebagian kecil darinya
menembus korion utuh karena enzim dalam korion mengubah PG dengan cepat
menjadi metabolis inaktif. Plasenta dan korda umbilikalis menghasilkan
PGE2,PGD2,PGI2 dan tromboksan A2. PGI2 dihasilkan dalam miometrium dan
kompartemen vaskular. Desidua menghasilkan konsentrasi PGI 2 tinggi dan jumlah
PGF2a lebih sedikit dan PGE2. Enzim pada desidua mengubah PGE 2 menjadi
PGF2a, aktifitas yang ditingkatkan oleh oksitosin. Penelitian menunjukkan bahwa
desidua adalah sumber PG utama selama dan setelah persalinan. Sel desidua yang
didapatkan dengan segera setelah kelahiranspontan mempunyai PGF 2a konsentrasi
8
kira-kira 30 kali lebih besar daripada yang ditemukan setelah seksio seksaria
elektif.
Kerja prostaglandin:
PGE2 : perlu dalam pembentukan taut gap; terlibat dalam pematangan serviks
dengan merilekskan otot polos serviks; mempunyai sedikit pengaruh
pada aktivasi miometrium yang disebabkan oleh desensitisasi uterus
terhadap efek oksitoksik PGE2
PGF2a : merangsang kontraksi miometrium dengan meningkatkan kalsium
intraseluler dengan membuka saluran kalsium dan melepaskan
kalsium dari intraseluler; meningkatkan eksitabilitas sel miometrium
pada konsentrasi lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk kontraksi
menimbulkan peningkatan terhadap oksitoksik lain; tidak mengubah
tahanan serviks; protanoid utama yang dilepaskan selama persalinan.
PGI2 : vasodilator;menghambat agregasi trombosit;merilekskan otot polos
tetapi tidak mempunyai efek uterin
TXA2 :vasokontriksi;faktor agregasi trombosit(Linda V Wals,2003:238)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori progesteron
2. Teori oksitosin
3. Teori distensi rahim
4. Teori iritasi mekanik
5. Pengaruh janin
6. Teori prostaglandin
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
.1983.ObstretiFisiologi.Bandung : El Eman
11