Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

PADA NY.D I BANGSAL SAKINAH


RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

DI SUSUN OLEH
DIAH MAHARENI PUTRI (1602097)
ITSNA ROBIAH KHASANAH (16020
ULFA MELANI (1602126)
WAHYU SETYANINGSIH (

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL

A. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Prawirohardjo, 2006).

B. PENYEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.

C. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :

1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar

D. MACAM-MACAM HIS

Kontraksi Dini
Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat awal kehamilan atau pada trimester
pertama kehamilan. Kondisi ini terjadi saat tubuh masih sedang dalam proses
penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan. Kontraksi
ini terjadi karena meregangnya jaringan ikat di sekitar rahim yang biasanya
diikuti oleh perut kembung, sembelit, dan kekurangan cairan. Namun
waspadai bila terdapat kontraksi yang menetap disertai dengan adanya bercak,
maka segeralah Ibu ke dokter / bidan untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.

Kontraksi palsu
Kontraksi palsu atau Braxton-Hicks biasanya sering terjadi pada saat
kehamilan memasuki usia 32-34 minggu dan berlangsung selama 30 menit
sekali dengan lama kontraksi sekitar 30 detik. Saat mengalami kontraksi Ibu
akan mengalami seperti nyeri kram saat menstruasi. Jika kontraksi ini tidak
terjadi lama, kemudian intervalnya memendek dan tidak bertambah kuat,
maka persalinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Cara mengatasi
kontraksi palsu ini, Ibu bisa berendam di air hangat untuk meredakannya.
Namun bila kontraksi ini semakin kuat dan interval semakin pendek, maka
bisa jadi bahwa persalinan akan segera berlangsung.
Kontraksi ketika berhubungan intim
Pernahkah Ibu mendengar bahwa Ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan
intim dengan pasangannya? Anjuran ini biasanya untuk Ibu yang sedang hamil
muda, yakni di bawah 3 bulan atau pada saat hami tua di atas 8 bulan.
Alasannya, karena untuk menghindari keguguran atau lahir prematur.

Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Yang
pasti, sperma mengandung hormon prostaglandin. Hormon ini sering
menyebabkan kontraksi pada rahim, sehingga dikhawatirkan mencetuskan
kejadian abortus (keguguran) atau persalinan prematur.

Lantas bagaimana menyiasatinya? Apakah benar harus “berpuasa”? Tidak


juga, hal ini bisa disiasati dengan senggama terputus (coitus interuptus) atau
memakai kondom. Sebelum melakukannya, Ibu terlebih dulu bisa
mengkonsultasikan hal ini dengan dokter / bidan tentang keadaan kehamilan
apakah berisiko atau tidak bila melakukan hubungan intim, termasuk untuk
mengetahui adanya riwayat keguguran, riwayat persalinan prematur, riwayat
pendarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya, mulut rahim yang
lemah, dan sebagainya.

Kontraksi inersia
Merupakan kontraksi dalam proses persalinan yang lemah, pendek, atau tidak
sesuai fase. Hal ini umumnya disebabkan karena kelainan fisik Ibu, seperti
kurangnya nutrisi dan gizi saat hamil, anemia, hepatitis atau TBC, dan miom.
Ada dua macam kontraksi, yaitu primer dan sekunder. Disebut primer apabila
sama sekali tidak terjadi kontraksi sejal awal persalinan. Sedangkan sekunder
adalah kontraksi yang awalnya bagus, kuat dan teratur tetapi setelah itu
menghilang. Kontraksi ini dapat dilihat melalui evaluasi pembukaan mulut
rahim dan ketuban.

Kontraksi sesungguhnya
Kontraksi sebenarnya terjadi menjelang persalinan, yakni saat Ibu memasuki
kehamilan 36 minggu saat bayi mulai turun ke tulang panggul lebih dalam.
Akibatnya, timbul desakan di kandung kemih, panggul dan vagina. Saat inilah
muncul kontraksi sungguhan, di mana Ibu sudah waktunya untuk melahirkan.
Kontraksi ini biasanya berlangsung 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 20
sampai 40 detik. Frekuensinya pun meningkat hingga lebih dari 5 kali dalam
10 menit. Hal ini disertai pula dengan keluarnya lendir bercampur darah,
pecahnya ketuban, serta dorongan ingin mengejan. Jika kurang yakin ini
kontraksi sungguhan, berendamlah di air hangat. Kontraksi sungguhan akan
menguat di air hangat. Atau Ibu bisa segera melakukan pemeriksaan ke bidan
atau dokter untuk memastikan lengkap tidaknya pembukaan dan kapan
dimulainya proses persalinan.
E. FAKTOR-FAKTOR PERSALINAN
1. Passage (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal.
2. Power (tenaga mengejan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-
otot rahim.
3. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama
dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling
besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah
kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
4. Psikis
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan
yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
 Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
 Pengalaman bayi sebelumnya
 Kebiasaan adat
 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
F. PERAN PERAWAT DALAM PROES PERSALINAN
1. KALA 1
a) Meningkatkan emosi dan fisik pasien atau pasangan terhadap
persalinan
b) Meningkatkan kemampuan persalinan
c) Mendukung kemampuan koping pasien atau pasangan
d) Mencegah komplikasi maternal atau bayi
e) Memeriksa tanda-tanda vital
f) Ajarkan relaksasi nafas dalam
2. KALA II
a)
Pertahankan kandung kemih tetap dalam keadaan kosong
b)
Anjurkan sebaiknya posisi miring ke kiri
c)
Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman, yaitu setengah duduk
d)
Periksa tanda-tanda vital
e)
Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi nafas dalam sangat penting
pada saat terjadi kontraksi
3. KALA III
a) Ajarkan ibu dan pasangan tentang pentingnya istirahat
b) Berikan vairan secara oral sesuai anjuran dokter
c) Monitor kehilangan cairan, tanda-tanda vital, inspeksi turgor
kulit dan membran mukosa
d) Monitor keras lembutnya uterus setelah lepasnya plasenta
4. KALA IV
a) Monitor tanda-tanda vital, warna kulit, dan tonus uterus
b) Kaji posisi uterus dan lokhea yang keluar
c) Kaji distensia kandung kemih
d) Massage fundus uteri
e) Anjurkan untuk merubah posisi selang-seling dan menghindari
duduk untuk beberapa waktu
f) Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang baik
g) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
h) Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya perawatan
G. MEKANISME PERSALINAN
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95
% dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus,
presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan
dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang
dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-
ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam
panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada
pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan
mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang
terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura
sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran
terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
a. Penurunan kepala.
b. Fleksi.
c. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d. Ekstensi.
e. Ekspulsi.
f. Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk


lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
a. Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam
PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam
keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2
jenis asinklitismus yaitu :
 Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
 Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau
berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi
penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke
dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan
melurusnya badan anak.
 Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis
dan promontorium.
 Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah
dari os parietal depan
 Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih
rendah dari os parietal belakang
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu
dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah
dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding
seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter
suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan
fleksi maksimal.
c. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah
simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah
simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi
dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
d. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke
atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau
kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan
ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan
gerakan ekstensi.
e. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam
keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah
kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu
(diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari
pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan
putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum
sepihak.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan
ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak
begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau
fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau
mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
H. PATHWAY
Kehamilan (37-42 minggu)

Tanda-tanda inpartu

Proses persalinan

Kala I kala II kala III kala IV

Kontraksi uterus partus pelepasan plasenta post

Nyeri kerja jantung meningkat resiko perdarahan resiko


perdarahan
Kelelahan (oksigen menurun) kekurangan volume
Cairan

Resiko Infeksi
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. KALA I
a) Pengkajian
 Anamnesa
 Nama, umur, dan alamat
 Riwayat obstetri : GPA, HPHT, HPL
 Riwayat alergi obat
 Riwayat kehamilan sekarang
 Riwayat kehamilan sebelumnya
 Riwayat penyakit
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Pemeriksaan dalam (pembukaan)
b) Diagnosa
Nyeri b.d kontraksi uterus selama persalinan
c) Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Pain management
keperawatan selama 1x24  Lakukan pengkajian
jam diharapkan nyeri nyeri secara
berkurang dengan kriteria komprehensif
hasil :  Observasu reaksi non
 Pain level : skala verbal dan
nyeri berkurang ketidaknyamanan
 Pain control : mampu  Pilih dan lakukan
mengontrol nyeri penanganan nyeri
dengan teknik non  Ajarkan tentang teknik
farmakologi, nonfarmakologi
melaporkan bahwa  Berikan analgetik untuk
nyeri berkurang mengurangi nyeri
dengan menggunakan  Evaluasi keefektifan
managemen nyeri kontrol nyeri
 Pain cofort :
menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

2. KALA II
a) Pengkajian
 pemeriksaan tanda-tanda persalinan kala II
 mengkaji status kesehatan ibu dan janin
b) diagnosa
gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-kapiler
c) intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan NIC : Airway Management
keperawatan selama 1x24 jam  posisikan pasien untuk
diharapkan pertukaran gas memaksimalkan ventilasi
adekuat dengan kiteria hasil :  identifikasi pasien
 ada peningkatan perlunya pemasangan
ventilasi dan oksigeasi jalan nafas buatan
yang adekuat  monitor respirasi dan
 bebas dari tanda-tanda status oksigen
distress pernafasan  monitor kesalahan obat
 tidak ada sianosis diafragma
 tanda vital dalam  monitor pola nafas :
rentang normal bradipne, takipnea
3. KALA III
a) Pengkajian
 Mengkaji keadaan umum ibu
 Mengkaji keadaan bayi
 Melakukan pemeriksaan pada uterus
 Melakukan pemeriksaan pengeluaran plasenta
b) Diagnosa
Kekurangan volume cairan b.d proses persalinan
c) Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan  Bantu mengarahkan
keperawatan selama 30 menit untuk mengejan
diharapkan tidaj terjadi  Kaji TTV
kekurangan volume cairan  Palpasi uterus
dengan kriteria hasil :  Pantau tanda gejala
 TTV dalam batas normal kehilangan cairan
 Kontraksi uterus baik berlebih
 Input dan output  Massase uterus dengan
seimbang perlahan
 Berikan obat
4. KALA IV
a) Pengkajian
 Mengkaji keadaan ibu
 Mengkaji keadaan plasenta
b) Diagnosa
Resiko perdarahan b.d sub involusi uteri
c) Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan  Observasi keadaan
keperawatan selama 1x7 jam umum pasien
diharapkan tidak terjadi resiko  Massase pada uterus
dengan kriteria hasil :  Tentukan TFU
 Perdarahan dalam batas  Kaji adanya distensi
normal kandung kemih
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID


FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan
Normal. Dimuat
dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-
pendahuluan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai