Anda di halaman 1dari 75

JUDUL

DETI NURHAYATI

701170003

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. L DENGAN DIAGNOSA GASTRO

ENTERITIS AKUT DI RUANG ANYELIR RSUD SOREANG.


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-

Nyalah tugas praktek belajar lapangan Stase Keperawatan Gadar dan Intensif di

Rumah Sakit Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Asuhan Keperawatan Anak pada An. L dengan Diagnosa Gastro Enteritis Akut

Diruang Anyelir RSUD Soreang . Hasil analisa atau pengkajian terdapat diagnosa

keperawatan yang dirumuskan berdasarkan NANDA,NOC dan NIC. Selain itu

terdapat lampiran yang penulis lakukan sebagai bentuk proses keperawatan.

Penulis menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan

masih perlu banyak belajar, bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah

ini menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.Harapan penulis, mudah-

mudahan tugas ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Bandung, Januari 2020

Deti Nurhayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gastroenteritis atau penyakit diare adalah penyakit yang terjadi akibat adanya

peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi (Cakrawardi et.

al,2009). Penyakit ini ditandai dengan gejalanya terutama diare, muntah atau

keduanya dan dapat juga disertai dengan demam, nyeri abdomen dan anoreksia

(Elliott J. E., 2007). Secara global, setiap tahun diperkirakan dua juta kasus

gastroenteritis yang terjadi di kalangan anak berumur kurang dari lima tahun.

Walaupun penyakit ini seharusnya dapat diturunkan dengan pencegahan, namun

penyakit ini tetap menyerang anak terutamanya yang berumur kurang dari dua tahun.

Selain menyebabkan jumlah kematian yang tinggi di kalangan anak, penyakit

gastroenteritis juga menimbulkan beban kepada ibu bapa dari segi biaya pengobatan

dan waktu. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang

terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk (Howidi et. al, 2012).

Gastroenteritis atau penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang

masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan (Depkes) dari tahun 2000 sehingga tahun 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik. Pada tahun 2000 incidence rate penyakit diare 301/1000 penduduk,

tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Berdasarkan Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari

tahun ke tahun diketahui bahawa diare masih menjadi penyebab utama kematian

balita di Indonesia. Penyebab utama kematian karena diare perlu tatalaksana yang

cepat dan tepat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2011). 2 Biasanya

gastroenteritis dapat pulih sendiri tanpa terapi. Penatalaksanaan kasus gastroenteritis

mempunyai tujuan mengembalikan cairan yang hilang akibat diare. Kegagalan dalam

pengobatan gastroenteritis dapat menyebabkan infeksi berulang atau gejala berulang

dan bahkan timbulnya resistensi. Untuk menanggulangi masalah resistensi tersebut,

WHO telah merekomendasikan pengobatan gastroenteritis berdasarkan penyebabnya.

Terapi antibiotik diindikasikan untuk gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi

bakteri. Hal ini karena antibiotik merupakan obat andalan untuk terapi infeksi bakteri.

Namun, ketepatan dosis dan lama pemberian antibiotik adalah sangat penting agar

tidak terjadi resistensi bakteri dan infeksi berulang (Cakrawardi et. al, 2009).

Resistensi antibiotik di kalangan bakteri enterik dapat menimbulkan implikasi buruk

karena dapat mengancam nyawa dan menyebabkan penyakit yang lebih serius (A

Elmanama et al., 2013).

B. TUJUAN KEGIATAN

Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan keperawatan anak pada An, L

dengan diagnosa Gastro enteritis akut diruang anyelir RSUD Soreang

C. MANFAAT KEGIATAN

1. Bagi Pendidikan Keperawatan


Hasil penelitan dapat dijadikan sumber dan referensi dalam mata kuliah asuhan

keperawatan anak, khusunya dalam pemenuhan intervensi pada An. L.

2. Di Bidang Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan

intervensi keperawatan dalam penanganan pasien yang mengalami GEA.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Definisi Diare

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi

encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga

kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat

dalam beberapa jam atau beberapa hari

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak

dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan

padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah

buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan

lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

B. ETIOLOGI

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut

patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,

salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,

stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan

kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau


asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi

dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur

terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan

mineral.

b) Kurang kalori protein.

c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

B. PATOFISIOLOGI

Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang

berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan lambung,

empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan

sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar

akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.

Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu

sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan

terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas

usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan

menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga

penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan
mekanisme kompensasi dengan larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat

pada gambar berikut:

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi

adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah

kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat

menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau

lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan

juga mencakup flora normal usus.

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat

menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih

tinggi terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama

waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber

penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis

yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan

bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi

antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S.

typhi murium pada mikroflora usus yang normal.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan

(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme

lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya

penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang

bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi

oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam

cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada

anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi

glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga

40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah

yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu

yang encer ini diberikan terlalu lama.


- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi

klien akan meninggal.


A. PATHWAY
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
kembang dlm tik diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elekt integritas kulit


berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik
Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia


Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin,
ubun-ubun cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut
jantung cepat dan lemah

(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002)


B. MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu


makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam. (Kusmaul).
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
D. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
E. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Yang diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang (120- Lemas >40
140)

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan
Kulit Biasa Agak cepat Kusz maull
Uub
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis

F. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK

Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak

dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila

terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara

matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Kebutuhan
Umur Berat Badan Total/24 jam Cairan/Kg
BB/24 jam

3 hari 3.0 250-300 80-100

10 hari 3.2 400-500 125-150

3 bulan 5.4 750-850 140-160

6bulan 7.3 950-1100 130-155

9 bulan 8.6 1100-1250 125-165

1 tahun 9.5 1150-1300 120-135

2 tahun 11.8 1350-1500 115-125


4 tahun 16.2 1600-1800 100-1100

6 tahun 20.0 1800-2000 90-100

10 tahun 28.7 2000-2500 70-85

14 tahun 45.0 2000-2700 50-60

18 tahun 54.0 2200-2700 40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono,

Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa

jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah

sebagai berikut :

Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan 50 100 25 175

Sedang 75 100 25 200

Berat 125 100 25 250

Keterangan :

PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)

NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)

CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.

3. Memberikan terapi simtomatik

4. Memberikan terapi definitif.

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat

dan akurat, yaitu:

1) Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia

cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan

dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik

(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap

satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan

cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai

dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan

dapat dihitung dengan cara/rumus:


- Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma – 1,025

---------------------- x BB x 4 ml

0,001

- Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Daldiyono

Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:

* Rasa haus/muntah =1

* BP sistolik 60-90 mmHg =1

* BP sistolik <60 mmHg =2

* Frekuensi nadi >120 x/mnt =1


* Kesadaran apatis =1

* Kesadaran somnolen, sopor atau koma =2

* Frekuensi napas >30 x/mnt =1

* Facies cholerica =2

* Vox cholerica =2

* Turgor kulit menurun =1

* Washer women’s hand =1

* Ekstremitas dingin =1

* Sianosis =2

* Usia 50-60 tahun =1

* Usia >60 tahun =2

Kebutuhan cairan =

Skor

-------- x 10% x kgBB x 1 ltr

15
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan

orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl

stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga

setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

4) Jadual pemberian cairan

Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor

diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat

mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada

kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi

diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.

Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan

keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan

biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.

Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui

pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.

Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan

empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan.
Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul

setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.

Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:

1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.

2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang

darah.

Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai

manifestasi klnis diare.

3. Memberikan terapi simtomatik

Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan

keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang

diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri

dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.

4. Memberikan terapi definitif.

Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:

1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.

2) V. parahaemolyticus,

3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik

4) C. perfringens, spesifik

5) A. aureus : Kloramfenikol
6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti

Siprofloksasin

7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol

8) Helicobacter: Eritromisin

9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol

10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol

11) Balantidiasis: Tetrasiklin

12) Candidiasis: Mycostatin

13) Virus: simtomatik dan suportif

1. Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberiannya.

1) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan

yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak

diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan

dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,

sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena

banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai

berikut:

- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15

tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1

ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan

4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.


Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15

tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

 Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1

bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7 kg, jenis makanan:

- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak

jenuh

- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu

yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak

jenuh.

c. Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain


ASUHAN KEPERAWATAN

GASTROENTERITIS AKUT

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan

kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan

penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau

lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus

asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya

infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan

perawatannya .

2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.

Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare

akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi

makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi

yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi

pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,

menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,

lingkungan tempat tinggal.

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan

o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg

(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm

ditahun kedua dan seterusnya.

o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan

gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah


o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b. Perkembangan

o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan

dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug).

Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua

terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa

malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat

berkembang pada diri anak.

o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,

bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2

hitungan (GK)

2. Meniru membuat garis lurus (GH)

3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4. Melepasa pakaian sendiri (BM)

9. Pemeriksaan Fisik

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan

mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,


b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran

menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada

anak umur 1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum

normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau

kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill

time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400

ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami

stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan

invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian

menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium :

 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2

meningkat, HCO3 menurun )

 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

PENATALAKSANAAN DIARE

Rehidrasi

1. jenis cairan

a) Cara rehidrasi oral

o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)

seperti orali, pedyalit setiap kali diare.

o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)

b) Cara parenteral

o Cairan I : RL dan NS

o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL

D5 : RL = 4 : 1 + KCL

D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL


o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus

pada diare usia > 3 bulan.

2. Jalan pemberian

a) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)

b) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :

a) Defisit ( derajat dehidrasi)

b) Kehilangan sesaat (concurrent less)

c) Rumatan (maintenance).

4. Jadwal / kecepatan cairan

a) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat

badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :

o BB (kg) x 50 cc

o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.

b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang : + 50 cc/kg/3 jam

atau 5 tetes/kg/mnt

Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg

klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

2. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik

a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu

b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi

elemen atau semi elemental formula.

Supportif

Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare

atau output berlebihan dan intake yang kurang

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare.

3. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan proses infeksi skunder

terhadap diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

frekwensi diare.

5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB

menurun terus menerus.


6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi rasional


keperawatan
1 Gangguan setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan 1. Penurunan
keseimbangan tindakan gejala kekurangan sisrkulasi volume
cairan dan keperawatan cairan dan cairan
elektrolit menyebabkan
elektrolit selama 3 x 24 jam
kekeringan
keseimbangan mukosa dan
dan elektrolit pemekataj urin.
dipertahankan Deteksi dini
secara maksimal memungkinkan
terapi pergantian
Kriteria hasil : cairan segera
untuk
1 Tanda vital memperbaiki
dalam batas deficit
normal (N: 120- 2. Dehidrasi dapat
60 x/mnt, S; 36- meningkatkan
37,50 c, RR : < laju filtrasi
40 x/mnt ) glomerulus
2 Turgor elastik , membuat
membran keluaran tak
mukosa bibir aadekuat untuk
basah, mata membersihkan
tidak cowong, sisa metabolism
UUB tidak 2. Pantau intake dan
cekung. output 3. Mendeteksi
3 Konsistensi kehilangan cairan
BAB lembek, , penurunan 1 kg
frekwensi 1 kali BB sama dengan
perhari kehilangan cairan
1 lt
4. Mengganti cairan
dan elektrolit
yang hilang
secara oral

5. koreksi
keseimbang
cairan dan
elektrolit, BUN
untuk mengetahui
3. Timbang berat faal ginjal
badan setiap hari (kompensasi).
- Mengganti
cairan dan
elektrolit secara
adekuat dan
cepat.
- anti sekresi
4. Anjurkan untuk
keluarga untuk menurunkan
memberi minum sekresi cairan dan
banyak pada kien, elektrolit agar
2-3 lt/hr simbang,
5. Kolaborasi : antispasmolitik
Pemeriksaan
untuk proses
laboratorium
absorbsi normal,
serum elektrolit
antibiotik sebagai
(Na, K,Ca, BUN)
anti bakteri
berspektrum luas
untuk
- Cairan
menghambat
parenteral ( IV
line ) sesuai endotoksin.
dengan umur

- Obat-obatan
: (antisekresin,
antispasmolitik,
antibiotik)
2 Perubahan nutrisi setelah dilakukan 1. Diskusikan dan 1. Serat tinggi,
kurang dari tindakan jelaskan tentang lemak,air terlalu
kebutuhan tubuh perawatan selama pembatasan diet panas / dingin
(makanan berserat dapat
dirumah di RS
tinggi, berlemak merangsang
kebutuhan nutrisi dan air terlalu mengiritasi
terpenuhi panas atau dingin) lambung dan
sluran usus.
Kriteria : 2. situasi yang
2. Ciptakan
lingkungan yang nyaman, rileks
- Nafsu makan
bersih, jauh dari akan merangsang
meningkat nafsu makan.
bau yang tak
- normal sesuai sedap atau
sampah, sajikan
umur
makanan dalam
keadaan hangat
3. Berikan jam
istirahat (tidur)
serta kurangi
kegiatan yang 3. Mengurangi
berlebihan pemakaian energi
4. Monitor intake yang berlebihan
dan out put dalam
24 jam

4. Mengetahui
jumlah output
5. Kolaborasi dapat
dengan tim merencenakan
kesehtaan lain : jumlah makanan.
a. terapi gizi : 5. Mengandung zat
Diet TKTP rendah yang diperlukan ,
serat, susu untuk proses
pertumbuhan
b. obat-obatan
atau vitamin ( A)
3 Resiko penyakit : Stelah 1. Monitor suhu 1. Deteksi dini
berulang dilakukan tubuh setiap 2 jam terjadinya
tindakan perubahan
abnormal fungsi
perawatan selama
tubuh ( adanya
3x 24 jam tidak infeksi)
terjadi 2. Meningkatkan
peningkatan suhu personal hygen
tubuh
3. Mencegah
Kriteria hasil : perkembangbiaka
2. Ajarkan teknik
suhu tubuh dalam n bakteri dan
cuci tangan 6
sterilisasi
batas normal ( 36- langkah
37,5 C) 3. Anjurkan
keluarga untuk
- Tidak menjaga
4. Menajaga agar
terdapat tanda kebersihan alat
anak tidak
infeksi (rubur, makan dan
terkontaminasi
dolor, kalor, minum
bakteri
tumor, fungtio 4. Bersihakan alat
lingkungan
leasa) main dan
likungan yang
sering terjangkau 5. Merangsang
orang tua pusat pengatur
panas di otak
5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
4 Resiko kerusakan setelah dilakukan 1. Diskusikan dan 1. Kebersihan
integritaskulit tindaka jelaskan mencegah
perianal keperawtan pentingnya perkembang
menjaga tempat biakan kuman
selama di rumah
tidur
sakit integritas 2. Demontrasikan 2. Mencegah
kulit tidak serta libatkan terjadinya iritassi
terganggu keluarga dalam kulit yang tak
merawat perianal diharapkan oleh
Kriteria hasil : - (bila basah dan karena kelebaban
Tidak terjadi mengganti dan keasaman
iritasi : pakaian bawah feces
kemerahan, lecet, serta alasnya)
kebersihan terjaga 3. Atur posisi tidur 3. Melancarkan
atau duduk vaskulerisasi,
- Keluarga dengan selang mengurangi
mampu waktu 2-3 jam penekanan yang
mendemontrasika lama sehingga tak
n perawatan terjadi iskemi dan
perianal dengan irirtasi .
baik dan benar
5 Kecemasan anak setelah dilakukan 1. Libatkan 1. Pendekatan awal
tindakan keluarga dalam pada anak
perawatan selama melakukan melalui ibu atau
tindakan keluarga
3 x 24 jam, klien
perawatan 2. mengurangi rasa
mampu 2. Hindari persepsi takut anak
beradaptasi yang salah pada terhadap perawat
perawat dan RS dan lingkungan
Kriteria hasil : RS
Mau menerima 3. Berikan pujian 3. menambah rasa
tindakan jika klien mau percaya diri anak
perawatan, klien diberikan akan keberanian
tampak tenang tindakan dan
dan tidak rewel perawatan dan kemampuannya
pengobatan 4. Kasih saying
4. Lakukan kontak serta pengenalan
sesering diri perawat akan
mungkin dan menunbuhkan
lakukan rasa aman pada
komunikasi baik klien.
verbal maupun 5.
non verbal
(sentuhan,
belaian dll)
5. Berikan mainan
sebagai
rangsang sensori
anak
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT

LAPORAN KASUS PROGRAM ORIENTASI KLINIK

KEPERAWATAN ANAK

DI RUANG / TEMPAT RUANG ANYELIR

I. PENGKAJIAN

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama/Nama panggilan : latifah Nurul Hisaniah/dede

2. Tempat tgl lahir/usia : Bandung,26-07-2010

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. A g a m a : ISLAM

5. Pendidikan : SD kelas 4

6. Alamat : Kp.Gembor 01/08 Banjaran Wetan

7. Tgl masuk : 27/12-2019 (jam 18:54)

8. Tgl pengkajian : 28-12-2019

9. Diagnosa medik : GEA

10. Rencana terapi : - RL 2200 CC/24 jam

- Bio 2x lbks Po

- Zinc syr 1x1 cth Po

B. Identitas Orang tua

1. Ayah

a. N a m a : Sohibul Arifin
b. U s i a : 40 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Buruh harian lepas/± Rp. 3.000.000

e. A g a m a : ISLAM

f. Alamat : Kp.Gembor 01/08 Banjaran Wetan

2. Ibu

a. N a m a : Tuti

b. U s i a : 40 Tahun

c. Pendidikan : SMP

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: Ibu Rumah Tangga

e. Agama : ISLAM

f. Alamat : Kp.Gembor 01/08 Banjaran Wetan

C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS


KESEHATAN
1 Nadia 17 tahun Kakak kandung Baik, tidak
memiliki riwayat
penyakit tertentu
II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Keluhan Utama : Mencret

Riwayat Keluhan Utama :

Tiga hari sebelum rumah sakit klien mengalami mencret-mencret, satu hari setelah

klien mengalami mencret klien diberikan obat Oralit, dua hari setelah itu orang tua klien

membawa ke RSUD Soreang pada tanggal 27-desember-2019 pukul 18:54 WIB.


Setelah itu klien mendapatkan penangan di IGD dipasang infus RL kemudian klien di

pindahkan ke ruangan Anyelir pada pukul 20:00 WIB klien ditempatkan di ruangan 2 bad

1.

Pada tanggal 28-desember-2019 pukul 08:00 WIB dilakukan pengkajian. Pada Saat

Pengkajian : klien mengeluh mencret lebih dari 3 kali dalam sehari, mencret berkurang

apabila klien dilakukan terapi cairan parenteral maupun oral,

B. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit tertentu seperti hipertensi,

diabetes, penyakit jandung, stroke dan alergi.

III. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian Frekuensi


1. BCG Usia saat lahir Teratur Demam 2 hari
2. DPT (I,II,III) 3 bulan Teratur Demam 2 hari
3. Polio (I,II,III,IV) 4 bulan Teratur Flu+ demam 2 hari
4. Campak 9 bulan Teratur Demam 2 hari
5. Hepatitis
IV. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : 22 kg

2. Tinggi badan : 108 cm.

3. Waktu tumbuh gigi ± 9 bulan gigi tanggal 3 SD Jumlah gigi 23 buah.

B. Perkembangan Tiap tahap

Usia anak saat

1. Berguling : 5 bulan

2. Duduk : 6 bulan

3. Merangkak : 6 bulan
4. Berdiri : 9 bulan

5. Berjalan : 1 tahun

6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 1,5 tahun

7. Bicara pertama kali 1 tahun dengan menyebutkan : Mamam Berpakaian

tanpa bantuan : 3 Tahun

V. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI : 0-1,4 bulan

Pemberian susu formula : 1.4 bulan mulai diberikan

1. Alasan pemberian : ASI sedikit

2. Jumlah pemberian : ± 5 botol tidak penuh sehari

3. Cara pemberian : menggunakan dot

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


0-6 bulan ASI 6 bulan
7-11 bulan ASI dan MPASI 5 bulan
ASI dan makanan pendamping ASI sampai 1,4 bulandan ditambah
1-9 tahun
lain(sayuran,nasi,lauk pauk) makanan kasar
VI. Riwayat Psikososial

¤ Anak tinggal bersama : Orang tua di : Rumah

¤ Lingkungan berada di : Pemukiman

¤ Rumah dekat dengan : Mini market , tempat bermain jauh

kamar klien : tidur dengan orang tuanya/kakaknya

¤ Rumah ada tangga : Ada

¤ Hubungan antar anggota keluarga : Baik, dari pihak saudara lain baik

¤ Pengasuh anak : Di asuh orang tua


VII. Riwayat Spiritual

¤ Support sistem dalam keluarga : Selalu berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan

anaknya

¤ Kegiatan keagamaan : Selalu di ajarkan ilmu agama,sholat, mengaji di rumah

VIII. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

- Ibu membawa anaknya ke RS karena : mencret lebih dari 3 hari

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Iya, sakit diare

- Perasaan orang tua saat ini : Cemas

- Orang tua selalu menemani ke RS : Selalu,

- Yang akan menjaga dengan anak : Ibu

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Hanya memahami bahwa dia sakit perut dan tidak enak makan, serta ketakutan dengan

lingkungan rumah sakit.

XI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

No ACTIVITY DAILY LEAVING SEBELUM SAKIT KETIKA SAKIT


1. NUTRISI
A. Makan
a. Jenis Nasi Bubur
b. Frekuensi 3x/hari 3x/hari
c. Porsi/jumlah kalori 1 porsi piring makan ½ porsi
habis
d. Makanan kesukaan Buah apel Buah Apel
e. Makanan pantangan Tidak Ada Pedas, Padat, dan Asam
f. Nafsu makan Baik Jelek
g. Cara makan sendiri/bantu Sendiri Di bantu orang tua
h. Kesulitan menelan/tdk Tidak Ada,mual dan muntah
MASALAH Tidak ada masalah Intake terbatas karena
mual dan muntah
B. Minum
a. Jenis Air putih,minuman Air putih
manis,jus,dll
b. Frekeunsi 6 gelas/hari 1,5 gelas/hari
c. Jumlah (cc) 1,6 liter 300 ml ditambah cairan
parenteral (RL 2200 CC)
atau 30 gtt/menit
d. Cara minum sendiri/bantu Sendiri Di bantu
MASALAH Tidak ada masalah Tidak ada masalah
dalam minum
sebelum sakit
2. ELIMINASI
A. Buang Air Besar (BAB)
a. Frekuensi I hari sekali Lebih dari 3 kali/hari
b. Waktu Pagi hari Setiap 2-3 jam sekali
c. Warna Kuning kecoklatan Kuning kadang ijo
d. Bau,darah, lendir Tidak ada Ada
e. Konsistensi Lembek Cair
f. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
g. konstipasi Tidak ada Tidak ada
h. Diare Tidak ada Ada
i. Kolostomi Tidak ada Tidak ada
j. Pengeluran sendiri/dibantu Sendiri Sendiri
k. Penggunaan pencahar Tidak Tidak
B. Buang Air Kecil (BAK)
a. Frekuensi ± 7 kali/hari ± 7 kali/hari
b. Jumlah urine output (cc) ±250 cc ± 300 cc
c. Warna Kuning jernih Kuning jernih
d. Ada tidaknya bau Tidak ada Tidak ada
e. Ada tidak darah/hematuria Tidak ada Tidak ada
f. Ada tidak kesulitan Tidak ada Tidak ada
g. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan kateter tidak Tidak
i. Cara pengeluaran sendiri Sendiri
(dibantu/sendiri)
MASALAH Tidak ada masalah Tidak ada masalah
dalam proses BAK
3. ISTIRAHAT & TIDUR
a. Waktu tidur sendiri 8 jam Tidur jam 8 malam
terbangun 3 jam sekali
karena harus BAB
b. Waktu tidur siang 2 jam 30 menit
c. Lamanya 10 jam Kurang dari 7 jam
d. Kebiasaan penghantar tidur Shalawatan Shalawatan+ di kompres
perutnya dengan botol
air hangat
e. Ada tidak masalah tidur Tidak ada Ada (nyeri perut)
f. Kebiasaan yg dilakukan saat Nonton TV Berbaring di kasur
istirahat
MASALAH Tidak ada masalah Kerusakan integritas kulit
dalam istirahat dan peri anal
tidurnya
4. A. Mandi
a. Frekeunsi 2x/hari 1x/hari
b. Penggunaan sabun/tidak Ya Tidak karena di seka
c. Cara melakukan (sendiri/) Sendiri Di bantu
B. Oral higiene
a. Frekeunsi 3x/hari 1x/hari (kadang tidak
sama sekali)
b. Waktu Pagi,sore,mau tidur Siang
c. Menggunakan sikat gigi Ya Ya, di bantu
d. Menggunakan pasta gigi Ya Ya
MASALAH Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5. AKTIFITAS DAN LATIHAN
A. Olah Raga
a. Jenis Jogging,berenang Tidak melakukan
b. Frekuensi 1 minggu sekali Tidak melakukan
B. Kegiatan di waktu luang Bermain Hanya bisa berbaring
C. Cara melakukan Sendiri Tidak melakukan
sendiri/dibantu
MASALAH Tidak ada masalah Tidak ada masalah

XII. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Lemas dan meringis

2. GCS : E : 4 M : 5 V : 5 = 14

3. Kesadaran : Composmentis

4. Tanda – tanda vital :

a. Tekanan darah : 100/70 mmHg

b. Denyut nadi : 82 x / menit

c. Suhu : 36,4 o C

d. Pernapasan : 21 x/ menit
5. Berat Badan : 22 kg

6. Tinggi Badan : 108 cm

7. Kepala

 Inspeksi

a) Keadaan rambut & Hygiene kepala : kurang bersih karena kulit kepala

berminyak

b) Warna rambut : Hitam

c) Penyebaran : Merata

d) Mudah rontok : Tidak

e) Kebersihan rambut : kurang bersih kulit kepala berminyak

 Palpasi

a) Benjolan : ada / tidak ada : Tidak ada

b) Nyeri tekan : ada / tidak ada : Tidak ada

c) Tekstur rambut : kasar/halus : Halus

8. Muka

 Inspeksi

a) Simetris / tidak : Simetris

b) Bentuk wajah : Oval

c) Gerakan abnormal: Tidak ada

d) Ekspresi wajah : Meringis

Palpasi

Nyeri tekan / tidak: Tidak ada

Mata
Inspeksi

a. Pelpebra: Tidak Edema

Tidak Radang

b. Sclera : Tidak Icterus

a. Conjungtiva : Tidak Radang

Conjungtiva Anemis

b. Pupil : - Isokor

- Myosis

- Refleks pupil terhadap cahaya : Mengecil ( menggunakan

pen light)

c. Posisi mata :

Simetris / tidak : Simetris

d. Gerakan bola mata : Mengikuti Perintah dengan mengikuti arah pensil di

gerakkan

e. Penutupan kelopak mata : Refleks kedip +

f. Keadaan bulu mata : Lentik

g. Keadaan visus : Normal ( dapat membaca tulisan )

h. Penglihatan : - Tidak Kabur

- Tidak Diplopia

Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak terkaji

i. Hidung & Sinus

Inspeksi
1. Posisi hidung : Sejajar dengan telinga

2. Bentuk hidung : Simetris

3. Follip ada/tidak : tidak ada

4. Fungsi penciuman : Baik,dapat mencium kayu putih

5. Keadaan septum : Tidak ada

6. Secret / cairan : Tidak ada

ii. Telinga

Inspeksi

1. Posisi telinga : Sejajar dengan hidung

2. Ukuran / bentuk telinga : Normal,simetris

3. Aurikel : Normal

4. Lubang telinga : normal, Ada serumen

5. Pemakaian alat bantu : Tidak ada

Palpasi

Nyeri tekan / tidak

Pemeriksaan uji pendengaran

a. Rinne : Normal ( dilakukan pemeriksaan dengan garputala diagian belakang

telinga)

b. Weber : Normal ( dilakukan pemeriksaan dengan garputala di bagian tengah

kepala)

c. Swabach : Normal

Pemeriksaan vestibuler : Tidak dilakukan

iii. Mulut
Inspeksi

1. Gigi

- Keadaan gigi : Baik, rapih

- Karang gigi / karies : Adanya karang gigi

- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada

2. Gusi

Merah / radang / tidak : Tidak radang

3. Lidah

Kotor / tidak : Kotor, berwarna putih

4. Bibir

- Cianosis / pucat / tidak : Pucat

- Basah / kering / pecah : Pecah-pecah

- Mulut berbau / tidak : Mulut berbau

- Kemampuan bicara : Baik, dapat menjawab pertanyaan

Data lain : Tidak ada

iv. Tenggorokan

1. Warna mukosa : Putih

2.Nyeri tekan : Tidak ada

3. Nyeri menelan : Tidak ada

v. Leher

Inspeksi

Kelenjar thyroid : Tidak Membesar

Palpasi
1. Kelenjar thyroid : Tidak Teraba

2. Kaku kuduk / tidak : Tidak

3. Kelenjar limfe : Tidak Membesar

vi. Thorax dan pernapasan

1. Bentuk dada : Normal, Tidak ada masalah

2. Irama pernafasan: Vesikuler

3. Pengembangan di waktu bernapas : normal 21x/mnt

4. Tipe pernapasan : Reguler

Palpasi

a. Vokal fremitus : normal getaran kanan/kiri sama

b. Massa / nyeri : Tidak ada

Auskultasi

a. Suara nafas : Vesikuler

b. Suara tambahan : Tidak ada wheezing, ronchi, grugling, cracles dan stridor.

Perkusi : Resonan

vii. Jantung

Palpasi

Ictus cordis : tidak terlihat

Perkusi

Pembesaran jantung : Tidak ada pembesaran

Auskultasi

1. BJ I : Lub

2. BJ II : Dub
3. BJ III : Tidak ada

4. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada

viii. Abdomen

Inspeksi

1. Distensi abdomen : Tidak distensi abdomen

2. Ada luka / tidak : Tidak

Palpasi

a. Hepar : Tidak ada pembesaran

b. Lien : Tidak ada pembesaran

c. Nyeri tekan : Ada nyeri tekan di abdomen kuadran kiri dan bawah

Auskultasi

Peristaltik : 20 x/mnt

Perkusi

a. Tympani : Tympani

b. Redup : Tidak ada

Data lain : Tidak ada

ix. Genitalia dan Anus: Bagian anus terasa nyeri dan kemerahan

x. Ekstremitas

Ekstremitas atas

1. Motorik

- Pergerakan kanan / kiri : 4, karena tangan kanan menggunakan

infus dan tangan kiri baik tidak ada masalah

- Pergerakan abnormal : Tidak ada


- Kekuatan otot kanan / kiri : 5, dapat melawan

- Tonus otot kanan / kiri : 5,tangan kanan dan kiri dapat memegang

sendok

- Koordinasi gerak : 5, bisa bergerak baik dengan

mengangkat ke atas tangan kanan dan kiri lagi mengepal

2. Refleks

- Biceps kanan / kiri : Baik

- Triceps kanan / kiri : Baik

3. Sensori

- Nyeri : Tidak ada

- Rangsang suhu : Terasa hangat

- Rasa raba : dapat merasakan genggaman

Ekstremitas bawah

a. Motorik

- Gaya berjalan : Baik/seimbang

- Kekuatan kanan / kiri : 5

- Tonus otot kanan / kiri : 5

b. Refleks

- KPR kanan / kiri : Tidak terkaji

- APR kanan / kiri : Tidak terkaji

- Babinsky kanan / kiri : +

c. Sensori
- Nyeri : Ada, dengan tes cubit

- Rangsang suhu : dapat merasakan air hangat

- Rasa raba : dapat merasakan kasar

xi. Status Neurologi.

Saraf – saraf cranial

1. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : dapat mencium kayu putih

2. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : dapat membaca tulisan

3. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)

- Konstriksi pupil : Isokor

- Gerakan kelopak mata : Refleks kedip +

- Pergerakan bola mata : Mengikuti perintah

- Pergerakan mata ke bawah & dalam : Baik, mengikuti dengan cahaya Pen

Light

4. Nervus V (Trigeminus)

- Sensibilitas / sensori : Baik

- Refleks dagu : Dapat membuka mulut

- Refleks cornea : Dapat mengedip

5. Nervus VII (Facialis)

- Gerakan mimik : Meringis

- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : Kurang baik

6. Nervus VIII (Acusticus)

Fungsi pendengaran : Baik

7. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)


- Refleks menelan : Baik

- Refleks muntah : Ada

- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakan : Kurang baik

- Suara : Terdengar/Tidak sesak

8. Nervus XI (Assesorius)

- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : Normal

- Mengangkat bahu : Bisa

9. Nervus XII (Hypoglossus)

- Deviasi lidah : Normal, dapat menjulurkan

Tanda – tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : Tidak ada

b. Kernig Sign : Tidak terkaji

c. Refleks Brudzinski : Tidak terkaji

d. Refleks Lasegu : Tidak terkaji

Data lain : Tidak ada

XIII. Data Penunjang

A. LABORATORIUM

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Nilai


rujukan
28-12- IMUNOSERELOGI
2019 Widal
 S Typi-O  1/40  Negatif  Negatif
 S. Paratyphi AO  Negatif  Negatif  Negatif
 S. Paratyphi BO  Negatif  Negatif  Negatif
 S. Paratyphi CO  Negatif  Negatif  Negatif
 S. Typhi- H  Negatif  Negatif  Negatif
 S. Paratyphi  1/40  Negatif  Negatif
AH  Negatif  Negatif  Negatif
 S. Parathyphi  negatif  negatif  Negatif
BH
 S. Parathyphi
CH
FESES
Tinja
rutin/Lengkap
Makrokskopis :  Kuning  kuning  negatif
 Warna  Lembek  liat/lembek
 Konsistensi  Positif  negatif
 Lendir
Mikroskopis :
 3-4/lpb
 Lekosit
 0-2/lpb  negatif
 Entrosit
 Negatif  negatif
 Amoeba
 Positif  negatif  negatif
 Bakteri
 negatif  negatif  negatif
 Telur cacing
 negatif  negatif

B. TERAPI DAN PENGOBATAN

Waktu Fungsi
No Nama Obat Dosis Cara
P S S M
1 L-BIO 2x1 08 20 O Membantu
mempercepat
penyembuhan
diare, dan
melindungi sistem
pencernaan
2 zinc 1x1 08 O Memperkuat
sistem kekebalan
tubuh
3 Cefotaxim 3x1 750mg 04 14 22 IV antibiotik
4 omeprazole 1x1 22 gram 08 IV antiemetik

DATA FOKUS

DIAGNOSA DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Kekurangan volume cairan  Keluarga klien  Klien nampak lemas
b/d kehilangan berlebihan mengatakan : klien  Porsi makan tersisa
melalui feses dan muntah mengalami mencret- banyak, habis ½ porsi
serta intake terbatas (mual) mencret sehari lebih dari 3  Waktu BAB 2-3 jam sekali
kali  Hasil laboratotium feses :
bakteri positif
 Peristaltik 20x/menit

Perubahan nutrisi kurang  Keluarga klien  Mukosa bibir pecah-


dari kebutuhan tubuh b. d mengatakan : setiap kali pecah ,pucat,mulut berbau
tidak adekuatnya intake dan diberi makan, klien selalu  TB: 108 cm
output mual dan muntah porsi BB : 22 kg
makan yang masuk ½ IMT : 18,9
porsi dari yang di sediakan
Kerusakan integritas kulit  Klien mengatakan sakit  Anus kemerahan
peri anal berhubungan pada bagian anusnya  Terdapat lesi
dengan frekuensi diare di  Skala nyeri 4 (1-10)
tandai dengan klien
meringis
Gangguan pola tidur tidak  Klien mengatakan sulit  Lemas
efektif berhubungan dengan tidur dan sering kali  Terlihat kelelahan
kurang kontrol tidur di terbangun karena ingin
tandai dengan sering BAB
abngun pada malam hari

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Makanan yang terkontaminasi Kekurangan volume
cairan
 Keluarga klien
mengatakan : klien
mengalami mencret-
mencret sehari lebih
dari 3 kali
 Keluarga klien
Toksik tak dapat diserap
mengatakan : setiap
kali diberi makan,
klien selalu mual dan
muntah

DO :
Peningkatan asam lambung
 Klien nampak lemas
 Waktu BAB 2-3 jam
sekali
 Peristaltik 20 x/mnt
 Hasil laboratotium
feses : bakteri positif
Distensi abdomen

Mual muntah
Nafsu makan menurun

Diare

Frekuensi BAB meningkat

Kehilangan cairan dan elektrolit


berlebih

Kekurangan volume cairan

2 DS : Malabsorbsi KH,Lemak,Protein Perubahan nutrisi


kurang dari
 Keluarga klien kebutuhan tubuh
mengatakan : setiap
kali diberi makan,
klien selalu mual dan
muntah porsi makan
yang masuk ½ porsi
dari yang di sediakan
Meningkatnya tekanan osmotik
DO :

 Mukosa bibir pecah-


pecah ,pucat,mulut
berbau Pergeseran air dan elektrolit ke usus
 TB: 108 cm
BB : 22 kg
 IMT : 18,9

Diare

Distensi abdomen

Mual dan muntah

Nafsu makan menurun

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
3 DS : Hyperperistaltik Kerusakan integritas
kulit peri anal
Klien mengatakan sakit
pada bagian anusnya

Obsorvsi cairan berkurang


DO :

 Anus kemerahan
 Terdapat lesi
Skala nyeri 4 (1-10)
Mencret lebih dari 3x/hari

Eliminisi alvi berlebih

Iritasi pada anus

Lesi pada anus (kemerahan)

Nyeri di sekitar anus

Kerusakan integritas kulit peri anal


4 DS Diare Gangguan pola tidur
tidak efektif
Klien mengatakan sulit
tidur dan sering kali
terbangun karena ingin
BAB

Frekuensi BAB meningkat


DO

 Lemas
 Terlihat kelelahan

Mengganggu pola istirahat

Terbangun pada malam hari

Tidur kurang dari 8 jam

Gangguan pola tidur tidak efektif


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta

intake terbatas (mual)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. D tidak adekuatnya intake dan output

3. Kerusakan integritas kulit peri analberhubungan dengan nyeri di tandai dengan klien

meringis

4. Gangguan pola tidur tidak efektif berhubungan dengan kurang kontrol tidur di tandai

dengan sering bangun pada malam hari

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.L DI RUANG ANYELIR DENGAN

NO NO.DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Kekurangan Setelah dilakukan  Mandiri
volume tindakan  Monitor tanda-
cairan b/d keperawatan tanda vital dalam  Memantau kondisi
kehilangan selama 2x24 jam batas normal tubuh dalam keadaan
berlebihan klien dapat : normal
melalui feses
dan muntah  Cairan
seimbang  Monitor status  Mengetahui tanda
serta intake
 Hidrasi baik hidrasi dan gejala dehidrasi
terbatas yang berat
(mual)  Status nutrisi : (kelembapan
pemenuhan membran mukosa,
makanan dan nasi
minuman adekuat,tekanan
darah ortostatik)

 Kriteria Hasil :
 TTV dalam  Observasi turgor
 Mengetahui turgor
batas normal kulit,ubun-
kulit yang baik
 Tidak ada ubun,dan mata
tanda-tanda secara rutin
dehidrasi
 Turgor kulit  Monitor bising
elastis,membra usus  Memantau kondisi
ne mukosa peristaltik usus dalam
basah batas normalkurang
Mata tidak dari 20 x/mnt
cowong,ubun-  Rehidrasi cairan
ubun besar mengmbalikan cairan
tidak cekung yang hilang
 Peristaltik usus  Memantau frekuensi
dalam batas dan konsistensi BAB
normal 15-30  Memantau agar
 Berikan minum
x/mnt kondisi kenaikan
sedikit tapi sering
 Konsistensi asam lambungnya
BAB menurun
liat/lembek dan
frekuensi 1 kali
dalam sehari  Ukur  Mempercepat
 Tidak diare/keluaran pemulihanbagi klien
mengalami BAB
diare  Ajarkan teknik
relaksasi

 Kolaborasi
 Kolaborasikan
pemberian obat
dengan dokter
sesuai advice yang
diberikan
2 Perubahan Setelah dilakukan  Mandiri
nutrisi tindakan selama 2x  Berikan makanan
kurang dari 24 jam klien dapat yang terpilih  Untuk memantau
kebutuhan (sudah di pemenuhan nutrisi
tubuh b. d  Status nutrisi : konsultasikan dan kebutuhannya
tidak pemenuhan dengan ahli gizi)  Memantau kebutuhan
adekuatnya makanan dan kalori perhari dan
 Monitor jumlah
intake dan cairan nutrisi yang
nutrisi dan
output  Status nutrisi : kandungan kalori dibutuhkan tubuhnya
pemenuhan  Memantau intake
nutrisi yang diberikan agar
 Kontrol berat tidak keluar
badan sepenuhnya dan
berapa banyak yg di
muntahkan
 Kriteria Hasil
 Monitor mual  Memantau cara
 Mampu makan dan makanan
mengidentifika muntah
yang diinginkan
si kebutuhan memperbaiki minat
nutrisi makannya
 Tidak ada  Memantau BB
tanda-tanda dengan setiap harinya
malnutrisi dilakukan
 Menunjukkan pemeriksaan
peningkatan  Memberikan
fungsi informasi kepada
pengecapan  Monitor interaksi
anak atau keluarga mengenai
 Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
penurunan orangtua selama
makan anaknya yg harus
berat badan diberikan
yang berarti

 Agar tetap
terpenuhinya
kebutuhan nutrisi
 Monitor adanya harian yang
penurunan berat didapatkan
badan

 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi

 Kolaborasi:
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menenukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan klien
3 Kerusakan Setelah dilakukan 6. Monitor suhu 6. Deteksi dini
integritas tindakan tubuh setiap 2 terjadinya
kulit peri keperawatan
jam perubahan
anal b.d selama 2 x 24 jam
frekuensi klien dapat abnormal fungsi
diare di merasakan tubuh ( adanya
tandai kenyamanan
infeksi)
dengan klien dengan kriteria
meringis hasil : 7. Meningkatkan
personal hygen
 Status 7. Ajarkan teknik
lingkungan
cuci tangan 6
nyaman
 Kualitastidur langkah
dan istirahat 8. Anjurkan
adekuat 8. Mencegah
keluarga untuk
 Status perkembangbiaka
kenyamanan menjaga
n bakteri dan
meningkat kebersihan
sterilisasi
 Support social alat makan
dan minum
9. Bersihakan
alat main dan
likungan yang
sering 9. Menajaga agar
terjangkau anak tidak
orang tua terkontaminasi
bakteri
lingkungan
10. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
10. Merangsang
pusat pengatur
panas di otak
4 Gangguan Setelah dilakukan  Memfasilitasi  Efek sholawat dapat
pola tidur tidndakan aktivitas yang merelaksasikan tubuh
tidak efektif keperawatan 1x24 akan dilakukan dan menciptakan
berhubungan jam, klien dapat sebelum tidur ketenangan untuk
dengan mengontrol tidur (sholawatan) beristirahat
kurang dengan kriteria  Lingkungan nyaman
kontrol tidur hasil : akan mengurangi
di tandai gangguan terhadap
dengan  Jumlah tidur  Ciptakan tidur
sering dalam batas lingkungan yang  MenyeSesuaikan
abngun pada norma 8 nyaman waktu makan dan
malam hari jam/hari minum agar tidak
 Perasaan segar terganggu pada
sesudah tidur  Monitor waktu waktu tidur
 Pasien terlihat makan dan minum  Terpantaunya
segar dengan waktu kebutuhan tidur
tidur klien,

 Monitor
kebutuhan tidur
klien setiap hari
dan jam

Jam dan IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal
28-12-2019  Observasi tanda-tanda vital : S :keluarga klien mmengatakan
- TD : 100/70 mmHg klien sering mencret, makan habis
08:30 ½ porsi, setiap kali makan selalu di
- S : 36,4 C
- N : 82 x/mnt muntahkan karena mual dan tidur
- RR : 21 x/mnt sering terganggu
DX:  Memonitor infusan O : klien nampak lemas, porsi
kekurangan  Memonitor status hidrasi makan tersisa banyak,
volume cairan  Memonitor keluaran BAB
b/d kehilangan  Observasi TTV
 Monitor mual muntah
berlebihan N : 110 x/mnt
melalui feses S : 37,4 C
dan muntah RR : 28 x/mnt
serta intake
terbatas (mual)
A : Masalah sebagian teratasi
14:00  Observasi tanda-tanda vital :
- N : 100 x/mnt P : Lanjutkan intervensi
- RR : 28 x/mnt
o Monitor BB
- S: 36 C
o Menjelaskan tentang
 Mengajarkan relaksasi
- Kompres botol air hangat di bagian kebutuhan nutrisi : diet
perut klien tinggi kalori tinggi
protein
 Monitor mual muntah
- Menanyakan frekuensi muntah :
setiap kali diberi makanan
setelahnya di muntahkan,
pemberian obat
 Observasi turgor kulit,ubun-
ubun,dan mata cekung
- Tes turgor kulit normalnya 2 detik
kulit kembali ke posisi semula

20:39  Observasi TTV


N : 110 x/mnt
S : 37,4 C
RR : 28 x/mnt
 Monitor mual muntah
Memberikan makanan selagi
hangat, untuk mengurangi mual
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori : melihat berapa
banyak porsi makan yang
habis/tersisa
29-12-20219  Observasi tanda-tanda vital:
- N= 80 x/mnt
08:30 - TD : 100/70 mmHg
- RR : 22 x/mnt
- S : 36,5 C
Memonitor adanya penurunan BB :

- IMT : 18,9
 Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi : diet tinggi
kalori tinggi protein
 Memberikan teknik relaksasi
dengan kompres air hangat di
bagian perut

14:30  Observasi Tanda-tanda vital :


- N : 82 x/mnt
S : keluarga Klien mengatakan
- TD : 110/70 mmHg
tidak sering mencret lagi, makan
- RR : 21 x/mnt
tersisa sedikit, tidur bisa nyenyak
- S : 36,5 C
dan tidak terganggu karena tidak
 Monitor Intake dan output
sering harus terbangun untuk BAB
 Observasi turgor kulit
 Memberikan penkes mengenai  O :- klien tidak meringis lagi,
menjaga kebersihan makanan, cuci sisa makan tidak banyak tersisa
tangan sebelum makan, dan teratur  Observasi Tanda-tanda vital :
makan - N : 82 x/mnt
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 21 x/mnt
- S : 36,5 C
- frekuensi BAB 2x/hari
- Makan 1 porsi tersisa
sedikit
- Minum sehari 800 ml
- output urine : ± 700 ml
- turgor kulit elastis
-anak mampu mempraktikkan
cara cuci tangan

A : Masalah teratasi

P : intervensi di hentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kasus ini pengkajian meliputi keluhan utama klien, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik dengan hasil dapat diketahui klien

mengalami mencret lebih dari 3 kali dalam sehari.

Dari hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien GEA ditemukan beberapa diagnose

yaitu ketidakseimbangan volume cairan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kerusakan integritaskulit

peri anal dan gangguan pola tidur. Setelah di berikan tidakan keperawatan dan kolaborasi

keluahan pasien berkurang dan pulang pada tanggal 30-desember-2019.

B. Saran

Penulis berharap laporan asuhan keperawatan Anak ini menjadi acuan bagi perkembangan

ilmu keperawatan khusunya keperawatan untuk dapat memberian asuhan keperawatan dengan

menggunakan referensi terbaru dari NANDA, NOC dan NIC.

Anda mungkin juga menyukai