PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare (Salwan, 2008). Dari
tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan
mortalitas dan malnutrisi pada anak.
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit
yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di
bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap
penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang
menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World
Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian
nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala
umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia
setiap tahunnya karena diare.
Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan
menyebutkan, pada tahun 2000 angka kematian rata-rata yang diakibatkan
gastroenteritis adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan angka tersebut
lebih tinggi pada anak-anak berusia di bawah lima tahun, yaitu 75 per 100.000
penduduk. Hasil survey pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian
gastroenteritis pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk
dan terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah lima
tahun (Diah, 2008).
Angka kejadian gastroenteritis di sebagian besar wilayah Indonesia
hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal
setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya (Piogama, 2008).
1
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, makanan, perubahan iklim,
kondisi lingkungan kotor dan kurang memperhatikan kebersihan makanan
merupakan faktor utamanya. penularan diare umumnya melalui 5F (finger,
food, fluid, flies dan feces).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada anak sakit
dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan
dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori gastroenteritis
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada anak dengan
gastroenteritis
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada anak gastroenteritis dengan
pendekatan Varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada anak dengan gastroenteritis
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada pada
anak dengan gastroenteritis
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada pada anak dengan
gastroenteritis
5) Merancang intervensi pada anak dengan gastroenteritis
6) Melakukan implementasi pada anak dengan gastroenteritis
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Klasifikasi Diare
Departemen Kesehatan RI (2006), mengklasifikasikan jenis diare
menjadi empat kelompok yaitu:
a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari).
b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas
hari secara terus menerus.
d. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,
gangguan gizi atau penyakit lainnya.
3. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines
2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
a. Bakteri :Shigella, Salmonella, E.Coli, Gol. Vibrio,
Bacillus cereus, Clostridiumperfringens, Campylobacter
aeromonas.
b. Virus :Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,
Astrovirus.
c. Parasit :Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura,
Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
(Simadibrata, 2006).
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi
dalam beberapa penyebab, yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing
4
(ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA) ocialcs/tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2)
tahun.
b. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
1) Faktor makanan
2) Faktor psikologis
4. Manifestasi Klinis
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan
elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga
meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
ocialc, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler
dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi ocialc, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat
adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
5
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena kehilangan
bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan
kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan
timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
Tabel 1.1
Penilaian Derajat Dehidrasi (MTBS, 2008)
6
perjalanan
3. Jika ada kolera didaerah
tersebut , beri antibiotic
untuk kolera
Terdapat dua atau lebih Diare dehidrasi ringan / 1. Beri cairan dan makanan
tanda-tanda berikut: sedang sesuai terapi B dan t lain
1. gelisah, rewel atau tablet zink
mudah marah 2. Jika anak juga mempunyai
2. Mata cekung klasifikasi berat lain :
3. Haus, minum dengan Rujuk segera dan bila masih
lahap bisa minum berikan minum
4. Cubitan kulit perut dan cairan oralit
kembali lambat 3. Nasehati kapan kembali
segera
4. Kunjungan ulang 5 hari jika
tidak ada perbaikan
Tidak cukup tanda-tanda Diare tanpa dehidrasi 1. Beri cairan dan makanan
untuk diklasifikasikan sesuai rencana terapi A dan
sebagai diare dehidrasi tablet Zinc
berat / ringan / sedang 2. Nasehati kapan kembali
segera
3. Kunjungan ulang 5 hari jika
tidak ada perbaikan
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula
7
c. Biarkan dan uji resisten
d. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan Ph dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah
e. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
f. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium
g. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasit (Alatas, 2005)
6. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
1) Penyediaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air tercemar (Depkes
RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-
benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih (Depkes RI, 2006).
2) Tempat Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak
balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi (Wibowo, 2003).
3) Status Gizi
Pada ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan
mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga
kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap
kelompok ocialc berkurang (Depkes RI, 2006).
8
4) Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
5) Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri
anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes
RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin
setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat
berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4
mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk
mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah
penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang
berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
b. Pencegahan Skunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan ocialc dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan
oleh banyak hal seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.
9
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia
untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghi langkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya
jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter.
Dokter akan menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab
diarenya ocial bakteri, parasit (Fahrial Syam, 2006).
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap
ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit
diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkon sumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga
dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan
kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada
anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik
juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan ocial dalam
berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman
sepermainan.
7. Pengobatan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada
balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
10
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS
DIARE yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
c. Berikan nutrisi yang adekuat
d. Antibiotik Selektif
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh, tentang: perawatan pada anak,
nutrisi, personal hygiene dan istirahat.
8. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005), komplikasi dari diare ada :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi ocial protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik)
11
1. PENGKAJIAN
a. DATA SUBJEKTIF
1) Identitas
Nama :
Umur :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2) Keluhan Utama
Demam, muntah, dan buang air besar ≤ 5 kali dalam sehari.
3) Riwayat Kesehatan Klien
a) Riwayat Kesehatan Klien
(1) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candila albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan dan ISPA (Nettina, 2003).
12
(2) Riwayat Kesehatan sekarang
Kapan klien mulai sakit, apa tanda dan gejala pada
saat klien sakit, tindakan apa yang dilakukan
keluarga untuk menangani kondisi klien saat
sedang sakit.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya penyakit diare dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak
sehat seperti kurangnya menjaga kebersihan diri.
Keadaan lingkungan rumah dan sekitarnya :
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih
dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada
beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare
merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang
tahun ( glance :2005)
5) Pola Fungsional Kesehatan
Pola Eliminasi Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB
< 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB
4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan / sedang),
atau BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat)
(Donna L. Wong 2004).
b. Data Obyektif
13
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Ekspresi Wajah : Lemas
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : > 37,50C
Diare akut karena infeksi dapat
disertai demam karena daya tahan
tubuh bayi lemah maka terjadi
infeksi yang menyebabkan suhu
tubuh pada bayi meningkat. (Juffrie,
2010).
Pernafasan :
Dispnea, pernafasan cepat > 40 kali permenit.(Juffrie, 2010).
Nadi : (> 120 x/menit)(Juffrie, 2010).
Antropometri :
TB : untuk mengetahuipertumbuhan klien
BB :berat badan berkurangakibat dehidrasi
(Juffrie, 2010).
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, distribusi rambut merata,
rambut rontok dan tidak tampak bersih
14
Mulut : Bibir tampak kering, lidah tampak
bersih
dan tremor
Leher :Tidak tampak pembesaran vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Dada : Tampak simetris dan tampak retraksi
dinding dada
Abdomen : Tampak simetris, tidak tampak asites
maupun tumor
Genetalia : Tidak tampak oedema dan pada daerah
anus tampak iritasi
Ekstermitas : Tampak simetris dan tidak tampak
oedema
Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Abdomen : Terdapat nyeri tekan
Auskultasi
Masalah:
15
3. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia dan perubahan elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase
f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi ocial protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik)
5. INTERVENSI
a. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
RASIONAL : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi
tubuh (adanya infeksi)
b. Berikan kompres hangat
RASIONAL : Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh.
c. Kolaborasi pemberian antipiretik
RASIONAL : Merangsang pusat pengatur panas diotak
d. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
RASIONAL : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan
kekeringan mukosa pemekataj urin.
e. Pantau intake dan output
RASIONAL : Dehidrassi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tidak adekuat untuk membersihkan sisa
metabolism
16
f. Timbang berat badan setiap hari
RASIONAL : Mendeteksi kehilangan cairan, penurunan 1 kg berat
badan sama dengan kehilangan cairan satu liter.
g. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kepada klien
RASIONAL : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
6. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
7. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
17
Waktu Pengkajian : 08.00 WITA
Tempat Pengkajian : Puskesmas Wonorejo
Nama Pengkaji : Kelompok 1
PENGKAJIAN
S.
1) Identitas
Nama : An. S
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : (-)
Pekerjaan :-
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan anak muntah, dan buang air besar >5 kali dalam
sehari dengan konsentrasi encer dan tidak disertai dengan darah.
18
5) Pola Fungsional Kesehatan
Pola Eliminasi Ibu mengatakan sejak hari ini anak BAB sudah
± 5-6 x sehari
O.
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Ekspresi Wajah : Lemas
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 °C
Pernafasan : 30 x/menit
Nadi : 100x/menit
Antropometri
TB : 58 cm
BB sebelum sakit : 12 kg
BB saat sakit : 10 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tampak bersih, distribusi rambut merata,
tampak bersih
19
Wajah :Tampak pucat dan tidak tampak oedema
A.
Diagnosis : An.S usia 2 tahun dengan gastroenteritis dehidrasi ringan
20
P.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatann suhu tubuh. Penyebabnya terjadi karena tiga faktor berikut:
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
22
Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis
dewasa pada pasien rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita
RSU Dr. Soetomo Surabaya.
23