Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


DIARE

OLEH KELOMPOK IX
01 DIYAS AYUNIYANTI (C2122006)

02 KOMANG INTAN SETYAWATI (C2122007)


NAMA ANGGOTA
NI MADE ARDANI (C2122008)
KELOMPOK IX 03

04 I DEWA GEDE OKA (C2122050)

NI MADE CITRA DWI UTAMI (C2122051)


05
NI WAYAN DEWI EKAWATI (C2122052)
06
KONSEP DASAR DIARE

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare didefinisikan sebagai suatu penyakit
yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih
dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Saputri, N.
et.al. 2019). Pada umumnya, diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah dan berada di fase oral sehingga balita sangat rentan terhadap
penyebaran bakteri penyebab diare (Endang, S 2015).
PENYEBAB DIARE

Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013) ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella, salmonella, golongan vib-rio,
E. Coli, clostridium perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus.
2. Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat
gandanya bakteri atau flata usus dan jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:
1. Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan mineral.
2. Kurang kalori protein.
3. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir
Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab dari diare dapat dibagi
dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan lain-lain,
dan infeksi parasite

b. Faktor malabsorbsi

1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) dan monosakarida (intoleransi
glukkosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi
laktosa.
2) Protein.
3) Lemak.
c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
d. Faktor psikologis
KLASIFIKASI
Menurut Ariani, A.P (2016) jenis diare dibagi menjadi :
a. Berdasarkan lama waktu diare

Diare akut, yaitu BAB dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek
1 atau cair dan datang secara mendadak, serta berlansung dalam waktu kurang dari 2
minggu.
Diare persisten, yaitu diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan berlanjut sampai
2 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat, diare persisten di
klasifikasikan sebagi berat.

Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu, yang memiliki
3 penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dalam tubuh
Menurut Widoyono (2011), Hospital Care for Children (2010) dan Hidayat (2005) Klasifikasi diare
dikelompokan menjadi :
Diare dehidrasi berat
1 Diare dehidrasi berat terdapat tanda seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa
minum atau malas minum dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥2 detik). BiaSanya terjadi
mencret secara terus menerus, lebih dari 10 kali disertai muntah, dan kehilangan cairan lebih dari
10% dari berat badan.
Diare dehidrasi sedang atau ringan
2 Diare dehidrasi sedang atau ringan terdapat tanda seperti rewel, gelisah, mata cekung, minum
dengan lahap juga haus dan cubitan kulit kembali lambat. Diare dengan dehidrasi ringan ditandai
dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi
kehilangan cairan 6-10% dari berat badan.
Diare tanpa dehidrasi
3 Pada diare tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, masih bisa bermain seperti biasanya dan
tidak rewel, dikarenakan kejadian diare yang tidak terlalu berat sehingga masih bisa makan dan
minum.
Diare disentri
4 Diare disentri adalah diare disentri darah. Sebagian besar episode disebabkan oleh shigella dan
hampir semuanya memrlukan pengobatan antibiotik. Selain itu, diare disentri dianggap diare akut
yang dapat menimbulkan dehidrasi gangguan pencernaan dan kekurangan zat gizi.
c. Berdasarkan jenis inflamasi
Penyebab umum termasuk malabsorpsi, penyakit radang usus, dan efek samping obat. (Nemeth, et al.,
2019). Diare juga diklasifikasikan berdasarkan inflamasi dan non inflamasi, sebagai berikut.
Faktor Non inflamasi Inflamasi
Etiologi Biasanya disebabkan oleh virus, akan tetapi bisa juga Bakteri yang umunya invasif atau penghasil
disebabkan oleh bakteri atau toksin
parasite

Patofisiologi Tidak menyebabkan kerusakan mukosa usus yang Biasanya mengganggu mukosa yang invasif dan menyebabkan
signifikan kerusakan jaringan

Temua klinis Mual, muntah: normotermia, kram perut, volume tinja Demam, sakit perut, tenesmus, volume tinja lebih kecil, tinja
yang lebih besar, feses berair dan tidak berdarah
berdarah

Temuan laboraturium Leukosit fekalis (-) Leukosit fekalis (+)


Pathogen penyebab Enterotoxigenic Salmonella (non-typhi species), shigella, campylobacter,
Escherichia coli, shiga toxin-producing E. coli, enteroinvasive E. coli,
clostridium perfringens, bacillus cereus, clostridium, difficile, entamoeba,histolytica,
staphylococcus aureus, rotavirus, norovirus, Yersinia
giardia, cryptosporidium, vibrio cholera

Lain-lain Penyakit umunya lebih ringan, kehilangan cairan yang Penyakit umunya lebih parah
parah masih bisa terjadi terutama pada pasien kurang
gizi
TANDA DAN GEJALA

Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng,


gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul BAB. Feses makin cair mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat seringnya
defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat
feses makin lama makin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya
asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah terjadi. Apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi.
Berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir
terlihat kering.
PATOFISIOLOGIS

Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air
dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
PATHWAY

ここにコンテンツを追加してください ここにコンテンツを追加してください ここにコンテンツを追加してください


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Anwar (2020) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan Tinja
3) Makroskopis dan mikroskopis
4) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest
5) Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
6) Pemeriksaan Darah
7) pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam
dan basa
8) Kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
9) Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation)

Untuk mengetahui jasad atau parasite secara kuantitatif dan kualitatif terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
PENATALAKSANAAN
Cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun yaitu:
a. Tatalaksana Diare Tanpa Dehidrasi: Rencana terapi A
Pencegahan dehidrasi:
• untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap kali anak BAB
• untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200 ml setiap anak BAB
Pemberian zinc:
• Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
• Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
b. Tatalaksana Diare dengan Dehidrasi Ringan/Sedang: Rencana terapi B
Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat sebelumnya (Catatan:
periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum larutan oralit atau keadaannya terlihat
memburuk)
c. Tatalaksana Diare dengan Dehidrasi Berat: Rencana terapi C:
- Mulai berikan cairan intravena segera
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0.9%. Larutan
glukosa 5% (dextrosa) tidak direkomendasikan .
PENATALAKSANAAN
Pertama, berikan 30 ml/kg dalam:
Selanjutnya, berikan 70 ml/kg dalam:
- Umur <12 bulan
1 jam
5 jam
- Umur >12 bulan
30 menit
2,5 jam
- Ulangi sekali lagi bila denyut nadi sangat lemah dan tidak teraba. Beri oralit 5mg/kgBB/jam bila anak sudah
dapat minum.
- Evaluasi derajat dehidrasi setelah 3 jam
Bila tidak ada fasilitas pemberian cairan intravena:
- Lakukan rehidrasi dengan oralit via oral/NGT 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam (total 120ml/kg)
- Evaluasi derajat dehidrasi setelah 1-2 jam, jika tidak membaik maka rujuk ke fasilitas yang memiliki pemberian
cairan intravena
Konsep Dasar Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit Pada Diare

Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan suatu kondisi dimana tubuh berisiko mengalami
perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan (Pranata, 2013). Menurut Pranata
(2013) banyak faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit. Berikut ini merupakan
hal-hal yang bisa mempengauhi keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu:
- Usia (Bayi, Anak, Dewasa)
- Ukuran tubuh
- Temperature lingkungan
- Gaya hidup (Diet, Stress, Olahraga)
Menurut Pranata (2013) berikut ini tatalaksana pergantian cairan pada pasien diare dan muntah: Pada
kondisi seperti ini, klien akan mengalami kehilangan, biasanya air, natrium, dan kalium serta ion yang
lainnya. Jika memungkinkan pergantian cairan dilakukan dengan cara oral. Tetapi, jika sudah tidak
memungkinkan pergantinan dilakukan secara intravena. Cairan infus yang bisa digunakan adalah NaCl,
larutan glukosa, dan kalium.
Asuhan Keperawatan pada Anak Diare Dengan Masalah Keperawatan Risiko
Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Pengkajian Keperawatan 2. Diagnosa Keperawatan
a. Identitas Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan kasus

b. Keluhan Utama Diare berdasarkan respon klien yang disesuaikan dengan SDKI, 2016
yaitu:
c. Riwayat penyakit
a. Diare
sekarang
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
d. Riwayat kesehatan
(D.0020)
e. Riwayat Nutrisi Penyebab : proses infeksi, malasorbsi, iritasi gastro
b. Hipovolemia
f. Pemeriksaan fisik
Defenisi : Penurunan volume cairan intravaskuler interstisial, dan/atau
g. Pemeriksaan diagnostik
intraselular. (D.0023)
h. Pemeriksaan Penunjang
Penyebab : kehilangan cairan aktif dapat terjadi karena kehilangan cairan
melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga dapat
menmbulkan syok hipovolemia (Tarwoto & Wartonah, 2015 ).
INTERVENSI
NO KEPERAWATAN
DIAGNOSA SLKI
Tujuan
SIKI

1. Diare berhubungan dengan proses infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen diare Observasi
(SDKI D.0020) Diharapkan : 1. Identifikasi penyebab diare
Tanda mayor SLKI : (mis, inflamasi gastrointestinal,
Subjektif : Eliminasi Fekal iritasi gastrointertinal, proses
Tidak tersedia Ekspetasi : Membaik infeksi, malabsorpsi, ansietas,
Dengan kriteria hasil stress, efek obat-obatan,
Objektif : 1. Konsistensi feses membaik pemberian botol susu)
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 2. Frekuensi defekasi membaik 2. Identifikasi riwayat pemberian
24 jam 3. Peristaltik usus membaik makanan.
2. Feses lembek atau cair 4. Monitor keamanan penyiapan makanan Terapeutik 3. Monitor warna,volume,
Tanda minor Subjektif : 5. Berikan asupan cairan oral (mis, larutan garam gula, frekuensi, dan konsistensi tinja
3. Urgency oralit, pedialyte, renalyte) 4. Monitor tanda dan gejala
4. Nyeri/kram abdomen 6. Berikan cairan intravena (mis, ringer asetat, ringer hypovolemia (mis, takikardia,
laktat), jika perlu nadi teraba lemah, tekanan
Objektif :
Edukasi darah turun, turgor kulit turun,
5. Frekuensi peristaltik meningkat 7. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara mukosa mulut kering, CRT
6. Bising usus hiperaktif bertahap melambat, BB menurun)
8. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI 5. Monitor iritasi dan ulserasi kulit
Kolaborasi di daerah perianal
9. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis, 6. Monitor jumlah pengeluaran
loperamide, defenoksilat) diare
10. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis, 7. Memastikan makanan yang
atapulgit, smektit, krolin-pektin)
disiapkan aman untuk pasien
diare Terapeutik
8. Untuk mengatasi diare
9. Untuk menggantikan cairan
tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein,
lemak, dan kalori
Observasi Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
dengan kehilangan cairan aktif keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
1. Untuk mengetahui (SDKI D.0023) Tanda mayor Diharapkan : 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis,
dehidrasi sehingga dapat Subjektif : Tidak tersedia SLKI : Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
dilakukan nya antisipasi Objektif : Keseimbangan Cairan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
1. Frekuensi nadi meningkat Ekspetasi : Meningkat turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
2. Nadi teraba lemah Dengan kriteria hasil volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus,
3. Tekanan darah meningkat 1. Denyut nadi radial membaik lemah)
4. Tekanan nadi menyempit 2. Tekanan arteri rata-rata membaik
5. Turgor kulit menurun Terapeutik
3. Membran mukosa membaik 2. Hitung kebutuhan cairan
6. Membran mukosa kering 4. Mata cekung membaik
7. Volume urin menurun 3. Berikan posisi modified trendelenburg
5. Turgor kulit membaik
8. Hematokrit meningkat 4. Berikan asupan cairan oral
6. Volume urin membaik Edukasi
Tanda minor 7. Hematokrit membaik
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Subjektif : 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
9. Merasa lemah
10. Mengeluh haus Kolaborasi
Objektif : 1. Kolaborasi pemberian cairan
11. Pengisian vena menurun IV isotonis (mis, NaCL, RL)
12. Status mental berubah
13. Suhu tubuh meningkat
14. Konsentrasi urin
meningkat
15. Berat badan turun tiba tiba
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Adapun implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) yaitu:
a. Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat.
b. Memonitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan.
c. Memonitor vital sign.
d. Memonitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian.
e. Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV, berikan cairan IV pada suhu ruangan.
f. Memonitor status nutrisi, motivasi masukan oral, motivasi keluarga untuk
1. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
2. Atur kemungkinan transfusi dan persiapan untuk transfuse membantu pasien makan, tawarkan snack (jus
buah, buah segar).
g. Memberikan penggantian nesogatrik sesuai output.
h. Melakukan kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
i. Mengatur kemungkinan transfusi dan persiapan untuk transfuse.
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda
gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016). Jenis- jenis Evaluasi dalam asuhankeperawatan antara lain :
a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif (hasil)

Rekapitulasi dan kesimpulan dariobservasi dan analisa status kesehatansesuai waktu pada tujuan. Focus evaluasi
hasil (sumatif) adalah perubahan perilakuatau status kesehatan klien pada akhirasuhan keperawatan Evaluasi
keperawatan terdiri dari :
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah di beri
tindakan keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif
A : Analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara objektif dan subjektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa
SUMBER REFRENSI
Agustina, Novita, “Diare, Tanda Gejala dan Cara mengatasinya” www.yankes.kemkes.go.id. Diakses pada Kamis, 01
Desember 2022. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/737/diare-tanda-gejala-dan-cara-mengatasinya
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
PPNI, (2018) Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
Pranata, Pawan., 2022. Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Cairan pada pasien Diare di Rumah Sakit
Bayangkara Kota Bengkulu. Onlinediunduhdari http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/id/eprint/1617
Sariani, N.L.P., 2019. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare. Online diuduh dari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat
Indonesia
WHO. (2019). Diarrhoeal disease. World Health Organization. https://www.who.int/news- room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-
disease
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai