Anda di halaman 1dari 10

2.

2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : (Untuk membedakan bayi yang satu dengan
bayi yang lainnya)

Umur/Tanggal lahir : Ikterus sering di jumpai pada bayi dalam


satu minggu pertama kehidupannya
terutama pada hari kedua dan ketiga.
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010)

(Untuk mengetahui hari keberapa dilakukan


pengkajian/asuhan dan kapan bayi tersebut
lahir).

Jenis kelamin : Faktor risiko terjadi hiperbilirubin berat


pada ras asia timur ialah jenis kelamin
laki-laki (Depkes RI, 2001)
( Untuk mengetahui jenis kelamin)
Tanggal MRS : (Untuk mengetahui kapan bayi tersebut
masuk rumah sakit)
Diagnosa medis : (Untuk mengetahui jenis penyakit sehingga
dapat dilakukan tindak lanjutnya)
b. Identitas orang tua
Nama ayah : (Untuk identifikasi bayi/pasien)
Nama ibu : (Untuk identifikasi bayi/pasien)
Usia ayah / ibu : (Untuk identifikasi bayi/pasien)
Pendidikan ayah / ibu : (Status sosial ekonomi dan pendapatan)
Pekerjaan ayah / ibu : (Untuk mengetahui jenis pekerjaan)
Agama : (Menentukan jenis pendekatan spiritual)
Suku / bangsa : (Untuk mengetahui adat istiadat dan
kebiasaan)
Alamat : (Mengetahui keadaan dan lingkungan tempat
tinggal dan untuk identifikasi)

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat kesehatan sekarang
 Keluhan utama
Pada kasus ikterik keluhan utama adalah Kulit tampak berwarna
kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin indirek),
konjungtiva tampak pucat, terdapat petike di bagian ekstermitas
atas (tangan), berat badan menurun, bayi kurang reflex terhadap
rangsangan/reflex sooking, nafas cepat. (Vivian Nanny Lia Dewi,
2010)

 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi


(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang kronologis,
terinci dan jelas pada dokumentasi SOAP mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa
berobat).

b. Riwayat kesehatan yang lalu


 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Riwayat antenatal : .      Produksi yang berlebihan, misalnya pada
pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada oncompatibilitas
(ketidaksamaan) darah bayi dengan ibunya (Ngastiyah,2008).
- Riwayat intranatal : Bayi yang lahir prematuritas / BBLR (< 38
minggu), Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi-aksidosis dan
hipoglikemia mengalami Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan
(ikterus nonfisiologis). (Ngastiyah, 2008).

- Riwayat postnatal : Salah satu faktor risiko untuk timbulnya ikterus


neonatorum yaitu kurangnya asupan ASI. (Salman, 2006).

- Riwayat imunisasi :

- Riwayat alergi :

- Riwayat penyakit yang pernah di derita : Fungsi hepar yang belum


sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T
dan ligand dalam protein belum adekuat) à penurunan ambilan
bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi (Salman,2006).

- Riwayat operasi/pembedahan : Janin yang mengalami ikterik biasanya


terjadi aspeksia sehingga dilakukan vakum untuk mengeluarkan janin
dengan cepat ( Salman, 2006).
- Riwayat tumbuh kembang :
- Riwayat pertumbuhan : Pada kasus ikterik pada anak, berat badan
turun dengan sangat cepat ( Vivian Nanny Lia Dewi, 2010).
- Riwayat perkembangan : Bayi tidak mau menghisap, Letargi, mata
berputar-putar serta gerakan tidak menentu (involuntary movements).
(Ngastiyah, 2008).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular :

b. Riwayat penyakit menurun :

c. Riwayat penyakit menahun : Ibu yang memiliki Komplikasi kehamilan


(DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) mengakibatkan kadar bilirubin yang
tinggi (Salman, 2006)
4. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan


Pola Nutrisi Kurangnya asupan Asi menyebabkan kadar
biliribun yang tinggi (Ngastiyah, 2008)
Pola Eliminasi Bayi yang mengalami penyakit ikterus
mengakibatkan pengeluaran feses dempul disertai
urin warna coklat. (Salman, 2006).
Pola Istirahat
Pola Personal Hygiene
Pola Aktivitas

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga ( Genogram )

b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar

c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Banyak


masyarakat sekitar menganaggap bayi yang baru lahir tidak boleh
dibawa keluar rumah sehingga bayi tidak pernah terkena cahaya
matahari hal tersebut mengakibatkan tingginya resiko peningkatan
kadar bilirubin dan berpotensi menyebabkan penyakit ikterus pada
bayi. (Depkes RI, 2001).
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital
- Tekanan darah :
- Nadi : Nadi sangat lambat saat bayi lahir dengan asfiksia
(Ngastiyah, 2008)
- Pernafasan : Penyakit ikterik menyebabkan bayi asfiksia
(Ngastiyah,2008)
- Suhu : Untuk mengetahui tinggi suhu tubuh bayi disertai
adanya komplikasi penyebab.
Antropometri
- Tinggi badan : Mengetahui apakah bayi tersebut mengalami
pertumbuhan dalam batas normal.
- Berat badan : sebelum sakit :
saat ini : Berat badan bayi turun drastis
karena kadar bilirubin menurun (Ngastiyah, 2008).
- LILA : Dampak dari berat badan yang menurun pada bayi
yang menderita ikterik berpengaruh pula pada lilanya yang semakin
kurang dalam batas normal. (Ngastiyah, 2008).
- Lingkar kepala : Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada otak
bayi.
- Lingkar dada : Mengetahui apakah bayi tersebut tummbuh dalam batas
normal pada bagian dada.
- Lingkar perut : Untuk mengetahui keadaan status gizi pada bayi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.

Inspeksi :

Kulit : Tampak berwarna kuning hingga berubah menjadi


jingga serta Petekiae (bintik merah di kulit). (Ngastiyah, 2008).

Kepala : .      Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari


normal). (Depkes RI, 2001).
Wajah :
Mata : Pada kasus ikterik konjungtiva bayi tampak berwarna
pucat (Salman, 2006).
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstermitas : Pada kasus Ikterik sering terjadi kejang tonus otot
(Salman, 2006).
Palpasi :
Kulit :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher : Pada bayi yang ikterik terasa otot leher yang kaku
(Salman, 2006).
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstermitas :

Auskultasi :

Perkusi : Perkusi abdomen untuk menentukan asites pada anak


yang dapat disebabkann oleh penyakit hati kronik (Matondang, dkk.
2009).

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada neonatus, pemeriksaan rfleks yang dilakukan antar lain :
Refleks moro :
Refleks tonic neck :
Refleks rooting :
Refleks sucking : Kurangnya minat untuk melakukan reflex
menghisap gejala pada bayi dengan ikterus (Salman, 2006).
Refleks graps (plantar & palmar grasp)
Refleks babynski :

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :

Pemeriksaan USG :

Pemeriksaan diagnostik lainnya :


- Fototerapi, dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin
patologis dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam
kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto (Vivian Nanny
Lia Dewi, 2010).

- Terapi obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan
bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi
direct. Selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati (Vivian
Nanny Lia Dewi, 2010).
- Memberi substrat yang kurang untuk transportasi /konjugasi
Misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat
keluarnya bilirubindari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga
bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010).

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : NA/NP, SMK, Usia 3 hari dengan hiperbilirubinemia
Masalah : Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang
diderita anak.
Kebutuhhan : Pemberian KIE/ Pendidikan Kesehatan
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
didefinisikan. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/massalah potensial tersebut tidak terjadi.
 Diagnosa Potensial :
1. Peningkatan adar bilirubin faktor fisiologis/patologis terjadinya
kern ikterus
2. Hipetermi akibat pemberian fototerapi
3. Ganguan keseimbangan cairan akibat pemberian fototerapi

 Masalah Potensial
Potensial timbul masalh ekonomi bagi orang tua yang tidak mampu
karena bayinya dengan ikterus memerlukan perawatan yang lama dan
intensif.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara
mandiri, atau bersifat rujukan.
Pada kasus ikterik disertai kotoran (tinja) warna dempul, berdasarkan
Buku Acuan Nasional “Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”
harus segera dirujuk.

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah didentifikasi.
Setelah kolaborasi dengan dokter, hasil kolaborasi adalah memberikan
atau melakukan terapi sinar atau melakukan dekomposisi bilirubin
dengan fototerapi.
Rasional : Pemberian terapi sinar (fototerapi) diberikan kepada neonatus
pada jumlah serum bilirubin tertentu sesuai panduan penatalaksanaan
hiperbilirubinemia menurut American Academy of Pediatrics (Damanik,
2008).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efesien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

Anda mungkin juga menyukai