Anda di halaman 1dari 25

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Tutorial Kasus

HERPES GENITALIS

oleh:
MEYLIANA PRIMAVITA
AULIYAA RAHMAH
VICTOR JULIUS

Pembimbing:
dr. Agnes Kartini, Sp. KK

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Laboratorium Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa

vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis
terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua
macam tipe HSV yaitu :HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes
genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat
menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai
mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital. 1-4
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis
sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus.
Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli,
seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain
sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang
berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami
masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi
virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes
simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau
cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.
3-6

Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada karakteristik


demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang pernah diteliti dan
teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk mendiagnosa. Studi
seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara prevalensi antibodi dan
infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang mendapat infeksi
subklinik.6,7

II.

Tujuan
Tutorial kasus ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai herpes

genitalis,

serta

meningkatkan

kemampuan

dalam

menganalisa

data

dan

permasalahan yang ditemukan pada kasus tersebut.

BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Inisial
Umur
Jenis Kelamin
Status
Pekerjaan
Alamat

: Ny AR
: 25 tahun
: Perempuan
: Menikah
: IRT
: Belimbing 5 RT 08 No.28

Anamnesis:
Keluhan Utama :
Nyeri pada alat kelamin bagian luar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan rasa nyeri dan panas pada alat kelamin bagian luar yang
dirasakan sejak 3 hari smrs. Keluhan tersebut disertai dengan adanya luka seperti
sariawan pada alat kelaminnya. Awalnya sariawan tersebut berupa bintik-bintik kecil
yang kemudian bertambah banyak, terasa perih, panas, dan nyeri bila ditekan.
Keluhan lain berupa demam, nafsu makan menurun, cepat lelah, nyeri saat
berkemih, dan keputihan disangkal oleh pasien. Riwayat berhubungan kelamin
terakhir dilakukan oleh pasien dengan suami seminggu SMRS. Suami pasien
diketahui bekerja sebagai kontraktor di luar kota, jarang berada di rumah, kadangkadang seminggu sekali bertemu dengan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa, termasuk suami
pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata:
Keadaan Umum

: Tampak sehat

Kesadaran

: Compos mentis
4

Tanda Vital

:
Nadi

: 82 kali/menit

RR

: 18 kali/menit

Tekanan Darah: 120/70 mmHg


T0

: 36,20C

Kepala/Leher, thorax, abdomen, dan ekstremitas : dalam batas normal


Pembesaran KGB

: -

Status Venereologis:
Lokalisasi:
Labia minora, vulva
Effloresensi:
Tampak multipel ulkus, dengan dasar putih, perifer lesi eritematous, batas tegas,
diskret
Diagnosis
Hepes Simpleks Genitalis
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.

Herpes Simpleks Genitalis


Ulkus Durum
Ulkus Mole
Limfogranuloma Venereum

Penatalaksanaan
Farmakologis
Acyclovir 500 mg 3 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab (prn nyeri)
Imboost Force 2 x 1 tab
Gentamicin zalf
Edukasi
1. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai sifat infeksi yang
dialami dapat menular
2. Menghindari faktor pencetus kekambuhan herpes
5

3. Menjaga daya tahan tubuh


4. Tidak berganti-ganti pasangan
Prognosis
Vitam
Fungsionam
Sanasionam
Cosmeticam

: Bonam
: Bonam
: Bonam
: Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes
Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritema dan bersifat rekurens.1

EPIDEMIOLOGI HERPES GENITALIS


Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktorfaktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan
pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi
terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2
prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia
dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa
meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan
kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5 %
pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita
Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA.5-7
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-an.
Di inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam
kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang dilakukan oleh
pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat
sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun
1995 per 100.000 pasien yang berkunjung.7
Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan
oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya
rekurensi pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari
jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya. Studi pada
tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan
oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1
menyebabkan kelainan di atas pinggang dan VHS-2 menyebabkan kelainan di
bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumlah signifikan genital herpes 30-40%
disebabkan HSV-1. 4,8,9
HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena
meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena
VHS-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang

pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes genitalis merupakan PMS (Penyakit
Menular Seksual) dengan gejala ulkus genital yang paling sering dijumpai.4,8,9
ETIOLOGI HERPES GENITALIS
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang
merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :

Herpes simplex virus tipe I: pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada

sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.

Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital dan

sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).


Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga
termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang
menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan
kelainan yang sama.1,4,5
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui
vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga
menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki
cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau
anal seks.7,9
PATOGENESIS HERPES GENITALIS
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup
virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi
manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat
sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae.5,7
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara
efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host
ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan
penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron,

dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali
berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat
permukaan mukosa.5,7
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet
pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2
biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes,
terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta
menimbulkan kelainan pada kulit. 5,7
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat
mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.
Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional
dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan
infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan
infeksi laten di ganglion sakral.5,7
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan
mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren.
Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang
timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. 5,7
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres
fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan
dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir
selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital.
1,3,4,5,9

Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini
bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari
kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi.
Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan
keradangan.1,3,4,9

GEJALA KLINIK HERPES GENITALIS


Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom
dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom
khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar
15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat
berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
6,15

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di
daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong
atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.6,15
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah
orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun
gejalanya sebagai berikut:1,4,6,12
Nyeri dan disuria
Uretral dan vaginal discharge
Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda (sign) :
Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung
pada tingkat infeksi.
Limfadenopati inguinal
Faringitis
Cervisitis
Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk
hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan
biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala.
10

Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah


diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan
berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang
tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis
lebih jarang terlihat.1
Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada
faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga
terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik
sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. 1
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan
pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus
sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif
dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel
saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke
kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya
outbreaks.1,4,12
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis gejaia klinis herpes
progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas
dari pejamu. Stadium penyakit meliputi infeksi primer, stadium laten, replikasi virus,
dan stadium rekuren. 1,4,12
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status
imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum
punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi
lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.3,5
Berbagai macam manifestasi klinis:5,7
1. Infeksi oro-fasial
2. Infeksi genital
3. Infeksi kulit lainnya

11

4. Infeksi okular
5. Kelainan neurologist
6. Penurunan imunitas
7. Herpes neonatal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM HERPES GENITALIS
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai
dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak.
Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan
laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.1,4
A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan
inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang
merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk
vesikel.1
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:1
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih
merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal
infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal
(vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau
krusta. 1,4
Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari
keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan
imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses
sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat
dalam waktu 24-48 jam.1,4

12

DIAGNOSIS HERPES GENITALIS


Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok
dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan
HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika
gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium. 1,11,12
Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun
hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan
menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang
dicurigai sebagai herpes.1,11,12
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang
lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain,
termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui
mikroskop elektron atau kultur jaringan. 1,11,12
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia,
retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes
genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester
pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua
kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan
keratokonjungtivitis. 1,11,12
Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala
lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan
mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer.
Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi
infeksi rekuren terlokalisir pada genital.1,4,7,14
DIAGNOSA BANDING HERPES GENITALIS 1,5,11
Ulkus durum : ulkus indolen dan teraba indurasi
Ulkus mole : ulkus kotor, merah dan nyeri

13

Sifilis : ulkus lebih besar, bersih dan ada indurasi


Balanopostitis : biasanya disertai tanda-tanda radang yang jelas
Skabies : rasa gatal lebih berat, kebanyakan pada anak-anak
Limfogranuloma venereum : ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan KGB
KOMPLIKASI HERPES GENITALIS
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang
serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak
bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah
dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi
herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan
oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat
menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.3,10,12
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang
lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau
mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian
serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai
angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau
kelainan pada mata.3,10,12
PENATALAKSANAAN HERPES GENITALIS
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti menjaga kebersihan
local dan menghindari trauma atau faktor pencetus. Penggunaan idoxuridine
mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl
sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek
samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat
juga terjadi.11.14

14

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda
akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada
partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:12
Asiklovir (Zovirus)
Famsiklovir
Valasiklovir (Valtres)
Asiklovir
Asiklovir adalah analog nukleosida purin asiklik yang aktif terhadap virus
Herpes simplex, Varicella zoster, Epstein-Barr dan Cytomegalovirus. Di dalam sel,
asiklovir mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif

trifosfat yang bekerja

menghambat virus herpes simplex DNA polymerase dan replikasi DNA virus,
sehingga mencegah sintesa DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel yang normal.
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5
hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5%
dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta
mempercepat penyembuhan.4,5
Asiklovir memerlukan tiga kali fosforilasi sebelum aktif. Pertama, disfosforilasi
menjadi senyawaan monofosfat oleh kinase timidin yang spesifik untuk virus,
kemudian diubah menjadi senyawaan di- dan trifosfat oleh enzim kinase yang
berasal dari sel hospes. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA melalui dua
mekanisme, menghambat deoxyGTP secara kompetitif untuk selanjutnya bereaksi
lebih lanjut oleh polymerase DNA, dengan cara mengikat diri pada cetakan DNA
membentuk kompleks yang tidak mudah lepas, dan memutus pembentukan rantai
DNA virus. 18
Resistensi terhadap asiklovir dapat muncul pada HSV dan VZV melalui
perubahan kinase thymidine atau polymerase DNA. Kebanyakan isolat klinis
resisten berdasarkan kekurangan aktivitas kinase thymidine, sehingga isolat ini juga
resisten terhadap valasiklovir, famsiklovir, dan gansiklovir. Obat lain seperti

15

foscarnet, cidovir, dan trifluridine tidak memerlukan kinase thymidine virus,


sehingga tetap aktif terhadap virus yang sudah resisten terhadap asiklovir. 18
Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap
berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas
asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan
kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg
telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes
genitalis episode awal.4,5,9
Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat
replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan
timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi
resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang
daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali
sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir.
Obat ini di metabolisme dengan baik.4,5
Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya
tertekan. Pada penelitian in vitro yang dilakukan Plotkin (1972), Amstey dan
Metcalf (1975), serta penelitian in vivo oleh Friedrich dan Matsukawa (1975),
povidone iodine terbukti merupakan agen efektif melawan virus tersebut. Friedrich
dan Matsukawa juga mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone
iodine dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital.15
Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit/ CDC (Center For Disease Control
and Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk
orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.16
Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria
bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah.
Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.3,10

16

Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan
menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes
genital yang subklinis, namun hingga studi tersebut selesai, tak ada rekomendasi
yang dapat diberikan.7
PENCEGAHAN HERPES GENITALIS
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom
dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada
daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang
berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di
samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan
dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.4,12
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu 1
Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis
dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up
dengan tepat.
Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan
dalam pencegahan.
PROGNOSIS HERPES GENITALIS
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya
penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat
dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti
pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes
genitalis.1,3,4
17

BAB IV
PEMBAHASAN
Sesuai teori Herpes Simpleks dibagi menjadi dua tipe, yaitu HSV-1 dan
HSV-2. HSV-1 lebih cenderung berhubungan dengan kelainan oral, sedangkan HSV2 berhubungan dengan kelainn genital (Herpes Genitalis). HSV-2 lebih banyak
diderita oleh perempuan, tetapi rekurensinya lebih sering terjadi pada pria walaupun

18

gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan penderita perempuan. Hal ini sesuai
dengan laporan kasus ini, pasien berjenis kelamin perempuan dan telah menikah,
datang dengan keluhan luka seperti sariawan di alat kelamin pasien.1-9
Infeksi awal dari HSV umumnya asimptomatik. Gejala dari herpes baru
muncul dalam satu hingga dua minggu setelah terinfeksi dan dapat saja berlangsung
untuk beberapa minggu. Gejalanya berupa disuria, uretral dan vaginal discharge,
gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, dan sakit kepala), limfadenopati yang
nyeri pada daerah inguinal, dan nyeri pada rectum. 1,4,5,6, 7,12,15
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan eritem, vesikel, pustul, ulserasi
multipel, erosi, lesi dengan krusta (tergantung pada tingkat infeksi), limfadenopati
inguinal, faringitis, dan cervisitis. Hal ini sesuai dengan yang dialami pasien, pasien
mulai merasakan timbulnya keluhan berupa luka seperti sariawan di alat kelamin,
yang nyeri, perih, dan panas sejak 4 hari setelah terakhir berhubungan badan dengan
suami. Tetapi pasien tidak memiliki keluhan disuria, vaginal discharge, malaise,
demam, mialgia dan lainnya. Pada pemeriksaan venerologis, di regio labia mayor
dan vulva didapatkan gambaran ulkus dangkal multipel, dengan dasar putih, perifer
lesi eritematous, batas tegas, dan tersusun diskret. Tidak terdapat limfadenopati
inguinal.
Pemeriksaan penunjang pada pasien herpes simpleks yang paling sederhana
adalah Tes Tzank. Selain tes Tzank tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan
histopatologis, serologis (ELISA dan Tes POCK), dan kultur virus. Pada pasien ini,
tidak dilakukan pemeriksaan penunjang sama sekali, diagnosa ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sesuai dengan literatur, secara klinis herpes
simpleks ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas
dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium. 1,11,12,15
Diagnosa banding dari herpes genitalis adalah ulkus mole, sifilis, dan
limfogranuloma venereum. Ulkus mole adalah penyakit infeksi genital akut,

19

lokalisata, disebabkan oleh kuman Streptobacillus ducreyi (Haemophilus ducreyi).


Gejala khas berupa ulkus nekrotik, nyeri di tempat inokulasi dan sering disertai
dengan supurasi KGB regional. Pada wanita biasa ditemukan di labium mayus,
vulva, klitoris, uretra dan servik. Lesi dapat ditemukan ekstra genital, terutama di
bibir, tangan, kelopak mata, dada & lidah. Lesi awal di daerah inokulasi diawali
dengan papul, kemudian menjadi vesiko-pustul, lesi ini dalam beberapa jam akan
pecah dan menjadi ulkus. Efflorosensi yang ditemukan dapat berupa ulkus dengan
bentuk bulat / lonjong, kecil, multiple, dikelilingi halo eritematosa & edematous,
berbentuk seperti cawan, tepi ulkus tidak teratur / tidak rata, dasar ulkus - jaringan
granulasi - mudah berdarah, isi sekret keruh, tertutup sekret kotor berwarna kuning,
jaringan nekrotik. Pada perabaan ulkus - lunak, tanpa indurasi, mudah berdarah &
terasa nyeri. 1,5,11
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum;
sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir
semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan
dapat ditularkan dari ibu ke janin. Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum
yang mempunyai sifat khusus, antara lain tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba
keras (indurasi) dan berukuran lebih besar, dasar ulkus bersih dan bewarna merah
seperti plak, dan soliter (biasanya hanya 1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki
biasanya terdapat pada preputium, ulkus koronarius, batang penis dan skrotum. Pada
wanita di labium mayora dan minora, klitoris dan serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra
genital misalnya pada anus, rektum, bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara.

1,5,11

Limfogranuloma venereum : ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan


KGB inguinal. Efek primer tidak spesifik, cepat menghilang/sembuh sendiri,.
Beberapa kelenjar yang membengkak melekat menjadi satu. 1,5,11
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang
serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak
bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah
dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi
herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan

20

oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat
menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.3,10,12
\

Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, belum

terdapat adanya komplikasi dari infeksi herpes genitalis. Ditinjau dari pasien yang
baru mengalami keluhan serupa pertama kalinya, pasien mengalami herpes genitalis
yang primer yang nantinya bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi
dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren.
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti menjaga kebersihan
lokal dan menghindari trauma atau faktor pencetus. Meskipun tidak ada obat herpes
genital, dokter biasanya akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala
dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes
genital adalah Asiklovir (Zovirus), Famsiklovir, atau Valasiklovir (Valtrex). Dosis
asiklovir yang digunakan adalah intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5%
dalam salf propilen glikol). 4,5,11,12,14
Pada pasien diberikan penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis.
Farmakologis diberikan Valacyclovir 500 mg 3 x 1 tab, Asam mefenamat 3 x 1 tab
(prn nyeri), Imboost Force 2 x 1 tab, dan Gentamicin zalf. Selain farmakologis,
diberikan edukasi mengenai penyakit, pencetus, dan cara pencegahannya. Hal itu
kurang sesuai dengan teori yang disebutkan di atas, dosis Valacyclovir yang harus
diberikan adalah 2 x 500 mg selama 10-14 hari, dan obat topical yang harusnya
diberikan adalah Acyclovir 5%. Imboost Force diberikan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh, dan asam mefenamat untuk mengatasi nyeri. 4,5
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir
lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Asiklovir adalah analog nukleosida purin
asiklik yang aktif terhadap virus Herpes simplex, Varicella zoster, Epstein-Barr dan
Cytomegalovirus. Di dalam sel, asiklovir mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif

21

trifosfat yang bekerja menghambat virus herpes simplex DNA polymerase dan
replikasi DNA virus, sehingga mencegah sintesa DNA virus tanpa mempengaruhi
proses sel yang normal. Pada infeksi HVS genitalis primer, dosis asiklovir intravena
(5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14
hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi
lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.4,5
Asiklovir memerlukan tiga kali fosforilasi sebelum aktif. Pertama,
disfosforilasi menjadi senyawaan monofosfat oleh kinase timidin yang spesifik
untuk virus, kemudian diubah menjadi senyawaan di- dan trifosfat oleh enzim kinase
yang berasal dari sel hospes. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA melalui
dua mekanisme, menghambat deoxyGTP secara kompetitif untuk selanjutnya
bereaksi lebih lanjut oleh polymerase DNA, dengan cara mengikat diri pada cetakan
DNA membentuk kompleks yang tidak mudah lepas, dan memutus pembentukan
rantai DNA virus. 18
Resistensi terhadap asiklovir dapat muncul pada HSV dan VZV melalui
perubahan kinase thymidine atau polymerase DNA. Kebanyakan isolat klinis
resisten berdasarkan kekurangan aktivitas kinase thymidine, sehingga isolat ini juga
resisten terhadap valasiklovir, famsiklovir, dan gansiklovir. Obat lain seperti
foscarnet, cidovir, dan trifluridine tidak memerlukan kinase thymidine virus,
sehingga tetap aktif terhadap virus yang sudah resisten terhadap asiklovir. 18
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya. Prognosis akan lebih baik seiring dengan
meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan
manifestasi klinis herpes genitalis. Dari teori tersebut dapat disimpulkan, prognosis
pada pasien ini adalah bonam, karena infeksi pada pasien merupakan infeksi inisial
dini yang langsung diobati 3 hari pasca munculnya keluhan. 1-9

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD,
editor. Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedoktera Univesitas Hasanuddin; 2004. hal.179-196.
2. Douglas, Fleming, Quillan M, Johnson E.R, Nahmias A.J, Aral SO, et al.
Herpes Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 1994. In the New

23

England Journal of Medicine, Vol.337(Number 16), Massachutes :


Massachutes Medical Society, Oktober 16 1997, p 1105-11.
3. Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers
papyrus

Jurnal

Kedokteran

dan

Kesehatan

Fakultas

Kedokteran

Univ.Tarumanagara, Vol 4 No.1 1998. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Tarumanagara; 1998.p.31-41.
4. Syahputra E, Harun E.S. Herpes Genetalis. Dalam : Berkala ilmu penyakit
kulit dan kelamin Airlangga periodical of Dermeto-Venereology, vol.13 April
2001 No.1.Surabaya: Lab/SMF Penyakit Kulit & Kelamin FK Airlangga
RSUD Dr.Soetomono;2001, p 45-53.
5. Marques AR, Straus SE, Herpes Simplex.In Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff
K, Austen KF, Goldsmith ZA, Katzi, Editors.Fitzpatricks dermatology. In
general medicine.6thed. New York: McGraw Hill Medical Publishing
Divition:2003, p 2059-065.
6. Clutterbuck D, Genital Herpes. In Specialist training in sexually transmitted
infection snd HIV. Edinburg, London, New York. 2004:Elsevien Mosby, p
139-151.
7. Corey L, Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease, Holmes
K.K, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed) Third
edition 2000. New York:McGraw-Hill, p 285-305.
8. About genital herpes; what is genital herpes?[online].2006.[cited 11 August
2014].[3] available from URL http://www.FAMVIR.com.
9. Martodihardjo S. Penanganan herpes Zoster dan herpes progenitalis. Dalam :
Berkala ilmu penyakit kulit & kelamin Airlangga periodical of dermatovenereology. vol 13 No.3 Des 2001. Surabaya:Airlangga University press
2001. p 161-163.
10. Handoko R.P. Herpes Simpleks.dlm Ilmu penyakit kulit dan kelamin,
Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta:Balai
Penerbit FK UI, p359-361.

24

11. Siregar RS, Herpes simpleks dlm Atlas berwarna saripati penyakit kulit cet
III Tahun 1996. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. P 92-93.
12. Genital herpes, [cited 11 August 2014]. Available from http://www.NIADHealth Matters.co.uk.
13. Herpes genital, Female herpes picture, [online].[cited 11 August 2014].
Available from http://www.herpes-coldsores-treatment-picture.com
14. Betadine vaginal douche vs idoxuridone melawan herpes, Ethical digest
semijurnal farmasi & kedokteran. No.22 Th III. Dec 2005. p 15.
15. About genital herpes, what are the signs symptoms of the first outbreak of
genital

herpes?

[cited

2014

Aug

11],[3].available

from

URL

http://www.FAMVIR.com.
16. Genital herpes treatment; what medication can be prescribed to manage
genital herpes symptoms? 2006 March.[cited 2014 Aug 11].available from
URL http://www.FAMVIR.com.
17. McMillan A. Ulcers and other conditions of the external genitalia. In:
McMillan A, Young H, Ogilvie MM, Scott GR, editors. Sexually
transmissible infections. Edinburgh: Saunders; 2002.p.549-65
18. Daili, F.S, 2002. Infeksi Virus Herpes. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai