INFANTILE MASTURBATION
22222222222
Disusun oleh:
Ariesta Nurfitria Khansa I4061192078
Pembimbing:
dr. Dina Frida, Sp. A
INFANTILE MASTURBATION
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masturbasi atau stimulasi genitalia merupakan perilaku manusia yang wajar
dan diyakini terjadi pada hampir 90 - 94% pria dan 50 - 60% wanita selama masa
hidup mereka.1 Infantile masturbation (IM) biasanya dimulai pada usia 3 bulan dan
mencapai puncak pada usia 3 tahun. Dokter anak secara umum menyadari fakta
bahwa aktivitas masturbasi infantil dan pra-remaja terjadi, namun kurang menyadari
spektrum pola perilaku yang berbeda. Aktivitas mastubatori pada bayi dan anak
kecil sangat sulit dikenali karena seringkali tidak melibatkan manual stimualsi
genitalia.2
Meskipun masturbasi infantil biasa terjadi pada anak-anak akan tetapi sering
kali terjadi kesalahan dalam mendiagnosis, terutama apabila stimulasi genital
dengan tangan tidak ada sehingga sering dianggap sebagai epilepsi, nonepileptic
paroxysmal movement disorder atau bahkan gangguan pencernaan seperti
gastroesophageal reflux disesase (GERD). Di antara ketiga hal tersebut paling
sering didiagnosis sebagai epilepsi dan pasien mendapatkan terapi obat epilepsi.
Tidak jarang juga yang mendiagnosis sebagai gangguan gerak atau movement
disorders.3
Pengetahuan tentang berbagai manifestasi dari masturbasi infantil dan
tingginya indeks kecurigaan adalah prasyarat untuk diagnosis yang berhasil.
Rekaman video dari kejadian sangat berperan penting dan membantu dalam
mendiagnosis masturbasi infantil. Pada kasus dimana dicurigai sebuah epilepsy,
electroencephalography (EEG) mempunyai peran yang sangat penting dimana bila
didaptkan hasil normal maka diagnosis epilepsi dapat disingkirkan.
Pada referat ini akan dibahas bagaimana mendiagnosis suatu masturbasi
infantil sehingga didaptkan diagnosis yang tepat serta tatalaksana masturbasi
infantil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Sebelum abad ke 20, masturbasi umumnya disebut sebagai progenitor dari
gangguan neuropsikiatri. Namun dalam pandangan psikoanalisis Sgmund Freud,
masturbasi dikatakan berkontribusi untuk terjadinya neurasthenia dan hysteria.
Akhir tahun 1912, Freud bersikeras masturbasi menyebabkan ganggan organic dan
psikis. Felix Gattel, seorang murid Freud, menyadari di tahun 1898 bahwa
masturbasi merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak terutama perempuan.1
2.4 Etiologi
Dari beberapa studi penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa tidak
ada etiologi tertentu atau spesifik yang menyebabkan hal ini. Akan tetapi menjadi
catatan penting bahwa kultural serta faktor sosial dilaporkan pada beberapa studi
cukup berkontribusi. Pada salah satu studi didapatkan dua tabel distribusi yang
memperlihatkan faktor-faktor baik yang berkontribusi maupun tidak
Variables Masturbation p-value
Yes (%) No (%) Total (%)
Age (year) Lower than 6 years 11 (11.2) 21 (21.4) 32 (32.7) 0.26
Higher than 6 years 20 (20.4) 46 (46.9) 66 (67.3)
Gender Male 19 (19.4) 42 (42.9) 61 (62.2) 0.89
Female 12 (12.2) 25 (25.5) 37 (37.8)
Father with university education 8 (8.6) 21 (22.6) 29 (31.2) 0.72
Mother with university education 4 (4.1) 21 (21.6) 29 (29.9) 0.078
Nutrition Breast feeding 18 (18.8) 43 (44.8) 61 (63.5) 0.118
Dry milk 0 (0.0) 5 (5.2) 5 (5.2)
Both 13 (13.5) 17 (17.7) 30 (31.3)
Good life neighborhood 13 (14.3) 32 (35.2) 45 (49.5) 0.947
Divorce of parents 3 (9.7) 6 (9.0) 89 (90.8) 0.908
First child 20 (20.4) 40 (40.8) 60 (61.2) 0.649
Single-child 20 (20.2) 6 (6.1) 26 (26.3) 0.292
Total 31 (31.6) 67 (68.4) 98 (100)
Karena sering sekali apabila dokter tidak mengetahui gejala klinis MI yang
berbeda pada anak dimana biasanya tidak melibatkan manipulasi genital manual,
oleh karena itu dokter harus membiasakan untuk meminta parang orang tua
memvideokan anaknya. Masturbasi pada bayi dan anak-anak lebih bersifat fokal,
karenanya diagnosisnya seringkali tidak mudah dan dapat membingungkan.
Beberapa diagnosis banding MI berupa :
2.9 Tatalaksana
Apabila tidak ada bukti adanya masalah lain, klinisi dapat focus untuk
mengedukasi dan membimbing orangtua. Ini dapat mebantu mengubah pandangan
orang tua dari awalnya menganggap MI sebagai penyakit menjadi suatu kebiasaan
yang sebenarnya tidak berbahaya. Pengobatan biasanya melibatkan konseling dan
mendidik orang tua agar mereka mengerti bahwa ini adalah perilaku normal pada
anak-anak dan seringkali mereka akan mengatasi hal itu dengan sendirinya.
Selanjutnya, upaya dapat dilakukan untuk melibatkan anak dalam kegiatan bermain
lainnya yang dapat mengarahkan perhatian mereka dari kegiatan masturbasi. Ibu
didorong untuk terus menggunakan distraksi untuk meminimalkan episode,
menawarkan mainan sebelum mengganti popok atau waktu mandi. Setelah anak
cukup besar, pendidikan kesehatan seksual yang tepat dapat diberikan untuk
membantu anak mempelajari apa yang dapat diterima secara sosial dan budaya.
Mungkin juga bermanfaat penting untuk mengajari orang tua tentang terapi perilaku,
menggunakan teknik penguatan positif dan negatif, mencatat bahwa jika perilaku
muncul kembali, teknik yang sama dapat digunakan lagi Pada akhirnya, penyedia
layanan harus memahami dan mendidik keluarga dan pasien tentang masturbasi,
mencatat kapan, di mana, dan bagaimana praktik ini dapat dianggap tepat.
Apabila memungkinkan, anak sebaiknya tetap mendapatkan informasi
mengenai perihal seks yang pantas untuk anak seusianya. Dengan cara ini, dirinya
akan belajar mengenai apa yang diterima oleh masyarakat dan apa yang tidak.
Walaupun MI sering menghilang dengan sendirinya, follow up lebih lanjt sebaiknya
tetap dilakukan.6
Dalam sebuah studi, menunjukkan bahwa dengan beberapa intervensi,
frekuensi masturbasi akan berkurang dan selama beberapa pekan terus menunjukkan
proses yang berarti. Baik pengobatan perilaku sendiri dan menggabungkannya
dengan antipsikotik seperti risperidon mengakibatkan penurunan frekuensi
masturbasi.10 Beberapa penelitian telah menemukan bahwa pasien diberi resep obat
epilepsi untuk penyakit yang tidak mereka miliki, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan komplikasi di masa depan, jadi penting untuk mengenali dan
mendiagnosis perilaku masturbasi yang normal dengan benar.9
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Leung AK, Robson WL. Childhood masturbation. Clin Pediatr (Phila) 2012;32:238–
41.
2. Couper RT, Huynh H. Female masturbation masquerading as abdominal pain. J
Paediatr Child Health 2008: 38 : 199-200.
3. Bradley SJ. Childhood female masturbation. Can Med Assoc J. 2009;132:1165–6.
4. Yang ML, Fullwood E, Goldstein J, Mink JW. Masturbation in infancy and early
childhood presenting as a movement disorder: 12 Cases and a review of the literature.
Pediatrics. 2010;116:1427–32.
5. Mink JW, Nell JJ. Masturbation mimicking paroxysmal dystonia or dyskinesia in a
young girl. Mov Disord. 2005;10:518–20.
6. Nechay A, Ross LM, Stephenson JB, O’Regan M. Gratification disorder (“infantile
masturbation”): A review. Arch Dis Child. 2008;89:225–6.
7. Unal F. Predisposing factors in childhood masturbation in Turkey. Eur J Pediatric.
2002; 159(5): 338 – 42.
8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disordes. Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric
Association; 2011.
9. Nechay A, Ross LM, Stephenson JB, O'Regan M (March 2004). "Gratification
disorder ("infantile masturbation"): a review". Arch. Dis. Child. 89 (3): 225–
6. doi:10.1136/adc.2003
10. Victoria Omranifard . Risperidone as a treatment for childhood habitual behavior. . J
Res Pharm Pract. 2013
13