Anda di halaman 1dari 3

PENGAJAUN JUDUL SKRIPSI

Pemimbing: 1. Ibu SUHARTI, SPd, MPd

2.Pak Ns. MASHUDI, S.Kep, M.Kep

Disusunoleh:RIKO APRIZAL

NIM: PO71.20.1.15.141

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2017/2018
HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN FAKTOR KEKAMBUNGAN
PADA PENDERITA ASMA BRONGKIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma adalah penyakit inflamasi saluran nafas yang dapat menyerang semua kelompok umur.
Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang bervariasi setiap
individunya dalam tingkat keparahan dan frekuensi. Asma dapat mempengaruhi kualitas
hidup serta beban sosial ekonomi. Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun
kasusnya cukup banyak di negara dengan pendapatan menengah kebawah. WHO
memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan jumlahnya diperkirakan akan
terus bertambah. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan prevalensi di masa yang akan dating.

Asma merupakan salah satu penyakit yang tidak bisa dihilangkan atau disembuhkan, namun
bisa diusahakan untuk dikontrol atau dikendalikan agar tidak sering muncul pada pasiennya.
Sehingga pasien asma dapat hidup dengan normal dan melaksanakan aktifitas kesehariannya
sama seperti orang lainnya. Asma bronkial merupakan penyakit yang bersifat multifaktorial,
dan timbulnya serangan ini selain karena adanya faktor ekstrinsik, juga dipengaruhi oleh
adanya faktor intrinsik.

Namun sejauh ini faktor-faktor pencetus dalam mempengaruhi derajat serangan asma pada
pasien asma belum diketahui secara pasti. Sesuai dengan beberapa teori jika penyebab asma
itu sendiri belum diketahui secara pasti sehingga asma bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja.

Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif for Asthma (GINA) tahun 2017
dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai negara adalah 1-18% dan diperkirakan
terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma.1 Prevalensi asma menurut World
Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini
menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian lebih dari 80% di
negara berkembang.2 Di Amerika Serikat menurut National Center Health Statistic (NCHS)
tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan umur, jenis kelamin, dan ras berturut-turut adalah
7,4% pada dewasa, 8,6% pada anak-anak, 6,3% laki-laki, 9,0% perempuan, 7,6% ras kulit
putih, dan 9,9% ras kulit hitam.3

Riskesdas nasional tahun 2013 menyatakan bahwa angka kejadian asma di Sumatera Barat
adalah 2,7%.4 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menyatakan bahwa pada tahun
2012 jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58%.5

Asma merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara sedang
berkembang seperti Indonesia. Di dunia diperkirakan 300 juta orang menderita asma.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 15 juta disability-adjusted life
years (DALYs) hilang setiap tahunnya karena asma (baik pada morbiditas maupun karena
kematian prematur). Selain itu, WHO juga memperkirakan 250.000 kematian karena asma
setiap tahunnya.

DATA Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2014 menyebutkan asma adalah penyebab kematian
ke-13 di Indonesia.
Namun, banyak orang tidak menyadari dirinya menyandang asma maupun penyakit paru
obstruktif kronis( PPOK ) , yang sekaligus penyebab keterlambatan diagnosa dan tata
laksananya. Secara global, Indonesia berada di peringkat ke-20 untuk kematian terkait asma.
Sekitar satu dari 22 orang menderita asma (Riskesdas, 2013). Namun, hanya 54% yang
didiagnosis dengan hanya 30% kasus terkontrol dengan baik (Penelitian Pasar Asma di
Indonesia, 2015).

Anda mungkin juga menyukai