Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PEMENUHAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG

MIRANTY SASQIAPUTRI

PO.71.20.2.19.0018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan Ridho-Nya sehingga penyusun mampu dalam menyelesaikan tugas makalah ini
yang membahas tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pemenuhan Gangguan Rasa
Nyaman (Nyeri) Di Puskesmas Talang Bakung. Penyusun mengucapkan terima kasih,
terutama kepada, semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mohon maaf
atas kekurangan yang masih terdapat didalamnya, karena penyusun menyadari adanya
keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Maka dengan senang hati penyusun akan menerima
kritik dan saran pembaca guna perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PEMENUHAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

Abstrak

Gastritis merupakan peradangan (pembengkakan) pada mukosa lambung ditandai dengan


tidak nyaman pada perut bagian atas karena keterlambatan makan atau suka makan makanan
yang pedas jadi perlu adanya kesadaran pada penderita itu sendiri serta peran keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang menderita gastritis dan juga peran serta perawat untuk
mengurangi terjadinya komplikasi pada penderita. tujuan dari makalah ini adalah untuk
memperoleh informasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar
gangguan rasa nyaman (nyeri gastritis). Metode yang dilakukan penulis menggunakan
metode asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Intrumen yang
digunakan adalah wawancara kepada semua anggota keluarga dan terutama kepada klien
yang mengalami sakit gastritis untuk mendapatkan data yang sebenar-benarnya. evaluasi.
Kata kunci : nyeri, gangguan rasa nyaman, gastritis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah kesehatan yang sering di masyarakat adalah penyakit
saluranpencernaan seperti gastritis. Penyakit gastritis bila tidak diatasi dengan cara
yang tepat maka dapat menimbulkan komplikasi resiko perdarahan selain itu juga
dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan
kematian (Hirlan,2009).
Gastritis dikatakan sebagai proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa
lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai
diklinik karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan
pemeriksaan histopatologi (Hirlan, 2006).
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh , tidak enak
pada epigastrik, mual dan muntah. Gastritis dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gastritis
akut dan gastritiskronik. Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung
yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung. Sedangkan gastritis
kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi mukosa gastric sehingga
produksi asam lambung menurun dan menimbulkan ulserasi peptik. Gastritis kronik
dapat diklasifikasikan pada tipe Adan tipe B. Tipe A merupakan gastritis
autoimun adanya antibody terhadap sel parietal menimbulkan atropi mukosa lambung.
Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropi
kronik memiliki antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan
tendensi terjadinya Ca lambung pada fundus atau korpus. Tipe B merupakan gastritis
yang terjadi akibat infeksi helicobacter pylori (Suratun dan Lusianah, 2010).
Salah satu permasalahan yang umum terjadi pada klien penderita gastritis
adalah gangguan nyeri. Gangguan nyeri yang dialami oleh klien menyebabkan
keterbatasan aktivitas, kelemahan, stress frustasi (Kozier, 2015).
Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan dasar
manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis,
keamanan, cinta, dan harga diri, dan aktualisasi diri. Teori hirarki merupakan teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami kebutuhan dasar manusia
mempunyai banyak. kategori atau jenis. Salah satunya
ialah kebutuhan fisiologis (seperti oksigen, nutrisi, eliminasi, keselamatan dan
keamanan dan lain-lain) (Asmadi, 2008)
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Brunner dan suddarth, 2002).
Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaanya harus diatasi , karena
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang mengalami nyeri
akan berdampak pada aktifitas sehari-hari dan istirahatnya. Secara garis besar nyeri
dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya awitannya
tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spefisik. Waktunya kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan . Nyeri kronik adalah nyeri yang konstan
atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis
berlangsung selama enam bulan atau lebih (Potter dan Perry, 2006).
Nyeri akut seringkali memiliki penyebab yang jelas, misalnya trauma, operasi,
atau terjadinya proses penyakit yang diakui dengan baik. Intensitas nyeri dapat diukur
menggunakan skala numerik dari angka 0-10, dengan kriteria 0 tidak ada nyeri,
kriteria 1-3 nyeri ringan, kriteria 4-6 nyeri sedang, kriteria 7-9 nyeri berat, kriteria 10
nyeri sudah tidak dapat ditoleransi. Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan
terjadinya penyembuhan (Brunner dan Suddarth , 2002)

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri ?
2. Apa etiologi nyeri ?
3. Apa klasifikasi nyeri ?
4. Apa tanda dan gejala nyeri ?
5. Apa komplikasi nyeri ?
6. Apa pemeriksaan diagnostic nyeri ?
7. Bagaimana penatalaksanaan nyeri ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan nyeri ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman (nyeri gastritis) di lingkungan Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi

2. Tujuan khusus
a) Melakukan pengkajian dengan masalahkebutuhan dasar nyeri gastritis.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nyeri
gastritis.
c) Menyusun rencana asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar
nyeri gastritis.
d) Melakukan implementasi dengan masalah kebutuhan dasar nyeri gastritis.
e) Melakukan evaluasi pada dengan masalah kebutuhan dasar nyeri gastritis.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Pasien
Makalah ini dapat memenuhi kebutuhan klien tentang Asuhan Keperawatan pada
klien dengan gangguan kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Makalah ini dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan terkait
dengan upaya meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri.

3. Bagi mahasiswa
Makalah ini dapat digunakan sebagai informasi terkait dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia melalui asuhan keperawatan dengan gangguan rasa
nyaman nyeri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual dan ‘potensial’.
Sedangkan menurut Mc. Coffery (1979), nyeri adalah suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui jika orang tersebut pernah
menderita atau mengalaminya. Definisi nyeri menurut Maskey tahun 1986 yaitu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
jaringan rusak atau cenderung rusak.

B. Etiologi
Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan psikis. secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma
(baik trauma mekanik, termis, kimiawi, elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan
sirkulasi darah secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma
psikologis.
Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf reseptor nyeri ini terletak dan tersebar pada
lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. sedangkan
nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya
terhadap fisik (Asmadi, 2008)

C. Klasifikasi
1. Menurut tempatnya:
a) Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b) Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot, sendi/tendon,
pembuluh darah)
c) Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang kandung
empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d) Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata, viseral, otot),
ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e) Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma psikologis.
f) Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada.
Contohnya yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g) Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)

2. Menurut serangannya
a) Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 6 bulan, area dapat diidentifikasi,
karakteristik ketegangan otot meningkat, dan cemas.
b) Nyeri kronis : Berlangsung > 6 bulan, sumber nyeri tidak diketahui dan sulit
dihilangkan, sensasi difus (menyebar).

3. Menurut sifatnya
a) Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya yaitu trauma
ringan.
b) Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses.
c) Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu hilang dan timbul
lagi.

D. Tanda dan gejala


1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi

E. Komplikasi
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat dan tidur

F. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
c) Beri rasa aman
d) Sentuhan therapeutic.
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan
energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada
ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada pasien,
diharapkan ada transfer energy
e) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
f) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan,tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang,
serta konsentrasi dari pasien.
g) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi
audio (mendengar musik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan),
distraksi intelektual (merangkai puzzle).
h) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
i) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
j) Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter
terhadap respon.Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan
migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

2. Penatalaksanaan medis
a) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan
nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat
analgesik yang asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

H. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat
dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri
akut adalah:
1) Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
2) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3) Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasikan komponen-komponen
tersebut, diantaranya:
1) Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat
tidak menemukan adanya cedera atau luka.
a. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).
 Faktor Pencetus (P: Provocate), Perawat mengkaji tentang penyebab
atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga
dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami
cedera.
 Kualitas (Q: Quality), Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang
subjektif yang diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam,
tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan
tertusuk.
 Lokasi (R: Region), Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat
meminta klien untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh klien.
 Keparahan (S: Severe), Tingkat keparahan pasien tentang nyeri
merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini
klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai
nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini psien menilai
nyeri dngan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak
merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang
dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan
suatu garis lurus, yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus
dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala
analog visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih
sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka
(McGuire, 1984).
Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat
objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa
kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang
garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai
nyeri yang paling hebat. Perawat menunjukkan skala tersebut pada
klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri terbaru yang
ia rasakan.
Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak
dikembangkan alat yang dinamakan “Oucher”, yang terdiri dari dua
skala yang terpisah dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk
anak-anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam gambar
pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada anak-anak yang lebih
kecil.

Gambar 1 Skala Nyeri Wajah yang Dikembangkan Wong & Baker

 Durasi (T: Time). Perawat menanyakan pada pasien untuk


menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri
b. Faktor yang memperberat/memperingan nyeri.
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri
pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres, dan lain-
lain.
1) Respon Fisiologis.
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak
dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis.
Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:
 Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial).
 Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
2) Respon Perilaku.
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien
antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit,
menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan
ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis,
mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.
3) Respon Afektif.
Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan
pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
4) Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.
Perubahan-perubahan yang dikaji: perubaha pola tidur, pengaruh nyeri
pada aktivitas, serta perubahan pola interaksi pada orang lain.
5) Persepsi Klien Tentang Nyeri.
Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan
proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.
6) Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri
Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk
menurunkan nyeri yang ia alami.

b. Identitas
1. Nama
2. Umur
3. Jenus kelamin
4. Status perkawinan
5. Agama
6. Suku bangsa
7. Bahasa yang digunkan
8. Pendidikan terakhir
9. Alamat asal
10. Penanggung jawab
11. Pekerjaan penanggung jawab
12. Sumber informasi
c. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan penjelasan dari permulaan lansia merasakan keluhan sampai dengan
lansia mendapatkan pengobatan dan melakukan perawatan terhadap penyakit
saat ini. penjelasan ini menggunakan pendekatan PQRST
2. Masalah kesehatan yang pernah dialami
Merupakan penjelasan mengenai penyakit yangpernah dialami lansia selama ini
ataupun tindakan pembedahan yang pernah dijalani.
3. Masalah kesehatan keluarga
Merupakan penjelasan tentang penyakit yang pernah di derita oleh keluarga
lansia yang mungkin berhubungan dengan penyakit lansia saat ini.

d. Pemerikaan Fisik
1. Sistem Persarafan
2. Sistem Pengelihatan
3. Sistem Penciuman
4. Sistem Pendengaran
5. Sistem Pengecapan
6. Sistem Integument
7. Sistem Kardiovaskuler
8. Sistem Pernafasan
9. Sistem Perkemihan
10. Sistem Endokrin
11. Sistem Imunitas
12. Sistem Gastrointestinal
13. Sistem Muskoloskletal
14. Sistem Reproduksi

e. Analisa data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal
dalam proses keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan
untuk menentukan diagnonis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tidakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan
data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus
menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data (Prasetyo,
2010).
Tipe Data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, ketakutan,kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu.
2. Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
pancaindera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan,
tingkat kesadaran

f. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan
klien. Bila data pengkajian mulai menunjukan masalah, perawat diarahkan pada
pemilihan diagnosa yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada
mendefinisikan kebutuhan dasar ke perawat dari klien (Gordon, 1994).
Untuk mengidentivikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu
menentukan apa masalah kesehatan klein dan apakah masalah tersebut potensial
atau aktual (Potter & Perry, 2005).
Diangnosa keperawatan NANDA mungkin muncul pada klien dengan masalah
nyeri adalah (Potter & Perry, 2006). Nyeri yang berhubungan dengan: Cedera fisik
dan trauma, penurunan suplay darah kejaringan, Proses melahirkan normal. Nyeri
kronik yang berhubungan dengan: Jaringan parut, Kontrol nyeri yang tidak
adekuat. Ketidak berdayaan yang berhubungan dengan: Nyeri kronik. Hambatan
mobilisasi fisik yang berhubungan dengan: Nyeri muskuloskeletal, nyeri insisi.
Resiko cedera yang berhubungan dengan: Penurunan resepsi nyeri. Defisit
perawatan diri yang berhubungan dengan: Nyeri muskuloskeletal. Disfungsi
seksual yang berhubungan dengan: Nyeri artritis panggul. Gangguan pola tidur
yang berhubungan dengan: Nyeri punggung bagian bawah Ketika menuliskan
pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya (misalnya, nyeri
pada pergelangan tangan kanan). Lebih lanjut, karena nyeri dapat mempengaruhi
banyak aspek pada fungsi individu, kondisi tersebut dapat juga menjadi etiologi
untuk diagnosis keperawatan lain. Diagnose keperawatan yang muncul pada
gangguan rasa nyaman nyeri (NANDA dalam Potter & Perry, 2006) yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) akut berhubungan dengan dengan
iritasimukosa lambung.
b. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima
pasien tentang penyakit yang dialami oleh pasien. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang
penyakit yang dialami oleh pasien yang di tandai dengan keterbatasan kognitif,
kesalahan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.

g. Intervensi
1) Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri (ketidakpercayaan) orang
lain, kurang pengetahuan, keletihan, kehidupan yang monoton)
2) Kurangi atau hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
3) Kolaborasikan bersama klien untuk menentukan metode mana yang dapat
digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri. Pertimbangkan hal berikut
sebelum memilih metode pereda nyeri yang spesifik, yakni kemauan klien
untuk berpartisipasi (motivasi), kemampuann berpartisipasi
(ketangkasan,penurunan sensorik), hal-hal yang disukai, dukungan orang
terdekat,kontraindikasi (alergi, masalah kesehatan), biaya yang dibutuhkan,
tingkat kerumitan, tindakan pencegahan, dan kenyamanan. Jelaskan berbagai
metodepereda nyeri (mis, aplikasi panas atau aplikasi dingin) berikut
kewaspadaan yang diperlukan.
4) Beri pereda nyeri yang optimal bersama analgesik yang diresepkan.
5) Kaji respons klien terhadap obat-obatan pereda nyeri.
6) Bantu keluarga berespons positif terhadap pengalaman nyeri klien.
7) Kaji pengetahuan keluarga dan responsnya terhadap nyeri. Beri klien
kesempatan untuk mendiskusikan ketakutan, kemarahan, dan rasa
frustasinya secara pribadi. Libatkan keluarga dalam sejumlah prosedur untuk
menurunkan nyeri.8.
8) Berikan informasi kepada klien setelah nyeri hilang atau berkurang.
9) Dorong klien untuk mendiskusikan nyeri yang dialami.
10) Beri pujian untuk kesabaran klien dan sampaikan padanya bahwa ia
telahmengatasi nyeri dengan baik, tanpa memperhatikan perilaku yang
ditujukan klien
11) Lakukan penyuluhan kesehatan, serta indikasi Diskusikan bersama klien dan
keluarga mengenai metode nyeri noninvasif (mis, relaksasi, distraksi, masase)
dan ajarkan berbagai teknik pilihan pada klien dan keluarga.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN

Tanggal Pengkajian : 25 September 2019


a. Identitas Lansia
1. Nama : Bapak B
2. Umur : 74 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status perkawinan : Kawin
5. Agama : Islam
6. Suku bangsa : Jawa
7. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
8. Pendidikan terakhir : SD tidak tamat
9. Alamat : RT 40 Talang Bakung

b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bapak B mengatakan maaghnya sering kambuh jika telat makan dan makan
kekenyangan, Bapak B mengatakan mempunyai riwayat penyakit maagh sejak
masih bekerja menjadi petani, jika terasa nyeri hanya kompres menggunakan air
hangat atau di gosok menggunakan minyak, Bapak B tidak mau minum obat
karena bosan, Bapak B dan keluarga sudah disarankan untuk operasi tetapi
menolak karena takut.

2. Masalah Kesehatan Yang Pernah Dialami


Bapak B memiliki riwayat Hipertensi TD tertinggi 180/80 mmhg

3. Masalah Kesehatan Keluarga


Bapak B mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
sepertinya.

c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : tidak bekerja
Pekerjaan sebelumnya : petani
Sumber-sumber pendapatan : istri (berjualan keripik)
Keanggotaan organisasi : Bapak B dulu sering mengikuti yasinan

d. Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal : Rumah
Kamar privasi : Kamar sendiri
Kondisi tempat tinggal : Kurang terawatt
Jumlah orang yang tinggal : 4
Tetangga terdekat : Ada

e. Riwayat Rekreasi
1. kegiatan mengisi waktu luang/hobby/hiburan
Lansia mengatakan semenjak sakit hanya beristirahat dirumah saja
2. liburan/perjalanan
lansia mengatakan tidak pernah melakukan liburan atau perjalanan luar kota

f. Aktivitas Hidup Sehari-Hari (AKS)


1. Indeks Kats : A
Penjelasan : klien mampu melakukan kemandirian dalam semua aktivitas sehari
hari seperti : makan, kontinensia, berpakaian, toileting, mandi, dan berpindah
klien dibantu anggota keluarga
2. pola nutrisi : klien makan 3 kali sehari, makan nasi putih, lauk pauk dengan 1
porsi kadang tidak habis, klien rajin minum air putih 7-8 gelas/hari
3. cairan dan elektrolit : intake (makan dan minum), output (urine dan feses)
4. pola eliminasi: urine (5kali per hari), BAB (1kali sehari)
5. pola istirahat tidur : tidur siang ( 1-2 jam perhari) tidur malam (7-8 jam perhari)
6. personal hygiene : klien mandi 1 kali sehari

g. Psikologis
1. Konsep Diri : klien mengatakan penyakitnya karena faktor pola makan tidak
teratur
2. Emosi : baik
3. adaptasi & mekanisme koping : baik
h. Status Kognitif/Afektif
1. Short Portable mental status questionare (SPMSQ)
intreprestasi hasil salah 4-5 yaitu intelektual ringan
2. Investaris Depresi Beck
Interprestasi hasil 0-4 yaitu depresi tidak ada/minimal

i. Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah
klien shalat 5 waktu dan sering berzikir
2. keyakinan tentang kesehatan
klien percaya penyakit yang dideritanya adalah kehendak allah

j. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


1. Keadaan Umum
klien tampak lemah tingkat kesadaran composmentis

2. Tanda tanda vital


suhu : 36.6 C
denyut nadi : 88x/menit
pernafasan : 20x/menit
tekanan darah : 130/80 mmhg

3. Antropometri
berat badan : 45 kg
tinggi badan : 165 cm

4. Pemeriksaan fisik (Tinjauan sistem)


a. Sistem Persyarafan
klien mengatakan tidak merasa pusing, klien tidak tremor, klien sulit untuk
mengingat hari dan tanggal
b. Sistem Pengelihatan
klien tidak bisa melihat dengan jelas tanpa kaca mata, pandangan sedikit
kabur
c. Sistem Penciuman
baik karena mampu mencium bau-bauan
d. Sistem Pendengaran
klien masih mampu mendengar dengan baik
e. Sistem Pengecapan
klien tidak ada keluhan perubahan rasa, tidak ada kesulitan makan, tidak ada
lesi/luka dan tidak sakit pada tenggorokan.
f. Sistem Integument
tidak ada lesi, tekstur kulit keriput, terdapat sedikit bintik hitam dikulit
g. Sistem Kardiovaskuler
tidak ada nyeri dada dan mudah lelah jika beraktivitas
h. Sistem Pernafasan
tidak ada keluhan batuk, sasak nafas, dan tidak ada riwayat asma.pernafasan
20x/,menit
i. Sistem Perkemihan
bak 5kali perhari tidak ada nyeri saat berkemih
j. Sistem Endokrin
tidak ada keluhan
k. Sistem Imunitas
klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan
l. Sistem Gastrointestinal
klien mempunyai riwayat penyakit magh, tidak ada mual dan muntah
m. Sistem Muskuluskeletal
kaki klien terasa sakit pada bagian lutut, tidak ada nyeri tekan, bejolan/massa
n. Sistem Reproduksi
tidak ada keluhan

k. Pengkajian risiko jatuh dan keseimbangan


Tidak ada risiko jatuh

l. Informasi penunjang dan catatan tambahan


jika sakit lansia tidak minum obat-obatan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama lansia : Bapak B


Umur : 74 tahun
HARI/TGL/JAM NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD/NAMA
Rabu 2 Oktober 1 Ketidakefektifan manajemen
2019 pukul 13.00 kesehatan b/d konflik pengambilan
keputusan d/d lansia mengatakan
mempunyai riwayat penyakit magh
kronis, jika nyeri ulu hati hanya
digosok menggunakan minyak
kadang di kompres menggunakan
air hangat, lansia tidak minum obat Miranty
karena bosan, keluarga mengatakan
bahwa magh berasal dari usus,
lansia sudah dianjurkan operasi
tetapi menolah karena takut
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Lansia : Bapak B


umur : 74 tahun

Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa Tujuan dan kriteria Tindakan Keperawatan Rasional
keperawatan evaluasi (NOC) (NIC)
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. kaji pengetahuan
manajemen tindakan lansia dan keluarga
kesehatan b/d keperawatan selama tentang penyakitnya
konflik 3 kali kunjungan 2. kaji perilaku lansua
pengambilan diharapkan lansia dan keluarga
keputusan memahami tentang tentang
penyakitnya dengan penanganan/pengob
kriteria hasil : atan penyakitnya
Lansia dan keluarga 3. identifikasi
menyatakan perubahan kondisi
pemahaman tentang lansia
penyakitnya 4. pemberian
pendidikan
kesehatan tentang
manajemn perilaku
(penanganan/pengo
batan gastritis
kronis)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
GERONTIK

Nama Lansia : Bapak B


umur : 74 tahun
Kunjungan ke : Pertama

Diagnosis Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Ketidakefektifan 1. mengkaji pemahaman lansia S : lansia dan keluarga
manajemen dan keluarga tentang gastritis mengatakan kurang
kesehatan b/d hasil : lansia dan keluarga mengetahui tentang
konflik kurang memahami tentang pengobatan yang benar\
pengambilan penyakit yang di deritanya
keputusan 2. mengkaji pengetahuan lansia O : lansia tampak lemah
dan keluarga terkait
penyakitnya A : Masalah belum
hasil : lansia dan keluarga teratasi
kurang mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya P : lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
GERONTIK

Nama Lansia : Bapak B


umur : 74 tahun
Kunjungan ke : Kedua

Diagnosis Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Ketidakefektifan 1. mengkaji perilaku lansia dan S : lansia dan keluarga
manajemen keluarga tentang mengatakan tidak minum
kesehatan b/d penanganan/pengobatan obat karena bosan
konflik penyakitnya
pengambilan hasil : keluarga mengatakan O : lansia dan keluarga
keputusan jika magh kambuh hanya tidak melakukan
digosok menggunakan penanganan yang tepat
minyak, kadang dikompres
menggunakan air hangat A : Masalah belum
teratasi

P : lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
GERONTIK

Nama Lansia : Bapak B


umur : 74 tahun
Kunjungan ke : Ketiga

Diagnosis Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Ketidakefektifan 1. memberikan pendidikan S : lansia dan keluarga
manajemen kesehatan tentang penanganan mengatakan mengerti
kesehatan b/d gastritis kronis tentang penanganan
konflik hasil : lansia dan keluarga penyakitnya
pengambilan memperhatikan saat penjelasan
keputusan O : lansia dan keluarga
memperhatikan saat
penjelasan

A : Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus

ANALISIS DATA

Nama Lansia : Bapak B


Umur : 74 Tahun

DATA PENYEBAB MASALAH


 lansia mengatakan
mempunyai riwayat
penyakit magh kronis
 lansia dan keluarga
mengatakan jika nyeri
hebat pada ulu hati
hanya digosok
menggunakan minyak, Konflik pengambilan Ketidakefektifan manajemen
kadang dikompres keputusan kesehatan
menggunakan air hangat
 lansia tidak minum obat
magh karena bosan
 keluarga mengatakan
tidak tau penyebab magh
 keluarga mengatakan
kalau magh berasal dari
usus
 lansia sudah dianjurkan
operasi tetapi menolak
B. Analisa Intervensi Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Lansia : Bapak B


umur : 74 tahun

Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Tindakan Keperawatan (NIC) Rasional
keperawatan kriteria
evaluasi
(NOC)
Ketidakefektifan Setelah 1. kaji pengetahuan
manajemen dilakukan lansia dan
kesehatan b/d tindakan keluarga tentang
konflik keperawatan penyakitnya
pengambilan selama 3 kali 2. kaji perilaku lansua dan
keputusan kunjungan keluarga tentang
diharapkan penanganan/pengobatan
lansia penyakitnya
memahami 3. identifikasi perubahan kondisi
tentang lansia
penyakitnya 4. pemberian pendidikan
dengan kriteria kesehatan tentang manajemn
hasil : perilaku
Lansia dan (penanganan/pengobatan
keluarga gastritis kronis)
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakitnya
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
Dari asuhan keperawatan pada Bapak B dengan Gastritis Kelurahan Talang
Bakung, penulis melakukan tindakan selama 3 hari dan penulis menemukan 1
diagnosa keperawatan yang muncul pada Bapak B yaitu : Ketidakefektifan
manajemen kesehatan b/d konflik pengambilan keputusan

B. SARAN
1. Bagi Keluarga Peran dan perhatian keluarga sebagai support sistem perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan klien selama sakit agar dapat
mempercepat proses penyembuhan klien, keluarga diharapkan selalu menjaga
lingkungan yang sehat, sehingga klien bisa istirahat dengan tenang dan
nyaman.
2. Bagi pelayanan kesehatan agar penerapan pengkontrolan nyeri dapat di
maksimalkan, mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien
gastritis sehingga masalah dapat diatasi dan untuk lebih meningkatkan
kepedulian pada pasien gastritis dalam pengontrolan rasa nyaman nyeri.

Anda mungkin juga menyukai