Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan


sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.Kegiatan untuk meningkatkan kesehatan (promotif),
mencegah penyakit (preventif), terapi (kuratif) maupun pemulihan
kesehatan (rehabilitas) adalah upaya kesehatan masyarakat (Depkes
RI, 2011).Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini
adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastritis. Masyarakat pada
umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu
penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar,
misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung
mengatasinya dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang, penyakit
gastritis ini bila tidak diatasi dengan cepat maka dapat menimbulkan
perdarahan sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpul
dilambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker
lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Hastuti, 2007 dalam
jurnal Iwayan Supetran, 2016)
Gastritis adalah merupakan masalah saluran pencernaan yang
paling sering ditemukan. Gastritis dapat bersifat akut yang datang
mendadak dalam beberapa jam atau beberapa hari dan dapat juga
bersifat kronis sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun.Gastritis
terjadi ketika mukosa lambung pelindung dipenuhi oleh toksin atau zat
pengiritasi. Gastritis dapat bersifat kronis.Iritasi ini daoat memicu
perdarahan mukosa, edema, dan erosi (Hurst, 2016).
Menurut (World Health Organization, 2016) Kejadian gastritis
didunia dialami oleh penduduk berjumlah 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Sedangkan kejadian gastriris diberbagai
dunia yang lain seperti halnya di Inggris sekitar 22% dari jumlah
penduduk, Cina sekitar 31%, Jepang sekitar 14,5%, Kanada sekitar
35% dan Perancis sekitar 29.5%. Di Asia Tenggara persentase
kejadian gastritis tergolong besar, jumlah total pendudukyang
mengalami penyakit gastritis berjumlah 583.635 jiwa dari jumlah
penduduk dalam setiap tahunnya. Persentase dari angka kejadian
gastritis di Indonesia didapatkan mencapai angka 40,8%.
Menurut Depkes pada tahun (2013) penyakit gastritis menempati
urutan ke-4 dari 50 peringkat utama penyakit dirumh sakit seluruh
Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 kasus.Angka kejadian di
Indonesia kasus penyakit gastritis memiliki prevalensi yang cukup tinggi
yaitu dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
penduduk. (Merita et al.,2016) Berdasarkan penelitian (Sukandar, 2016)
mengatakan bahwa perempuan lebih banyak mengalami gastritis dari
jumlah responden 36 juta orang dimana perempuan sebanyak 31 orang
(89%) dan laki-laki sebanyak 5 orang (13.89%) berdasarkan umur
penyakit gastritis lebih banyak terserang pada umur 24-49 tahun.
Estiminasi jumlah penderita gastritis diSulawesi Selatan sebanyak
1,45% dari jumlah pasien yang keluar dan Menurut Profil Kesehatan
Kota Makassar sekitar 35.159 jiwa.Salah satu permasalahan yang
umum terjadi pada pasien penderita gastritis adalah kenyamanan nyeri.
(Kozier, 2015)
Berdasarkan penelitian Iwayan (2016) jumlah pasien gastritis yang
rawat jalan sebanyak 300 orang sedangkan rawat inap sebanyak 230
orang dari kasus tersebut pasein mengalami nyeri ulu hati, selain
tindakan pemberian terapi medis sangat dimungkinkan untuk
penatalaksanaan nonfarmakologis saat ini karena tidak menimbulkan
efek samping, dan dapat memandirikan penderita gastritis untuk dapat
menjaga kesehatan mereka sendiri.
Kenyamanan adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual dan potensial yang tidak menyenangkan yang terlokaslisasi pada
suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit,
seperti emosi, perasaan takut dan mual (Black, 2014)
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
(Hidayat, 2014)
Diagnose keperawatan pada gangguan kebutuhan kenyamanan
nyeri terdiri atas beberapa diagnose diantaranya gangguan rasa
nyaman, nyeri akut, nyeri kronis (PPNI 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
pasien gastritis dengan Gangguan Kebutuhan Kenyamanan Nyeri”
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien gastritis
dengan masalah kebutuhan kenyamanan (nyeri)?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien gastritis
dengan masalah kebutuhan kenyamanan (nyeri)
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran pengkajian keperawatan pada pasien
gastritis dengan masalah kebutuhan kenyamanan (Nyeri)
b. Mengetahui gambaran diagnosa keperawatan pada pasien
gastritis dengan masalah kebutuhan kenyamanan (Nyeri)
c. Mengetahui gambaran perencanaan keperawatan pada pasien
gastritis dengan masalah kebutuhan kenyamanan (Nyeri)
d. Mengetahui gambaran implementasi dan evaluasi keperawatan
pada pasien gastritis dengan masalah kebutuhan kenyamanan
(Nyeri)
D. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Masyarkat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara
penerapan asuhan keperawatan pada pasien gastritis dengan
masalah kebutuhan kenyamanan (Nyeri)
2. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan hasil
riset tentang pelaksanaan manajemen keperawatan pada pasien
gastritis dengan masalah kebutuhan kenyamanan (Nyeri)
3. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai acuan atau tidak ukur
keberhasilan yang telah dicapai oleh para ilmuan untuk dapat lebih
maju terutama dalam teknologi keperawatan dan displin ilmu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Dalam Kebutuhan Kenyamanan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang paling penting
dalam proses keperawatan. Jika langkah ini tidak ditangani dengan
baik, perawat akan kehilangan control atas langkah-langkah
selanjutnya dari proses keperawatan. Tanpa pengkajian
keperawatan dan tanpa diagnosis keperawatan tidak ada tindakan
keperawatan mandiri.
Menurut (Hidayat, 2013) Pengkajian pada masalah nyeri
yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri serta keluhan
nyeri seperti lokasi nyeri, identitas nyeri, kualitas nyeri dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST, yaitu
sebagai berikut :
P (pemacu), yaitu factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri
Q (Quality) dan nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau
tersayat
R (Region), yaitu daerah perjalanan nyeri
S (Saverty) adalah keparahan atau intensitas nyeri
T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
2. Diagnosa
Menurut (PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I, 2016), Diagnosis
keperawatan merupakan suatu penilaian teknis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatannya, proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kebutuhan
kenyamanan, sebagai berikut:
a. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh nyeri
b) Objektif
(1) Tampak meringis
(2) Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari
nyeri)
(3) Gelisah
(4) Frekuensi nadi meningkat
(5) Sulit tidur
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektf
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Tekanan darah meningkat
(2) Pola napas berubah
(3) Nafsu makan berubah
(4) Proses berpikir terganggu
(5) Menarik diri
(6) Berfokus pada diri sendiri
(7) Diaforesis
b. Nyeri kronis
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan
2) Penyebab
a) Kondisi musculoskeletal kronis
b) Kerusakan sistem saraf
c) Penekanan saraf
d) Infiltrasi tumor
e) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuoromodulator,
dan reseptor
f) Gangguan imunitas (mis, neuropati terkait HIV, virus
varicella-zoster)
g) Gangguan fungsi metabolic
h) Riwayat posisi kerja statis
i) Peningkatan indeks massa tubuh
j) Kondisi pasca trauma
k) Tekanan emosional
l) Riwayat penganiayaan (mis, fisik, psikologis, seksual)
m)Riwayat penyalahgunaan obat/zat
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh nyeri
(2) Merasa depresi (tertekan)
b) Objektif
(1) Tampak meringis
(2) Gelisah
(3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(1) Merasa takut mengalami cedera berulang
b) Objektif
(1) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
(2) Waspada
(3) Pola tidur berubah
(4) Anoreksia
(5) Focus menyempit
(6) Berfokus pada diri sendiri
c. Gangguan rasa nyaman
1) Definisi
Merasa kurang nyaman, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik psikospritual, lingkungan, budaya atau sosial.
2) Penyebab
a) Gejala penyakit
b) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c) Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial,
sosial dan pengetahuan)
d) Kurangnya privasi
e) Gangguan stimulus lingkungan
f) Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
g) Gangguan adaptasi kehamilan
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh tidak nyaman
b) Objektif
(1) Gelisah
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(1) Mengeluh sulit tidur
(2) Tidak mampu rileks
(3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
(4) Merasa gatal
(5) Mengeluh mual
(6) Mengeluh lelah
b) Objektif
(1) Menunjukkan gejala distress
(2) Tampak merintih/menangis
(3) Pola eliminasi berubah
(4) Postur tubuh berubah
(5) Iritabilitas
3. Rencana keperawatan
a) Nyeri akut
1) Tujuan :
a) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
b) Keluhan nyeri menurun
c) Penggunaan analgetik menurun
d) Meringis menurun
e) Sikap protektif menurun
f) Gelisah menurun
g) Kesulitan tidur menurun
h) Menarik diri menurun
i) Muntah menurun
j) Mual menurun
k) Frekuensi nadi membaik
l) Pola napas membaik
m) Tekanan darah membaik
n) Focus membaik
o) Nafsu makan membaik
p) Pola tidur membaik
2) Intervensi
Manajemen nyeri
Observasi :
(a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
(b) Identifikasi skala nyeri
(c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Teraupetik :
(a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akunpresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
(b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis,
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(c) Fasilitasi istirahat dan tidur
(d) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
(a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
(d) Anjurkan menggunakan analgenik secara tepat
(e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
(a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b) Nyeri kronis
1) Tujuan :
a) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
b) Keluhan nyeri menurun
c) Penggunaan analgetik menurun
d) Meringis menurun
e) Sikap protektif menurun
f) Gelisah menurun
g) Kesulitan tidur menurun
h) Menarik diri menurun
i) Muntah menurun
j) Mual menurun
k) Frekuensi nadi membaik
l) Pola napas membaik
m) Tekanan darah membaik
n) Focus membaik
o) Nafsu makan membaik
p) Pola tidur membaik
2) Intervensi :
Pemberian analgetik
Observasi
(a) Identifikasi karakter nyeri (mis, pencets, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
(b) Identifikasi riwayat alergi obat
(c) Identifikasi kesesuaian jenis analgetik (mis, narkotika,
non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri
(d) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
Teraupetik
(a) Dokumentasikan respons terhadap efek analgetik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
(a) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik sesuai
indikasi
c) Gangguan rasa nyaman
1) Tujuan :
a) Kesejahteraan fisik meningkat
b) Kesejahteraan psikologis meningkat
c) Dukungan sosial dari keluarga meningkat
d) Dukungan sosial dari teman meningkat
e) Perawatan sesuai kebutuhan meningkat
f) Keluhan tidak nyaman menurun
g) Gelisah menurun
h) Kebisingan menurun
i) Keluhan sulit tidur menurun
j) Mual menurun
k) Lelah menurun
l) Merintih menurun
m)Menangis menurun
n) Suhu ruangan membaik
o) Postur tubuh membaik
p) Pola tidur membaik
2) Intervensi :
Teraupetik
(a) Tempatkan pada matras/tempat tidur teraupetik yang
tepat
(b) Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
(c) Berikan bantal yang tepat pada leher
(d) Hindari menempatkan pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
Edukasi
(a) Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan, implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi , perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut
(Kozier, 2010)
5. Evaluasi
Menurut Potter & perry, 2000 dalam Dermawan (2012)
evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku klien terhadap keluhannya.
untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Format evaluasi :
S : Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien setelah
melakukan tindakan
O : Objektif adalah informasi yang didapat dari hasil pengamatan,
pengukuran, penilaian yang dilakukan oleh perawat
A : Analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif yang bertujuan untuk mengetahui tindakan yang sudah
dilakukan teratasi, sebagaian teratasi dan tidak teratasi
P : Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang dilakukan
berdasarkan analisa data

B. Gangguan Kenyamanan nyeri Pada Gastritis


1. Pengertian
Gastritis adalah suatu inflamasi dinding lambung, yang
disebabkan oleh iritasi pada mukosa lambung (Priscilla & Karen,
2014)
Penyakit gastritis merupakan saluran pencernaan yang
paling sering ditemukan, gastritis dapat bersifat akut yang dating
mendadak dalam beberapa jam atau beberapa hari dan dapat juga
bersifat kronis sampai berbulan-bulan atau bertahun.(Diyono & Sri
Mulyanti, 2013)
Nyeri gastritis timbul karena pengikisan mukosa yang dapat
menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti prostaglandin dan
histamine pada lambung yang ikut berperan dalam merangsang
reseptor nyeri. Nyeri akut akibat penyakit gastritis bila tidak
ditangani sendini mungkin atau dibiarkan maka berakibat semakin
parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka
(ulkus) atau yang dikenal dengan tukak lambung.
Kenyamanan adalah pengalaman sensori nyeri dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual dan potensial yang tidak menyenangkan
yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan
mual (Black, 2014)
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.(Hidayat, 2014)

2. Gangguan nyeri pada gastritis


Patofisiologi
Pada dasarnya mukosa lambung merupakan barrier pertama
untuk melindungi jaringan lambung itu sendiri. Factor-faktor risiko
di atas menyebabkan injuri pada mukosa lambung yang
mendorong munculnya proses inflamasi lambung. Proses inflamasi
menyebabkan edema lambung dan peningkatan permeabilitas
mukosa lambung, sehingga dapat meningkatkan diffuse balik
(black diffusion) asam hidroklorik ke dalam mukosa lambung yang
akhirnya dapat merusak mukosa dan jaringan parietal dibawahnya.
Kerusakan akan semakin berat bila ada kontaminasi bakteri dan
kondisi anemia. Iritasi dan erosi mukosa lambung sering diikuti
dengan perdarahan dan hilangnya fungsi lambung.

3. Fisiolofi nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan.Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor
merupakan ujung-ujung syarat sangat bebas yang memilki sedikit
atau bahkan tidak memilki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati
dan kandung empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostagiandin, dan
macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan
saling bertautan.Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk substntia
gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian,
impuls nyeri menyebrangi sum-sum tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling
utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinotalamus
dan spinothalamic tract (SRT) yang membawa informasi tentang
sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur
mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiatedan jalur nonopiate.
Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sum-sum tulang
belakang yang terkonduksi dengan nociceptor impuls supresif.
Serotin merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. Sistem
supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A. jalur nonopiate merupakan jalur
desenden yang tidak memberikan respons terhadap naioxone
yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Hidayat&Uliyah,
2014)
4. Pengaturan Kenyamanan nyeri pada Gastritis
Makanan sangat penting bagi tubuh kita.Tubuh kita
membutuhkan asupan nutrisi berupa karbohidrat, lemak, protein
dan senyawa-senyawa gizi penting lainnya.Asupan makanan ini
harus didukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai.Pola
makan yang teratur sangat penting bagi kesehatan tubuh kita,
sedangkan pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan
gangguan di sistem pencernaan atau penyakit yang mungkin
terjadi dan sering dibiarkan oleh banyak orang, salah satunya
adalah penyakit maag. Penyakit gastritis ini jika dibiarkan akan
semakin parah, terlebih jika tidak ada pengaturan pola makan yang
baik dan benar, maka akan menimbulkan kekambuhan yang akan
mengganggu aktifitas penderita (Sulastri, 2012)
Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan
energinya 60-70% berasal dari karbohidrat, 15-20% dari protein
dan 20-30% dari lemak, disamping cukup akan vitamin, mineral
dan serat. Pola makan tersebut terbagi dalam 3 periode yaitu,
sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan sarapan tidak
boleh diabaikan, karena makanan menentukan kerja tubuh dari
pagi hingga siang hari
Salah satu penyebab utama meningkatnya asam lambung
adalah pola makan yang tidak teratur.Makanan atau minuman
yang dikonsumsi dan masuk kedalam lambung berfungsi
mengurangi kepekatan asam lambung sehingga tidak sampai
menggerogoti lambung.
5. Edukasi kenyamanan nyeri pada penyakit Gatritis
1) Teknik relaksasi nafas dalam
a) Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan metode
yang efektif untuk mengatasi nyeri kronis.Relaksasi yang
sempurna dapat mengurangi ketegangan otot kejenuhan,
dan ansiets sehingga dapat mencegah peningkatan
intensitas nyeri.Tigaa hal utama yang diperlukan dalam
teknik relaksasi adalah posisi klien yang tepat, pikiran yang
berisitirahat dan lingkungan yang tenang.
b) Prosedur teknik relaksasi nafas dalam
Prosedur teknik relaksasi nafas dalam adalah :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3) Minta klien untuk duduk atau mengambil posisi yang
nyaman, rileks, dan tanpa beban
4) Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui hidung
sehingga rongga paru terisi darah bersih, kemudian
menghembuskannya melalui mulut secara perlahan dan
membayangkannya keluar dari setiap bagian tubuh.
Bersamaan dengan hal ini, minta klien untuk
memusatkan perhatian dan menikmati perasaan yang
muncul saat otot klien menjadi lemas dan rileks.
5) Minta klien untuk bernafas secara normal selama sekitar
1-2 menit
6) Selanjutnya, minta klien untuk kembali mengambil nafas
dalam dan menghembuskannya secara perlahan sambil
merasakan udara mengalir dari tangan dan kaki menuju
ke paru untuk selanjutnya dibuang ke luar
7) Minta klien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan serta udara yang dikeluarkan dan merasakan
kehangatannya
8) Anjurkan klien kembali melakukan prosedur no.5 dengan
memusatkan perhatian pada kaki, tangan, punggung,
abdomen, dan bagian tubuh yang lain.
9) Setelah merasa rileks, minta klien untuk meningkatkan
irama pernafasan secaran perlahan. Gunakan
pernafasan dada atau abdomen.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Studi Kasus
Rancangan penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif
observasional.Metode penelitian deskriptif observasional adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang
dihadapi pada situasi sekarang (Setiadi, 2013)
Studi kasus ini adalah studi untuk melihat gambaran proses asuhan
keperawatan yang terjadi pada 2 pasien dengan diagnose medis
penyakit gastritis dengan masalah keperawatan gangguan kebutuhan
kenyamanan nyeri.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 pasien yang
mengalami Penyakit Gastritis dengan masalah keperawatan gangguan
kebutuhan kenyamanan nyeri.Pengambilan subjek dalam penelitian ini
mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi
a. Bersedia menjadi responden dan mau menandatangani
informant consent
b. Pasien dengan diagnose Gastritis yang mengalami gangguan
kenyamanan nyeri
c. Pasien berjenis kelamin perempuan
d. Usia
2. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek
memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikut sertakan dalam
penelitian
a. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
b. Pasien dengan konsumsi analgetik

C. Fokus Studi Kasus


Kajian utama studi kasus ini adalah asuhan keperawatan dan yang
menjadi titik acuhan setelah diterapkannya proses asuhan keperawatan
pada pasien Gastritis dengan masalah gangguan Kenyamanan (Nyeri)
D. Defisisensi Operasional Fokus Studi
1. Kebutuhan Kenyamanan nyeri
Kenyamanan adalah pengalaman sensori nyeri dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual dan potensial yang tidak menyenangkan
yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan
mual
2. Pengertian penyakit Gastritis
Gastritis adalah inflamasi pada mukosa lambung yang
disertai kerusakan atau erosi pada mukosa.Di mana pada pasien
penyakit gastritis akut sering mengalami mual, muntah, pusing,
malaise, anoreksia sedangkan gastritis kronis biasanya ditandai
dengan penurunan berat badan, perdarahan, dan anemia. Dan
biasanya sering terjadi pada perempuan dengan rentang usia 24-49
tahun.
E. Instrumen dan pengumpulan data
Instrumen studi kasus ini dilaksanakan berupa data tertulis pada
rekam medic klien yang berisi data pribadi meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan, nomor rekam medic dan berupa
wawancara mengenai keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat
keluhan sehari-hari, dan pemeriksaan fisik sehingga dara pendukung
untuk diterapkannya proses asuhan keperawatan. Metode yang
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data pada studi kasus ini
meliputi :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang informasi
diperoleh dengan cara bertanya langsung kepada responden
(Hasmi, 2012)
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitan melalui
pengaalaman terhadapa suatu objek atau proses, baik secara visual
menggunakan pancaindera (penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan) atau alat untuk memperoleh informasi yang diperlukan
dalam upaya menjawab masalah penelitian (Supardi & Surahman,
2014)
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data pribadi pasien yang meliputi: Nama,
umur, no rekam medic, diagnose medis dan melakukan evaaluasi
setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan.
F. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di RS Tk. II Pelamonia pada bulan …..
2020
G. Analisa Data dan Penyajian Data
Data untuk studi kasus, dilakukan secara observasional deskriptif
dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan keperawatan,
disertai hasil ungkapan verbal yang diperoleh dari subjek studi kasus
sebagai data pendukung. Hasil studi kasus digambarkan secara naratif
berdasarkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.
H. Etika Studi Kasus
Dalam menjalankan penelitian, memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak insititusi atau pihak lain dengan mengajukan
permohonan ijin kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini kepada
RS Tk. II Pelamonia.
Setelah mendapatkan persetujuan kemudian dilakukan penelitian
dengan menekan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Informed consent(lembaran persetujuan)
Lembaran persetujuan ini akan diberikan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul dan
manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan
memaksa kehendak dan tempat menghormati hal-hal subjek
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kesehatan peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode
3. Confidentially
Peniliti wajib merahasiakan data-data yang sudah
dikumpulkannya.Kerahasiaan itu bukan tanpa alasan seringkali
subjek peneliti menghendaki agar dirinya tidak di ekspos kepada
khalayak ramai. Oleh karena itu, jawaban tanpa nama dapat dipakai
dan sangat dianjurkan subjek peneliti memang menurut peneliti
mengetahui identitas subjek, ia harus memperoleh persetujuan
terlebih

Anda mungkin juga menyukai