Anda di halaman 1dari 38

Gangguan Sirkulasi

Darah
Ns. Masniati Arafah, S.Kep., M.Kep
 G3 sirkulasi darah  kondisi ketidaklancaran
peredaran darah seseorang akibat gangguan pada
jantung dan pembuluh darah
 Faktor penyebab gangguan sirkulasi darah :
Definisi  Terdapatnya plak atheromatus,
 Kekentalan darah yang tinggi dan
 Kurangnya elastisitas dinding pembuluh darah
Sirkulasi darah dapat berlangsung normal  jantung
dan pembuluh darah
Jenis Gangguan Sirkulasi Darah

Kongesti/Bendungan/Hiperemia

Perdarahan
Gangg.
Trombosis
yang
Embolus mhambat
sirkulasi
Syok

Infark
Kongesti/Bendungan/Hiperemia

Kongesti adalah keadaan volume


darah meningkat disertai
melebarnya pembuluh darah.

Kongesti adalah keadaan dimana


terdapat darah secara berlebihan di
dalam pembuluh darah pada daerah
tertentu.
Kongesti/Bendungan/Hiperemia

Kongesti dibedakan menjadi :

Hiperemia akut  kongesti atau bendungan yang tidak terjadi perubahan yang nyata

Hiperemia kronis  kongesti atau bendungan yang disertai perubahan seperti


edema
Kongesti/Bendungan/Hiperemia

Hiperemia aktif  kongesti yang mengakibatkan arteriol atau kapiler mengalami


vasodilatasi karena aliran darah ke suatu daerah meningkat. Contohnya :
 Saat olah raga maka terjadi vasodilatasi  hyperemia fungsional.
 Kemerahan kulit wajah akibat rasa malu (blussing).
Kongesti  dibedakan menjadi :
Fibris/hyperthermia.
 Hiperemia pada eritema.
Kongesti/Bendungan/Hiperemia

Hiperemia pasif  aliran darah vena


menurun mengakibatkan dilatasi
pembuluh vena dan kapiler
bendungan hipostatik. Sebagai
contoh bendungan paru yang terjadi
pada penderita gagal jantung dan
varices. Terjadi dalam waktu singkat,
jika rangsangan terhadap arteriol dan
vena berhenti maka sirkulasi akan
normal kembali.
Perdarahan

 Keluarnya darah dari sistem kardiovaskular yang dapat disertai


dengan penimbunan darah dalam jaringan atau ruang tubuh atau
disertai keluarnya darah dari tubuh.
 Ada 2 bentuk perdarahan :
- Perdarahan internal  terjadi didalam tubuh
- Perdarahan Eksternal
 Trauma  integritas atau
keutuhan pembuluh darah hilang
sehingga terjadi perdarahan.

 Kelainan mekanisme hemostatis.


Penyebab
perdarahan  Perdarahan akibat darah
mengalami defesiensi faktor
pembekuan pada penyakit
hemofilia.
 Respon tubuh jika terjadi perdarahan kecil
dan cepat kontraksi pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah.
Pada perdarahan banyak dan tidak
diabsorbsi maka akan timbul jaringan
fibrosis.
Respon
Tubuh thdp Perdarahan besar dan cepat yang akan
berakibat menurunnya tekanan darah
Perdarahan sehingga tubuh merespon dengan
melakukan kompensasi berupa
 Peningkatan denyut jantung,
 Vasoktriksi arteri perifer oleh hormon
adrenalin. Respon tersebut akan
menaikan tekanan darah dan sirkulasi
darah normal kembali.
Perdarahan di kulit dan mukosa:
 Peteki : Perdarahan di bawah kulit kecil seperti titik-
titik.
 Ekimosis : Perdarahan yang lebih besar dibanding
peteki.
Perdarahan  Purpura : Perdarahan berupa bercak-bercak
Internal tersebar luas.
 Hematoma : Penimbunan darah dalam jaringan.
Perdarahan dalam Rongga tubuh:
 Perdarahan yang terjadi dirongga thorak disebut
hemothorak.
 Perdarahan yang terjadi di rongga peritonium
disebut hemoperitonium.
 Perdarahan yang terjadi dalam rongga sendi
Perdarahan disebut hemartrosis
Internal
Organ tubuh:
 Perdarahaan yang terjadi dalam uterus disebut
hematometrium.
 Perdarahan yang terjadi dalam vagina disebut
hematokolpos.
 Perdarahan yang terjadi dalam testis disebut
hematokel
Perdarahan pada saluran nafas
 Perdarahan yang terjadi keluar dari lubang hidung
disebut epiktaksis.
 Perdarahan yang terjadi dalam bentuk-bentuk
berdarah disebut hemoptisis.
Perdarahan pada saluran pencernaan
 Perdarahan yang terjadi dalam bentuk muntah darah
Perdarahan disebut hematemesis.
Eksternal  Perdarahan segar yang terjadi berasal dari usus
disebut hematosezia.
 Perdarahan yang terjadi tidak segar berasal dari usus
disebut melena.
Perdarahan pada uterus :
 Perdarahan yang terjadi saat menstruasi lebih banyak
dari normal (80 ml/hr) disebut menoragi.
 Perdarahan abnormal yang terjadi antara periode atau
tidak terkait dengan menstruasi disebut metoragi.
Trauma
• Hilangnya integritas atau keutuhan
pembuluh darah

Hilangnya Mekanisme Homeostatis


Penyebab • Defesiensi faktor pembekuan pada
Perdarahan penyakit hemofilia.

Kerusakan/Kelainan PD
Trombosis

 Keadaan di mana aliran darah melambat maka trombosit akan


melekat pada permukaan bagian dalam dinding pembuluh darah.
 Trombosit yang melekat semakin lama semakin banyak dan saling
melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol di dinding
pembuluh darah.
 Bila massa tersebut lepas dari dinding pembuluh darah disebut
embolus.  akan mengikuti aliran darah dan pada suatu tempat
berhenti menyumbat pembuluh darah tersebut dan disebut
embolisme.
 Kerusakan dinding bagian dalam pembuluh darah.
 Aterosklerosis  dinding pembuluh darah menebal
dan tidak rata.
 Poliarteritis nodosaperadangan pada pembuluh
darah
 Trombophlebitis  aliran darah melambat--> kontak
antara trombosit dan dinding bagian dalam pembuluh
darah endotel sehingga mudah menimbulkan trombus
Etiologi  varises dan hemoroid
 Perubahan konstitusi darah  Jumlah dan sifat
trombosit dapat sewaktu waktu dapat mengalami
perubahan yang dapat mempermudah terbentuknya
trombus. Seperti pada pasien paska operasi dan seorang
ibu yang sedang dalam masa nifas, maka saat itu
jumlah trombosit dalam darah meningkat 2-3 kali dan
lebih mudah melekat pada endotel sehingga mudah
terbentuk trombus
 Pada pembuluh vena
Akibat yang akan timbul jika terjadi
trombosis dalam pembuluh darah vena
yaitu bendungan masif, edema dan
nekrosis.
Akibat  Pada pembuluh arteri
trombosis
Akibat yang akan timbul jika trombosis
terjadi pada pembuluh darah arteri
yaitu iskemia, nekrosis, infark dan
gangren.
 Embolus adalah suatu benda asing yang
terbawa aliran darah berasal dari suatu
tempat tersangkut dan menyumbat
pembuluh darah.
 Bentuk embolus  Embolus dapat
berbentuk benda padat yang berasal
dari sel kanker, bakteri atau jaringan dan
dapat berupa cairan
Zat lemak
Butiran lemak yang mengikuti aliran darah dapat
menyumbat arteri sehingga terjadi embolus. Hal ini
sering terjadi pada kejadian fraktur tulang panjang seperti
tulang tibia dan femur yang disertai kerusakan sumsum
tulang. Selain itu sering terjadi pada wanita dalam masa
nifas, pada pasien luka bakar, alkoholisme dan gizi buruk.
Cairan amnion

Bentuk Embolus ini terjadi pada ibu yang sedang melahirkan atau
pada masa nifas dengan gejala syok, dyspnea dan
embolus kematian mendadak. Hal ini terjadi akibat adanya
embolus pada arteri pulmonalis yang berasal dari
jaringan epitel kulit bayi, vernix caseosa dan lanugo.
Embolus gas
Pada operasi thorax yang memotong vena besar akan
mudah terjadi masuknya gelembung gas ke dalam
sirkulasi darah dan menyumbat sehingga menyebabkan
kematian. Embolus juga dapat terjadi pada pemberian
cairan infus, transfusi darah dan pemberian obat melalui
vena.
Embolus Vena
Sebagian besar kejadian embolus dalam vena
berasal dari vena tungkai bawah dan vena dalam
pelvis yang dibawa mengikuti aliran darah masuk
Jenis ke dalam jantung dan akhirnya tersangkut di
arteri paru paru. Dengan demikian akan terjadi
Embolus embolus arteri pulmonalis yang menyebabkan
infark pada paru-paru. Tetapi infark di paru paru
jarang terjadi karena paru paru memiliki
perbekalan darah kembar
Embolus Arteri

Jenis  Embolus arteri kebanyakan banyak berasal dari


jantung atau dari aorta.
Embolus  Daerah yang sering terkena embolus arteri yaitu
pada otak, ginjal, limpa dan usus.
Syok

 Kondisi ketidakseimbangan antara volume


darah dengan ruang vaskular yang
disebabkan oleh bertambahnya ruang
vaskular.

 Ketidakseimbangan antara volume darah


dengan ruang vaskular karena
berkurangnya volume darah.
1) Syok primer
Kondisi jika terjadi defisiensi sirkulasi
akibat ruang vaskular membesar karena
mengalami vasodilatasi maka akan terjadi syok
primer.
Contohnya pada :
Jenis Syok  Kasus kecelakaan berat,
 Nyeri yang sangat berat seperti pada
hernia incarcerata atau
 Ketakutan melihat sesuatu yang
mengerikan.
Pasien akan nampak pucat, pingsan, nadi cepat
dan kecil, tekanan darah rendah.
2) Syok Sekunder
Ketidakseimbangan cairan yang
menyebabkan defisiensi sirkulasi
akibat jumlah darah dan aliran
darah juga turun maka akan terjadi
syok sekunder.
Jenis Syok
Contohnya pada kasus perdarahan
hebat
Pasien menunjukkan gejala lemas,
tangan dingin dan basah, vena kolaps,
nadi cepat tapi lemah, tekanan darah
rendah bahkan oliguria
 Permeabilitas kapiler
Ketika permeabilitas kapiler
bertambah maka cairan dalam darah
akan keluar kapiler masuk ke jaringan.
Akibatnya dalam darah akan terjadi
Faktor pengentalan darah
Penyebab (Haemokonsentrasi) dan volume darah
Syok akan berkurang.
 Volume darah
Volume darah dapat berkurang
sebagai akibat langsung dari kejadian
luka-luka, pembedahan atau muntah
dan diare.
 Vasodilatasi
Ketika terjadi vasodilatasi maka
Faktor volume darah yang mengalir dalam
Penyebab pembuluh darah seperti berkurang
sehingga darah yang kembali ke
Syok jantung berkurang. Akibatnya cardiak
output pun jadi berkurang sehingga
gejala syok akan terlihat.
Syok Hipovolemik

Syok Kardiogenik
KLASIFIKASI
Syok
Syok Obstruktif

Syok Distributif
 Akibat dari penurunan
preload
 Etiologi :
Syok • Hemoragik : trauma,
Hipovolemik perdarahan GI, rupture
aneurisma
• Non-hemoragik :
kehilangan cairan melalui
diare, muntah luka bakar
 Akibat dari penurunan pompa
jantung
 Etiologi :
• Disfungsi sistolik : infark
miokard, kardiomiopati,
Syok hipertensi pulmonal
Kardiogenik • Disfungsi diastolik : hipertropi
ventrikel, kardiomiopati
• Disritmia: bradiaritmia,
takiaritmia
• Gangguan Struktur : Stenosis
atau regurgitasi, ruptur septal
 Akibat dari dilatasi pembuluh darah
besar-besaran  Penurunan
Systemic Vascular Resistance
(SVR)  penurunan Preload
 Etiologi :
Syok • Sepsis: infeksi (pneumonia,
Distributif peritonitis, prosedur invasif)
• Neurogenik : cedera medulla
spinalis, anastesi spinal, depresi
pusat vasomotor
• Reaksi anafilaktik : reaksi
hipersensitivitas (alergi)
Infark

 Sumbatan yang terjadi pada aliran arteri


menimbulkan gangguan sirkulasi darah setempat
sehingga terjadi iskemia pada daerah yang dialiri
yang berakhir menjadi infark.
 Sumbatan terjadi secara perlahan lahan, cepat dan
menetap yang berasal dari embolus dan trombus.
 Juga karena adanya arteriosklerosis yang
menyebabkan aliran darah tidak lancar akibatnya
suplai darah kurang dan akhirnya muncul iskemia
dan akhirnya infark.
 Infark pucat/anemik
Umumnya terjadi akibat
penyumbatan arteri pada organ
tubuh yang padat seperti jantung
dan ginjal.
Bentuk Infark  Infark merah/haemoragi
Banyak terjadi pada organ tubuh
yang terdiri atas jaringan yang
renggang seperi paru paru dan
usus.
 Segera setelah terjadi sumbatan pembuluh
darah, maka daerah yang terkena akan
mengalami perubahan warna menjadi hiperemi
  beberapa jam daerah yang terkena akan
menjadi membengkak dan perdarahan
Patogenesis   24 jam pada organ jantung dan ginjal akan
Infark berubah menjadi pucat sedangkan pada paru-
paru dan usus akan berubah merah
  Beberapa hari kemudian jantung dan ginjal
menjadi putih berbatas tegas dengan sekitarnya
sedangkan paru-paru dan usus tidak mengalami
perubahan.

Anda mungkin juga menyukai