Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PEDAHULUAN PADA TN.

L DENGAN ABDOMINAL PAIN


DI RUANG DAHLIA 3 RSUD TUGUREJO SEMARANG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi
Keperawatan Medikal Bedah (PPKMB)

Disusun Oleh:

PUTRI RATNA WIDIASTUTI (2108095)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2022
A. Pengertian
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan
yang terasa disetiap regio abdomen. Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri
abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Nyeri abdomen akut biasanya
digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak,
dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada
suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang
menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri
perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan
menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
1. Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang
meliputi organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf
otonom. Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan
atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus
tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan
tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme)
akan member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit. Pasien
biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi
nyeri, digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh
telapak tangan. Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan,
pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan bertambahnya
rasa nyeri.
2. Nyeri somatic
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang
dipersarafi oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat
ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya
memakai jari. Rangsangandapat berupa rabaan, tekanan, perubahan
suhu, kimiawi atau proses peradangan. Pergeseran antara organ viseral
yang meradang dengan peritoneum parietal akan menimbulkan
rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya
sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan
rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap
gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa
gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal
inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut
biasanya berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan
menahan batuk. Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan
gejala lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis
kemungkinan.
3. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau
berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat behubungan dengan
ekserbasi akut.
B. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
1. Ulkus yang mengalami perforasi
2. Irritable bowel syndrome
3. Apendisitis
4. Pankreasitis
5. Batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin
bisa berakibat fatal.
C. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang,
biasanya selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan
psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses
penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat
meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada
saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada
mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan
diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa
nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual
yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat
timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar
akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus
digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem
saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai
serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan
lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis,
dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan
saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar
dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada
traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks
serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau
akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi.
Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas,
hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri
yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan) Menurut Pengkajian Virginie
Henderson, masalah yang ditemui pada pasien dengan masalah
Abdominal pain hanya yang muncul beberapa dari 14 pengkajian tersebut:
1. Pola Oksigenasi Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti
pernafasan dangkal karena nyeri pada abdomen, RR meningkat
2. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatan mereka diatur)
3. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan
metabolik)
4. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam
kehidupan sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak)
5. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas dalam
kehidupan sehari - hari)
6. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat
pasien) Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola tidur
yang diakibatkan nyeri
7. Pola Nyeri / Kenyamanan Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri
tergantung pada jenis nyeri, misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon
emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot
daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
8. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri sendir,
bagaimana cara seseorang memandang dirinya)
9. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
10. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)
11. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
F. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data  yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengantisipasi kekuatan dan
pertahanan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pada pasien
diabetes melitus, pengkajian data dasar pasien meliputi:
1. Riwayat
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri pada perut, tidak bisa BAB,
mual dan muntah
b. Riwayat kesehatan dahulu
Memiliki riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti infark miokard
atau tidak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga memiliki riwayat DM, HT, Jantung atau tidak
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adannya faktor resiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan kesehatan
b. Pola aktivitas
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik
tangga, serta berikan keterangan skala dari 0 – 4 yaitu :
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan / tidak mampu
c. Pola nutrisi
Ditanyakan :
1) Berapa kali makan sehari
2) Makanan kesukaan
3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
d. Pola eliminasi
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri
3) Kuantitas
e. Pola istirahat dan tidur
Ditanyakan :
1) Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
2) Kualitas dan kuantitas jam tidur
f. Pola kebersihan diri
Ditanyakan : Berapa kali mandi sehari, dibantu keluarga atau secara
mandiri
g. Pola koping terhadap stress
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.
i. Pola peran
1) Hubungan dengan anggota keluarga
2) Dukungan keluarga
3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
j. Kepercayaan dan keyakinan
1) Persepsi keyakinan
2) Tindakan berdasarkan keyakinan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran: GCS
c. TTV: TD, nadi, suhu, RR, SPO2
d. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil
isokor, sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan
tidak dapat dievalusai, mata tampak cowong.
e. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada
f. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas
normal
g. Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis, bernafas menggnkan apa?
h. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, vena jugularis 5 + 2cm H2O. tidak
ada benjolan limphe nodul.
i. Axila
Bersih/ tidak, ada lesi/perlukaan atau tidak
j. Payudara
Simetris/tidak, terdapat benjolan/tidak, ada lesi/perlukaan atau
tidak
k. Dada
1) Jantung (inspeksi, palpasi perkusi, auskultasi)
2) Paru-paru (inspeksi, palpasi perkusi, auskultasi)
3) Abdomen (inspeksi, auskulttasi, palpasi, perkusi)
l. Punggung
Simetris atau tidak, bersih/tidak, ada lesi /perlukan
m. Genetalia dan anus
Bersih/tidak, ada lesi/perlukan
n. Extremitas
Ada kelemahan otot/tidak, kekakuan sendi/tidak, terdapat
luka/tidak
o. Kulit
Warna kulit, lesi/perlukaan, memiliki tugor kulit baik/buruk
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
4. Hipovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan
5. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor psikologis (keengganan untuk makan)
I. RENCANA KEPERAWATAN

Hari/ No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi TTD


Tanggal/ DP
Waktu
Senin, 06 I Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Kontipasi (I.04160) Ratna
Juni 2022 keperawatan 3x24 jam maka Observasi
13.00 masalah konstipasi
- Identifikasi faktor resiko konstipasi
WIB berhubungan dengan
(asupan serat tidak adekuat, asupan
Ketidakcukupan Asupan Serat
cairan tidak adekuat, aktifitas fisik
teratasi dengan Kriteria Hasil:
kurang)
Eliminasi Fekal (L.04033)
- Monitor tanda gejala konstipasi
1. Kontrol pengeluaran
feses membaik skor 5 - (feses keras, defekasi lama / sulit)

1. Keluhan defekasi lama


Terapeutik
dan sulit berkurang skor
5 - Batasi minuman yang mengandung

2. Peristaltik usus membaik kafein atau alkohol

skor 5 - Jadwalkan rutinitas BAK


Edukasi

- Jelaskan penyebab dan faktor resiko


konstipasi
- Anjurkan konsumsi makanan yang
berserat
- Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik
sesuai kebutuhan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu

Senin, 06 II Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (I.04153) Ratna


Juni 2022 keperawatan selama 3 x 24
13.05 jam maka masalah intoleransi Observasi
WIB aktifitas akan teratasi dengan - Monitor lokasi dan ketidak nyamanan
Kriteria hasil: selama melakukan aktivitas
Toleransi aktifitas (I.05047)
Terapeutik
1. Saturasi oksigen
- Fasilitasi duduk ditempat tidur, jika
meningkat
tidak dapat berpindah atau berjalan
2. Kemudahan dalam
melakukan aktifitas Edukasi
sehari-hari meningkat - Anjurkan tirah baring
3. Perasaan lemah
Kolaborasi
menurun
- Kolaborasi dengan ahli gizi tetang cara
4. Tekanan darah
meningkatkan asupan makan
membaik
5. Frekuensi nafas
membaik
Senin, 06 III Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) Ratna
Juni 2022 keperawatan 3x24 jam maka Observasi
13.10 Nyeri Akut dapat teratasi - Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
WIB dengan Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, intensitas, skala
Tingkat Nyeri (L08066) nyeri
1. 1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik
skala 5 menjadi skala 1 - Kontrol lingkungan yang
2. 2. Frekuensi nadi membaik memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
skor 5 ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. 3. Pola nafas membaik skor 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
4. 4. Pola tidur membaik skor 5 Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
(ketorolac 1x8 amp)
Senin, 06 IV Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia (I.03116) Ratna
Juni 2022 keperawatan selama 3 x 24 Observasi
13.15 jam maka hipovolemia akan - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
WIB teratasi dengan Kriteria hasil: (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
- Status Cairan (L.03028) teraba lemah, tekanan darah menurun,
1. Kekuatan nadi tekanan nadi menyempit,turgor kulit
membaik skor 5 menurun, membrane mukosa kering,
2. Turgor kulit membaik volume urine menurun, hematokrit
skor 5 meningkat, haus dan lemah)
3. Output urine membaik - Monitor intake dan output cairan
skor 5 Terapeutik
4. Tekanan darah - Hitung kebutuhan cairan
membaik skor 5 - Berikan posisi modified trendelenburg
5. Frekuensi nadi - Berikan asupan cairan oral
membaik skor 5 Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah

Senin, 06 V Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119) Ratna


Juni 2022 keperawatan selama 3 x 24 Observasi
13.20 jam maka Resiko perubahan - Identifikasi status nutrisi
WIB nutrisi kurang dari kebutuhan - Identifikasi alergi dan intoleransi
akan teratasi dengan Kriteria makanan
hasil: - Identifikasi makanan yang disukai
- Status Nutrisi (L.03030) - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Nafsu makan nutrient
meningkat skor 5 - Identifikasi perlunya penggunaan
2. Nyeri abdomen selang nasogastrik
menurun skor 5 - Monitor asupan makanan
3. Membran mukosa - Monitor berat badan
membaik - Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2018. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal:TheHighPrevalenceofPain in
Emergency Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2019.
3. Fauci, Antoni, dkk. 2019. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi
17. New York. Mcgrawhill companies.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department
Evaluation. Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2020.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2018. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta: EMS
6. R,Sjamsuhidajat, Wimde jong.2019. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
8. PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed). Jakarta: DPP PPNI
9. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI
10. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai