Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ABDOMINAL


PAIN
DIRUANG BOUGENFILLE III
RSUD LOEKMONO HADI KUDUS

DISUSUN OLEH :
NAMA : PUPUT PUJI RAHAYU
KELAS : 3A
NPM : 920173038

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio
abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri
abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut
bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit
perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling
sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
B. PATOFISIOLOGI
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal
dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui
pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat.
Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya
rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus
halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari
usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus
digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom
pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat
meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan
dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa,
lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan
saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia.
Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis
menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai
oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri
ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri
dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan,
impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri
dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum.
Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyeri yang disebabkan oleh kelainan
metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan
patogenesisnya.

C. ETIOLOGI
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Fokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses berpilur)
10) Tingkah laku distraksi
11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan nafsu makan
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Interaksi dengan orang lain menurun

2. Faktor predisposisi
a. Trauma
1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
akibat benturan, gesekan, luka
2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,
dingin, misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma psikologis

3. Faktor presipitasi
a. Ligkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

D. KOMPLIKASI
1. Gangguan pola istirahat tidur
2. Syok neurogenik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. CT scan
3. MRI
4. EKG

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan
mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif
diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula,
larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengakajian
a. Identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Suku bangsa
5) Pekerjaan
6) Pendidikan
7) Alamat
8) Tanggal MRS
9) Diagnosis
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri
perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
- Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah
menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan klien.
- Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
- Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan
perawatan diri.
- Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap
makanan dan klien selalu ingin muntah.
- Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.
- Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
- Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
- Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang.
- Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
- Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses
penyakitnya.
- Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
- Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
- Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi
jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
- Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
- Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
- Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang,
muntah.
- Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
f. Analisa Data
- Data 1
Ds : Nyeri pada perut
Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon
autonomik misalnya perubahan tanda vital.
Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik).
Etiologi : Proses penyakitnya.
- Data 2
Ds : Klien terlihat gelisah
Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi
wajah.
Masalah : Ansietas / cemas
Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian)
- Data 3
Ds : Nyeri perut
Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual.
Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi
Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya)
B. Diagnosa keperawatan
1. Data 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai
dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen,
respon autonomik.
2. Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan
klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata,
ekspresi wajah penderita.
3. Data 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya)
ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai
dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen,
respon autonomik.
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Klien menyatakan nyeri mulai berkurang
- Ekspresi wajah klien tidak menyeringai
Rencana tindakan
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.
b. Observasi TTV klien.
c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
d. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
e. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Rasional
a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien
sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa.
b. Untuk mengetahui perkembangan klien.
c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan
sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
e. Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu. Penelitian
menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia.
f. Untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan
klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata,
ekspresi wajah penderita.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil :
- Menunjukkan rileks
- Klien tidak terlihat gelisah
- Menunjukkan pemecahan masalah
Rencana tindakan
a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.
b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata.
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan
dengan kondisi fisik.
b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan merasa tak terkontrol terhaap
situasi atau mencapai status panik.
c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas
kesalahan konsep.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa tenang pada klien.
3. Diagnosa 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya)
ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.
Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut
Kriteria hasil :
- Klien tidak merasa mual dan muntah.
- Klien toleran terhadap makanannya.
Rencana tindakan
a. Kaji dan observasi TTV klien.
b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.
c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.
d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit.
Rasional
a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien.
b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki keadaan sistem pencernaan klien.
c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan
sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
d. Melakukan fungsi independen perawat
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Amin & Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, NIC, NOC, dalam Berbagai Kasus. Jakarta: EGC.
Judith & Nancy. 2015. BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan; Diagnosis NANDA ,
INTERVENSI NIC, KRITERIAHASIL NOC, ed. 9 Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai