Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori

A. Konsep Anak Usia Sekolah


1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Menurut WHO (World Health Organization) adalah golongan anak yang berusia
antara 7 sampai 15 tahun. Anak usia sekolah adalah anak- anak yang dianggap sudah
mulai mampu bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan
orangtua mereka, teman sebaya dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, et al., 2009).
Priode anak usia sekolah di negara-negara industri dimulai saat anak mulai masuk
sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai pubertas yaitu usia 12 tahun yang
merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2010). Periode
usia sekolah berakhir dengan usia kurang lebih 12 tahun, pada priode ini terdapat
priode pra-remaja dan priode pra-pubertas dan priode ini diakhiri dengan tanda awitan
pubertas (Kozier, et al., 2011). Anak usia sekolah berada pada pola perkembangan
yang rawan yaitu usia 10 tahun sampai 12 tahun atau tahap usia sekolah dasar. Pada
usia 10 sampai 12 tahun anak sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang mana
secara fisik maupun psikologis pada masa ini anak sedang menyongsong pubertas.
Anak usia sekolah masih dalam perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional,
mental, dan sosial, sehingga dubutuhkan cara-cara tentang penyampaian tentang
pengetahuan seks dan kesehatan reproduksi (Amaliyasari & Puspitasari, 2009).
2. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
a. Pertumbuhan Fisik
Anak usia sekolah dilihat berdasarkan berat badan memiliki kenaikan rata-
rata 3-3,5 kg pertahunnya, sedangkan tinggi badan anak usia sekolah memiliki
kenaikan rata-rata 6 cm atau 2,5 inchi pertahunnya (Behrman, Kliegman, &
Arvin, 2010). Berat badan anak laki-laki usia 6 tahun adalah sekitar 21 kg,
sedangkan berat badan anak perempuan lebih ringan 1 kg dari anak laki-laki yaitu
sekitar 20 kg. Berat badan anak usia sekolah usia 6 sampai 12 tahun mengalami
kenaikan rata-rata kurang lebih 3,2 kg pertahun. Tinggi badan anak usia 6 tahun
baik laki-laki maupun perempuan memiliki tinggi badan yang hampir sama, yaitu
kurang lebih 115 cm dan setelah usia 12 tahun memiliki tinggi badan 150 cm.
Uraian diatas menunjukkan bahwa anak usia sekolah mengalami pertumbuhan
fisik yang berbeda-beda pada setiap individu, disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan (Kozier, Berman, & Snyder, 2011).
b. Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif anak usia sekolah adalah kemampuan anak berpikir logis
dan sudah berubah dari pemikiran yang abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah
tidak lagi didominasi oleh persepsinya dan sekaligus sudah mampu untuk
memahami dunia secara luas. Anak usia 7 tahun mengalami perkembangan
kognitif tahap ketiga dalam teori Pieget. Ciri pokok perkembangan pada tahap
ketiga pieget, anak sudah mulai mampu menggunakan aturan-aturan yang jelas
dan logis, memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya pada benda-benda
yang bersifat konkret (Potter & Perry, 2010).
Anak dalam tahap operasional konkret cenderung sedikit egosentris dan
mengembangkan kemampuan decenteryang memungkinkan anak untuk
berkonsentrasi pada lebih dari satu aspek situasi. Anak juga mengembangkan
reversibilitas, yaitu kemampuan mencari cara memikirkan kembali suatu hal pada
asalnya. Decentring dan reversibilitas membuat anak menggunakan konservasi,
yaitu kemampuan mengenali jumlah kuantitas substansi tetap sama meskipun
terjadi perubahan bentuk atau penampilan. Anak usia sekolah juga mampu
menempatkan objek berdasarkan tingkatan ukuran yang disebut seriasi,
kemampuan ini terjadi pada usia 7 atau 8 tahun. Selama usia sekolah terjadi
proses mental yang lebih kompleks (Potter & Perry, 2010).
Anak usia sekolah menggunakan kemampuan kognitif untuk memecahkan
masalah. Anak usia sekolah yangmampu memecahkan masalah dengan baik
memiliki karakteristik sikap yang positif, persistensi, mampu mengambil
pelajaran dari suatu masalah, dan mampu mencari fakta tanpa menduga-duga
(Potter & Perry, 2010).
c. Perkembangan Psikososial
Anak usia sekolah berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan
keterampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti dewasa.
Anak usia sekolah yang mendapat keberhasilan positif merasa berharga, dan yang
gagal merasa mediokratis (biasa saja) atau perasaan tidak berharga, yang dapat
mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan sebaya (Potter & Perry, 2010).
d. Perkembangan Moral
Kebutuhan moral dan aturan sosial anak usia sekolah menjadi lebih nyata
sesuai peningkatan kemampuan kognitif dan pengalaman sosial anak usia
sekolah. Anak usia sekolah di usia 12 tahun mampu mempertimbangkan seperti
apa jadinya masyarakat tanpa aturan karena kemampuan mereka untuk membuat
alasan secara logis dan pengalamn mereka dalam kelompok bermain. Anak usia
sekolah memandang aturan sebagai prinsif dasar kehidupan, bukan hanya
perintah dari yang memiliki otoritas (Potter & Perry, 2010).
e. Pertumbuhan Emosional
Pertambahan usia anak meningkatkan kepekaan anak terhadap perasaannya
sendiri dan perasaan orang lain. Anak dapat mengatur ekspresi emosionalnya
dalam situasi sosial, dan anak dapat merespon tekanan emosional orang lain
(Papalia, 2010). Pemahaman emosi anak usia 6 sampai 7 tahun yaitu anak dapat
memahami dua perasaan yang muncul sekaligus. Anak usia 7 sampai 8 tahun
dapat mengembangkan kategori terpisah untuk emmosi positif dan negatif. Usia 7
sampai 8 tahun pada anak sudah mulai menyadari bahwa anak memiliki dua
perasaan yang sejenis terhadap target yang berbeda. Pada anak usia 8 sampai 10
tahun sudah dapat mengintegrasikan rangkaian emosi positif dan negatif.
Kemampuan anak mendeskripsikan perasaan yang saling bertentangan terhadap
target yang sama ditermuakan pada anak yang berusia 11 tahun (Papalia dkk,
2010), menambahkan tentang pandangan anak usia 7 atau 8 tahun yang
dipengaruhi oleh rasa malu, rasa bangga, dan jenis sosialisasi yang pernah
diterima si anak. (Papalia dkk, 2010), mengatakan bahwa anak-anak menjadi
lebih empati dan mulai condong pada tanda-tanda penyesuaian yang positif,
cenderung bertindak sesuai dengan situasi sosial, relatif bebas dari emosi negatif,
dan menghadapi masalah secara konstruktif. (Papalia dkk, 2010), mengatakan
bahwa kontrol terhadap emosi negatif merupakan salah satu aspek pertumbuhan
emosional. Anak-anak belajar tentang apa-apa yang membuat anak menunjukkan
emosi, dan mereka belajar tentang hal yang membuat mereka marah, takut, seduh,
dan baimana orang lain menunjukkan emosi ini, dan mereka belajar
mengadaptasikan perilaku mereka dengan emosi-emosi tersebut.
3. Masalah Pada Perilaku Anak Usia Sekolah
Perilaku antisosial bisa terjadi pada masa anak-anak,yaitu perilaku berbohong,
mencuri, dan berperilaku curang. Anak- anak berbohong untuk memenuhi suatu yang
diharapkannya karena tidak mampu melakukannya. Sebagian besar anak usia sekolah
sudah menghindari tindakan berbohong dan menipu, dan juga sangat peduli pada
kesalahan tindakan berbohong dan menipu terutama pada teman-temannya. Anak
akan segera memberitahukan yang lain jika menemukan tindakan berbohong dan
menipu (Wong, et al., 2009).
Anak usia sekolah juga sering berperilaku curang, terutama pada usia 5 sampai 6
tahun. Kesulitan anak menerima kekalahan dalam permainan atau perlombaan
menyebabkan anak berperilaku curang untuk mendapatkan kemenangan. Kebiasaan
curang dalam bermain akan terbawa pada saat ujian, dimana anak sering mencontek
atau memaksa teman memberi jawaban. Anak belum menyadari sepenuhnya
kesalahan perilaku ini dan melakukannya kembali hampir secara otomatis. Perbuatan
curang ini biasanya menghilang dengan kematangan anak (Wong, et al., 2009)
Perilaku antisosial seperti mencuri juga sering terjadi pada anak, terutama pada
usia 5 sampai 8 tahun. Perilaku mencuri pada anak terjadi karena hak anak dibatasi
dan keinginan kuat untuk memilki benda yang di dambakan. Sehingga, jika anak
tertarik pada sesuatu maka anak cenderung mengambil uang untuk membelinya atau
langsung mencuri benda yang diinginkan, sedangkan anak yang lebih besar akan
mencuri untuk menambah uang sakunya. Perilaku ini sebagian besar bisa diatasi
dengan cara memberi peringatan dan hukuman yang tepat, seperti meminta anak
untuk mengembalikan uang atau barang yang telah dicurinya (Wong, et al., 2009).
Melanggar peraturan dan disiplin termasuk perilaku antisosial pada anak. Disiplin
dan peraturan yang ada menyebabkan stresor bagi anak. Sesuai dengan pendapat
Soejanto (2015), ada beberapa masalah yang menjadi stresor bagi anak usia sekolah,
yaitu keharusan adanya tata tertib sekolah, tuntutan tertentu, persaingan, dan sikap
kurang menguntungkan. Normalnya, tekhnik disiplin akan membantu anak
mengendalikan perilaku mereka sendiri dengan menggunakan penalaran. Dengan
semakin baiknya keterampilan kognitif, anak mampu memperoleh manfaat dari jenis
strategi disiplin yang lebih kompleks (Wong, et al., 2009). Disiplin dan peraturan
yang dianggap stresor masalah akan dihadapi oleh anak usia sekolah dengan cara
regresi, penolakan, dan agresi (Potter & Perry, 2010).
B. KECERDASAN EMOSIONAL

1) Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Howard Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk


memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Sedangkan menurut Alferd Binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri dari
tiga komponen yaitu: kemampuan mengarahkan pikiran dan tindakan,
kemampuan mengubah arah tindakan jiak tindakan tersebut telah dilakukan,
dan kemampuan mengkritik diri sendiri. (Agus Efendi, 2015)

Menurut Daniel Goleman (dalam Mohammad Ali dan Mohammad


Asrori, 2015: 62) mendefinisikan istilah emosi merujuk kepada suatu perasaan
dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan menurut Chaplin
dalam Dictionary of Psychologymendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan
yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.

Istilah kecerdasanemosi baru dikenal secara luas pertengahan 90-an


dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman Emotinal Intelligence. Daniel
Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali
perasaan diri kita sendiri, dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri,
dan dalam hubungan dengan orang lain. Kemampuan disini maksudnya seperti
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati, berempati, dan berdoa. (Agus Efendi, 2015)

Menurut Cooper dan Sawaf kecerdasan emosional adalah kemampuan


merasakan, memahami, mengenali, merasakan, mengelola, dan secara efektif
mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai suatu sumber energi
manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh. (Agus Efendi, 2015)
2) Bentuk-bentuk Emosi

Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2015: 63), emosi itu
sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman mengidentifikasikan
sejumlah kelompok emosi, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut,
kenikmatan,cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut :

a. Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar,


jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, dan
tindak kekerasan.
b. Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
c. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, gugup, khawatir, was-was,
sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, panik, dan fobia.
d. Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, rasa
terpenuhi, girang, dan senang sekali.
e. Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
f. Terkejut, di dalamnya meliputi takjub, dan terpana.
g. Jengkel, di dalamnyameliputi hina, jijik, muak, benci, dan tidak suka.
h. Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati,
menyesal, aib, dan hati hancur lebur.
3) Indikator Kecerdasan Emosional

Adapun indikator kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman


terdiri dari lima unsur, yaitu:

a.Kemampuan mengenali emosi diri

b.Kemampuan mengelola emosi diri

c.Kemampuan memotivasi diri

d.Kemampuan berempati terhadap orang laine.Kemampuan membina


hubungan dengan orang lain

4) Pengembangan Kecerdasan Emosional

Menurut Agus Nggermanto (2015: 100) pengembangan kecerdasan


emosional terdapat dua jenis yaitu pengembangan EQ gaya Agus-Steiner dan EQ
gaya Agus-Gottman. Berikut penjelasannya yaitu:

1. Pengembangan EQ Gaya Agus-Steiner


Cara mengembangkan kecerdasan emosional banyak diusulkan oleh para
praktisi dan penulis. Salah satu yang terbaik adalah usulan Claude Steiner. Langkah-
langkah yang diusulkan Steiner ini akan kita bahas pada bagian ini dengan beberapa
modifikasi agar lebih cocok dengan budaya kita dan mendapatkan hasil yang
lebihmendalam. Tiga langkah utama mengembangkan EQ dalam membuka hati,
menjelajahi emosi, dan bertanggung jawab.

b. Membuka HatiMembuka hati adalah langkah pertama karena hati adalah


simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa damai saat berbahagia, dalam
kasihsayang, cinta, atau kegembiraan. Hati kita merasa tidak nyaman ketika
sakit, sedih, marah, atau patah hati.Dengan demikian, kita mulai dengan
membebaskan pusat perasaan kita dari pengaruh yang membatasi kita untuk
menunjukan cinta satu sama lain.

Tahap-tahap untuk membuka hati adalah: latihan memberikan stroke kepada


teman, meminta stroke, menerima atau menolak stroke, dan memberikan
storke sendiri.

c. Menjelajahi Dataran EmosiSekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat
kenyataan dan menemukan peranemosi dalam kehdiupan. Kita dapat berlatih
cara mengetahui apa yang kita rasakan, seberapa kuat, dan apa alasannya. Kita
menjadi paham hambatan dan aliran emosi kita. Kita mengetahui emosi yang
dialami orang lain dan bagaimana perasaan mereka dipengaruhi oleh tindakan
kita. Kita mulai memahami bagaimana emosi berinteraksi dan kadang-kadang
menciptakan gelombang perasaan yang menghantam kita dan orang lain.
Secara singkat kita menjadi lebih bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan
orang-orang disekitar kita.

Tahapan menjelajahi emosi adalah pernyataan tindakan/perasaan, menerima


pernyataan tindakan/perasaan, menanggapi percikan intuisi, dan validasi
percikan intuisi.

d. Mengambil Tanggung JawabUntuk memperbaiki dan mengubah kerusakan


hubungan, kita harusmengambil tanggung jawab. Kita dapat membuka hati
kita dan memahami peta dataran emosional orang disekitar kita, tetapi itu saja
tidak cukup. Ketika suatu masalah terjadi antara kita dengan orang lain, adalah
sulit untuk melakukan perbaikan tanpa tindakanlebih jauh. Setiap orang harus
mengerti permasalahan, mengakui kesalahan dan keteledoran yang terjadi,
membuat perbaikan,dan memutuskan bagaimana mengubah segala sesuatunya.
Dan perubahan memang harus dilakukan.

Langkah-langkah untuk menjadi bertanggung jawab adalah: mengakui


kesalahan kita, menerima atau menolak pengakuan, meminta maaf, dan
menerima atau menolak permintaan maaf.
2. Pengembangan EQ Gaya Agus-GottmanSatu lagi cara menerapkan dan
mengembangkan EQ yang sangat praktis dirumuskan oleh John Gottman. Langkah-
langkah ini sangat pratis dan efektif terutama untuk membina kerjasama dan saling
pengertian baik dengan teman, siswa, anak-anak dan lain-lain. Seperti biasa, kita
melakukan modifikasi dari rumusan aslinya.
a) Langkah Pertama: Menyadari EmosiAnak

Laporan studi kami telah merekomendasikan agar orang tua merasakan apa
yang dirasakan oleh anaknya. Penelitian ini
memperlihatkan bahwa orang tua dapat sadar secara emosional, dan dengan
demikian siap menjadi pelatih emosi, tanpa bersikap sangat ekspresif tanpa
merasa seolah-olah mereka kehilangan kendali. Kesadaran emosional hanyalah
berarti kita mengenali kapan kita merasakan suatu emosi, kita dapat
mengidentifikasi perasaan kita, dan kita peka terhadap hadirnya emosi dalam
diri orang lain.

b) Langkah Kedua: Mengakui Emosi sebagai KesempatanKonon dalam bahasa


Cina karakter yang artinya kesempatan termaktub dalam ikon yang artinya
krisis. Tak ada tempat lain di mana kaitan antara kedua konsep itu lebih cocok
daripada peran kita sebagai orang tua. Entah krisis itu berwujud sebuah balon
yang meletus, nilai matematika yang buruk, atau penghianatan seorang teman,
pengalaman-pengalaman negatif semacam itu dapat berguna sebagai peluang
yang baik sekali untuk berempati untuk membangun kedekatan dengan anak
kita.
c) c)Langkah Ketiga: Mendengarkan dengan EmpatiSetelah kita mampu melihat
bahwa sebuah situasi merupakan suatu kesempatan untuk menjalin keakraban
dan membantu pemecahan masalah, kita telah siap barangkali untuk langkah
yang paling penting dalam proses pelatihan emosi: mendengarkan dengan
empati.
d) d)Langkah Keempat: Mengungkapkan Nama EmosiSalah satu langkah yang
gampang dan sangat penting dalam pelatihan emosi adalah menolong anak
memberi nama emosi mereka sewaktu emosi itu mereka alami.
e) f)Langkah Keenam: Jadilah Teladan

Seorang anak mendengarkan, menangkap makna bukan sekedar kata-kata, tetapi


totalitas jiwa pelatih emosi itulah yang dirasakannya. Oleh karena itu, jadikanlah
diri kita sebagai teladan, sebagai orang yang berkecerdasan emosi tinggi. Atau
lebih bagus lagi kita nyatakan dengan tulusbahwa anak kita sebagai teladan bagi
yang lainnya.

5) Kurikulum Kecerdasan Emosional

Agus Effendi (2010: 203) mengungkapkan bahwa unsur-unsur kurikulum


yang harus dicakup dalam kecerdasan emosi, antara lain kesadaran diri, pengambilan
keputusan pribadi, pengelolaan perasaan (emosi), motivasi, menangani stres, dan
kemampuan bergaul. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Kesadaran diri Meliputi kemampuan dan aspek pengetahuan diri, mengamati diri
sendiri, mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata perasaaan, menerima diri
sendiri, mengenali hubungan antara gagasan, perasaan dan reaksi serta mengenali
hubungan antara diri, lingkungandan Tuhan.
b) Pengambilan keputusan pribadi Meliputi kemampuan untuk mencermati tindakan diri
sendiri dan akibat-akibatnya, mengetahui apa yang menguasai sebuah keputusan,
pikiran dan perasaan. c.Pengelolaaan perasaan (emosi) Meliputi kemampuan untuk
memahami apa yang ada di balik perasaan, cara menangani kecemasan, amarah dan
kesedihan; tanggungjawab keputusan dan tindakan, tindak lanjut kesepakatan.
c) Motivasi Meliputi kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan memotivasi orang
lain.
d) Menangani stress Meliputi pemahaman pentingnya olahraga, refleksi terarah dan
relaksasi.
e) Kemampuan bergaul Meliputi kemampuan dan aspek untuk berempati, memahami
perasaan orang lain, menerima sudut pandang orang lain, menghargai perbedaan
pendapat, komunikasi, membina hubungan dengan oranglain, cara mengungkapkan
perasaan yang baik, menjadi pendengar yang baik, bertanya yang baik, ketegasan,
membedakan antara apa yang dikatakan dan penilaian kita atasnya, kerja sama dan
ukhuwah, dinamika kelompok, konflik dan pengelolaannya, tanggung jawab pribadi,
membuka diri, menerima diri sendiri dan merundingkan kompromi.

6) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui
proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
individu menurut Goleman (2009:267-282), yaitu:

a. Lingkungan keluarga.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi.


Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subyek pertama
yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini dapat diajarkan pada saat
anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk
dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh:
melatih kebiasaan hidup disiplin danbertanggung jawab, kemampuan berempati,
kepedulian, dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah
untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan,
sehingga anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak
masalah tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negatif.

b. Lingkungan non keluarga.

Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan penduduk.


Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental
anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan dalam aktivitas bermain anak seperti
bermain peran. Anak berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang
menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan orang lain.
Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui berbagai macam
bentuk pelatihan diantaranya adalah pelatihan asertivitas, empati dan masih
banyak lagi bentuk pelatihan yang lainnya.

C. VIRUS CORONA / COVID-19


1. Pengertian virus corona /covid-19

Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute
Respiratory Syndrme (SARS).

Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti
dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau transmisi
lokal antarpenduduk. Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah
muncul sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26
Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada 8
Desember. Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada inisiatif negara-
negara yang memberikan informasi penyakit kepada badan kesehatan global tersebut.

Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus pertama Covid-
19 di Indonesia di Istana Negara tanggal 2 Maret 2020. Dua warga negara Indonesia
yang positif Covid-19 tersebut mengadakan kontak dengan warga negara Jepang
yang datang ke Indonesia.
Pada 11 Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia meninggal
akibat Covid-19. Korban yang meninggal di Solo adalah seorang laki-laki berusia 59
tahun, diketahui sebelumnya menghadiri seminar di kota Bogor, Jawa Barat, 25-28
Februari 2020. di minggu yang sama, pasien 01 dan 03 dinyatakan sembuh. Kedua
pasien yang resmi dinyatakan sembuh dan boleh meninggalkan rumah sakit pada 13
Maret 2020 itu adalah kesembuhan pertama kali pengidap Covid-19 di Indonesia.
Pasien 02 yang berusia lanjut, yakni 64 tahun, juga berhasil mengatasi Covid-19.
Sebulan lebih sesudah masuknya Covid-19 ke Indonesia, untuk pertama
kalinya tercatat angka kesembuhan pengidap covid-19 lebih besar dari jumlah
penduduk yang meninggal karena virus tersebut. Tanggal 16 April 2020, data Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan 548 pasien yang sembuh,
sedangkan jumlah pasien meninggal 496 orang. namun, data kesembuhan pasien
Covid-19 yang melampaui angka pasien meninggal bukanlah tanda bahwa wabah
virus ini akan segera teratasi di Indonesia. Sejauh ini, angka kasus Covid-19 di
Indonesia terus meningkat. Baru sebulan lebih sejak dinyatakan resmi muncul
jumlah kasus pengidap virus korona di Indonesia mencapai di atas 5.500 kasus.

2. Cara Penularan Covid-19


Cara penularan virus Corona.Selain udara, ada beberapa mode atau cara yang
menjadi jalur penyebaran virus Corona, yaitu:

a) Penyebaran virus Corona melalui droplet

Penularan virus Corona bisa terjadi melalui droplet saat seseorang


batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, hingga bernapas. Saat melakukan hal-hal
tersebut, udara yang keluar dari hidung dan mulut mengeluarkan partikel kecil
atau aerosol dalam jarak dekat.

b) Penyebaran virus Corona melalui udara

Setelah mendapat kritikan dari ratusan ilmuwan terkait penyebaran virus


Corona melalui udara, akhirnya WHO pun mengakuinya. Organisasi tersebut
mengakui adanya bukti bahwa virus Corona itu bisa menyebar melalui partikel-
partikel kecil yang melayang di udara.

c) Penyebaran virus Corona melalui permukaan yang terkontaminasi

Cara penularan virus Corona ini terjadi saat seseorang menyentuh


permukaan yang mungkin telah terkontaminasi virus dari orang yang batuk atau
bersin. Lalu virus itu berpindah ke hidung, mulut, atau mata yang disentuh
setelah menyentuh permukaan yang terkontaminasi tersebut.

d) Penyebaran virus Corona melalui fecal-oral atau limbah manusia


Sebuah studi menunjukkan bahwa partikel virus Corona ditemukan
juga pada fecal-oral orang yang terinfeksi, seperti urine dan feses. Namun WHO
mengatakan hingga saat ini masih belum ada laporan yang dipublikasi terkait
cara penularan virus Corona melalui cara ini dan bukan menjadi upaya transmisi
utama virus
Selain cara penularan virus Corona, WHO pun juga menyinggung
beberapa tempat yang rawan menjadi tempat penyebaran virus Corona, seperti:

a. Tempat ramai
b. Tempat yang sempit
c. Ruangan yang terbatas dan tertutup
Contoh-contoh tempatnya seperti, restoran, klub malam, tempat ibadah,
tempat bekerja atau kantor, tempat latihan paduan suara, dan kelas kebugaran.
Penyebaran virus Corona ini tentunya bisa dicegah dengan menaati protokol
kesehatan, seperti menggunakan rajin cuci tangan, pakai masker, jaga jarak
minimal satu meter, hindari tempat-tempat ramai, menghindari ruangan tertutup
dengan ventilasi yang buruk, dan bila diperlukan pakai face shield.
WHO juga berpesan pada masyarakat agar semakin paham bahwa
COVID-19 bukan penyakit main-main. COVID-19 bisa berakibat fatal bila
tidak dicegah, jangan panik, dan terus ikuti saran yang diberikan terkait
pencegahan penyebaran virus Corona

3. Pencegahan Virus Corona

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau
COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari
faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:

a. Terapkan physical  distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain,
dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat
pergi berbelanja bahan makanan dan mengikuti ibadah di hari raya, misalnya Idul
Adha.
c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung
alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat
umum.
d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah
stres.
f. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke
tempat sampah.
h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk
kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek dan
probable) yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan) maupun
PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar
tidak menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:

a. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk


sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar
mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
b. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
c. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu
pihak rumah sakit untuk menjemput.
d. Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-
benar sembuh.
e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang
sakit.
f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain.
h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera
buang tisu ke tempat sampah.
4. Pengobatan Virus Corona / Covid-19

Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona
atau COVID-19. Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan
tingkat keparahannya. Beberapa pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala akan di
sarankan untuk melakukan protokol isolasi mandiri di rumah sambil tetap melakukan
langkah pencegahan penyebaran infeksi virus Corona.
Selain itu, dokter juga bisa memberikan beberapa beberapa langkah untuk meredakan
gejalanya dan mencegah penyebaran virus corona, yaitu:

a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina


di rumah sakit rujukan
b. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi
penderita
c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat
yang cukup
d. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga
kadar cairan tubuh

D. MOTIVASI

1. Pengertian motivasi

Setiap individu pasti memiliki motivasi, dan dalam segala kegiatan yang kita
lakukan diperlukan adanya motivasi, agar kegiatan dapatberjalan dengan baik. Berikut
pengertian motivasi menurutbeberapa ahli antara lain:

a. Mc Donald (dalam Bahri Syaiful, 2010) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu
perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pengertian ini didukung oleh
beberapa ahli lain seperti Soemanto (dalam Abdul Majid, 2013: 307) secara
umum mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan.
b. Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2010: 378) motivasi yaitu
kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi yaitu usaha-usaha yang
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena
ingin tujuan yang dikehendaki. Tiga pengertian diatas diperkuat olehpaparan dari
Sardiman (2010: 102) motivasi dapat juga diartikan sebagai daya penggerak yang
ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan Motivasi merupakan sesuatu yang penting dimiliki oleh semua
orang untuk dapat mewujudkan semua tujuannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah


sesuatu yang dapat menggerakkan kita untuk dapat melakukan suatu kegiatan agar
dapat mencapai tujuan yang kita inginkan.

2. Macam-Macam Motivasi

Secara umum motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi intrinsik. Menurut Syaiful Bahri (2010) yaitu.

a. Motivasi Intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau


berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar.

Wahyuni dalam EviSetiyarini (2016: 20) menambahkan motivasi dibagi


menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ektrinsik.

a. Motivasi Intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam diri


individu dan telah menjadi fenomena yang penting dalam pendidikan,
bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru, dosen, dan semua personil
yang terlibat dalam pendidikan.
b. Motivasi ekstrinsik merupakan sebuah konstruk yang berkaitan dengan
sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena
faktor dari luar individu.
c. Sedangkan menurut Sardiman (2011:89-91) motivasi dibagi menjadi dua
yaitu motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirancang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari
luar.

3. Fungsi Motivasi

Menurut Hamalik (2010) motivasi berfungsi untuk mendorong timbulnya


kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi
yaitumendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2011: 85) ada tiga fungsi motivasi yaitu

i. mendorong manusia untuk berbuat,sebagai penggerak atau motor yang


melepaskan energi,
ii. menentukan arah perbuatan, yakni tujuan yang hendak di capai,
iii. menyeleksi perbuatan, yaitumenentukan perbutan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Nana Syaodin (2011) motivasi memiliki dua fungsi yaitu
mengarahkan atau directional function dan mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.

Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat
lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan
kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar
atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh
semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Belajar


Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut Sardiman A. M
(2007: 83), yaitu:
1. Tekun menghadapi tugas-tugas dan dapat bekerja terus-menerus sampai
pekerjaannya selesai.
2. Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.
3. Memungkinkan memiliki minat terhadap bermacam-macam masalah.
4. Lebih sering bekerjasecaramandiri.
5. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
6. Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya.
7. Tidakakan melepaskan sesuatu yang telah diyakini.
8. Sering mencari dan memecahkan masalahsoal-soal

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Hamzah B. Uno (2011: 23)bahwa


ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajardapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginanuntukberhasil.


2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dancita-cita di masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang
siswa dapat belajar dengan baik.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya motivasi belajar
yang ada pada diri seseorang akan tercermin pada tingkah lakunyayaitu:

1. Tekun mengerjakan tugas;


2. Ulet menghadapi kesulitan;
3. Lebih sering bekerja mandiri;
4. Memungkinkan minat terhadap macam-macam masalah;
5. Cepatbosan dengan tugas-tugas rutin;
6. Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya;
7. Tidak melepas sesuatu yang diyakini;
8. Sering mencari dan memecahkan atas soal-soal;
9. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil;
10. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
11. Adanya harapan dan cita-citadimasa depan;
12. Adanya penghargaan dalam belajar;
13. Adanya kegiatan menarik dalam belajar serta
14. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik
5. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Enco Mulyasa (2005: 114-115), menyebutkan bahwa prinsip yang dapat


diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Peserta didikakan lebih giat apabila topik yang akan dipelajari menarik dan
berguna bagi dirinya.
2. Tujuan pembelajaran disusun secarajelas dan diinformasikan kepada peserta
didikagarmereka mengetahui tujuan belajar tersebut.
3. Peserta didik selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.
4. Pemberian pujian dan rewardlebih baik daripada hukuman, tapisewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan.
5. Memanfaatkan sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan setiappeserta didik, misalnya
perbedaan kemauan, latarbelakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan selalu memperhatikan
merekadan mengatur pengalaman belajar yang baikagar siswamemiliki kepuasan
dan penghargaan serta mengarahkan pengalaman belajarnyake arah keberasilan,
sehingga memilikikepercayaan diridan tercapainya prestasi belajar.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip


untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu jikatopik yang akan dipelajari
menarik dan berguna, tujuan pembelajaran pun disusun secara jelas, hasil belajar
peserta didik harus diberitahukan, pemberian rewardbagi yang berprestasi,
memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik,
memperhatikan perbedaan mereka, dan berusaha memenuhi kebutuhan peserta
didik dengan memperhatikannya.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Slameto (2010: 26), motivasi belajar dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu:

1. Dorongan kognitif, yaitu kebutuhan untuk mengetahuhi, mengerti, dan


memecahkan masalah. Dorongan initimbul di dalam proses interaksi antara
siswa dengan tugas/ masalah.
2. Harga diri, yaitu ada siswa tertentu yang tekun belajardan melaksanakan
tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan,
tetapi untuk memperoleh status dan harga diri.
3. Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk menguasai bahan pelajaran/
belajar dengan niat gunamendapatkanpembenaran dari orang lain/ teman-
teman.Kebutuhaninisukar dipisahkan dengan harga diri

Selain itu,Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata (2011:


236-237),menyebutkanada beberapa hal yang mendorong motivasi belajar,
yaitu:
1. Adanya sifat ingin tahu untuk belajar danmenyelidiki dunia yang lebih luas.
2. Adanya sifat yang kreatif pada manusia dan berkeinginan untukterusmaju.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
4. Adanya keinginan untuk memperbaikikegagalan yang lalu dengan usaha yang baik
melaluikooperasi maupun dengan kompetisi.
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan kenyamananbila menguasai pelajaran.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir kegiatan pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat di atas, Syamsu Yusuf (2009: 23),


menyebutkanfaktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1. Faktor InternalFaktor internal meliputi:


a) Faktor Fisik
Faktor fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik
(terutama panca indera).
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa.
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Non-Sosial
1. Faktor non-sosial meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin),
waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah
tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar.
b) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik
yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses
belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara
menyenangkan, seprti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa,
serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di
rumah siswa tetap mendapat perhatian orang tua, baik material dengan
menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan
mempermudah siswa belajar di rumah.Dari penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap hasil usaha seseorang.

7. Pengembangan Motivasi Belajar

Setiap motivasi belajar memiliki tujuan secara umum, motivasi bertujuan


menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.Menurut
Oemar Hamalik (2011: 108-109)motivasi itu sendiri mengandung nilai-nilai sebagai
berikut:

1. Motivasi akan menentukan tingkat keberasilan atau kegagalan belajar


peserta didik. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
2. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan motifdanminat pada peserta
didik. Pembelajaran inisesuai dangan tuntutan demokrasi dalam
pendidikan.
3. Pembelajaran yang bermotivsi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru
untuk bersungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai guna
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru
harusberusaha agar murid-muridnya memiliki self motivationyang baik.
4. Berhasil atau tidaknyadalam membangkitkan dan menggunakan motivasi
dalam pengajaran erat hubungannyadengan pengaturan disiplin dalam
kelas. Jika gagalakan berdampaktimbulnya masalah disiplindidalam kelas.
5. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada
asasdalammengajar,penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja
melengkapi prosedur mengajar tetapi akanmenjadi faktor yang
menentukan pembelajaranyanglebih efektif, asas motivasi sangat
esensialdalam proses belajar mengajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan motivasi belajar


mengandung nilai-nilai yaitu motivasi menentukan tingkat keberasilan, pembelajaran
bermotivasi hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan,
pembelajaran bermotivasi harus kreatif dan imajinatif, kegagalan menimbulkan
disiplin, dan asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral.

8. Pentingnya Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Menurut Nana


Syaodih Sukmadimata (2010: 62), “motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu mengarah
(directional function) serta mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and
energizing function)”.Menurut Dimyati Mudjiono (2015: 85), motivasi belajar penting
bagi siswa dan guru.Bagi siswa, pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan siswapada awal belajar, proses dan hasil akhir


2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajarsiswa, yang dibandingkan
dengan teman sebaya.
3. Mengarahkan kegiatan belajarsiswa
4. Membesarkan semangat belajarsiswa
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerjayang di
sela-selanya ada istirahat danbemainsecara berkesinambungan.

Dari beberapa hal diatas menunjukan betapapentingnya motivasi belajar


tersebut disadari oleh siswa. Bila motivasi belajar disadari oleh siswa, maka siswa
akanbelajar dengan baiksehingga akan meningkatkan prestasi belajar. Dengan
demikian dalam proses pembelajaran guru berperan besar
mengupayakanmeningkatkan motivasi belajar. Guru dapat menumbuhkan
motivasi belajar seperti yang diungkapkan pada kajian teori yaitu memberi angka,
hadiah, kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil ujian,
hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.

E. Penelitian Terkait

1. Paramita Dewi, “Hubungan Kecerdasan Emosi Dan Motivasin Belajar Dengan


Kemandirian Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri Se-Kecamatan Klaten Tengah
Tahun Pelajaran 2013/2014” Penelitian Ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Subjek penelitian yaitu siswa kelas V SD se-Kecamatan Klaten Tengah yang
telah diambil secara random sampling dengan jumlah siswa 233 orang.
Instrumen yang digunakan berupa skala. Uji validitas instrumen menggunakan
expert judgmentdan uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha
cronbach. Adapun analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi.
Hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan
emosi dan motivasi belajar dengan kemandirian belajar dengan nilai F hitung
sebesar 394,407 (p=0,000). Dari hasil penelitian diketahui pula dalam variabel
kecerdasan emosi, aspek mengelola emosi memiliki nilai prediksi paling besar
terhadap kemandirian belajar (Beta=0,428, p=0,000), sedangkan dalam variabel
motivasi belajar aspek tekun dalam belajar memiliki prediksi paling besar
terhadap kemandirian belajar (Beta=0,330, p=0,000).

2. Ilham Rahayu Ulum, “Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Pkn Kelas II” Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, desain penelitian korelasional. Populasi sebanyak 187siswa. Teknik
pengambilan sampel menggunakan Proposionate Stratified Random Sampling,
diperoleh sampel 126 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes,
angket, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis
deskripstif, teknik analisis korelasi sederhana dan teknik analisis korelasi ganda.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan kecerdasan emosional, motivasi belajar
dan hasil belajar PKn dalam kategori sedang. Hasil analisis korelasi
menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar PKn. Motivasi belajar mempunyai hubungan sangat kuat terhadap
hasil belajar PKn. Kecerdasan emosional dan motivasi belajar secara bersama-
sama berhubungan terhadap hasil belajar PKn dalam kategori sangat kuat.
Simpulan penelitian ini terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosional dan motivasi belajar terhadap hasil belajar PKn siswa
kelas II SD Gugus Gajahmada Kecamatan Gajahmungkur
Kota Semarang

3. Yusadewa Estu Ramadha, ” Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Motivasi


Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sd Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta Tahun 2015/2016” Penelitian ini termasuk jenispenelitian kuantitatif
dengan desain ex-posfacto. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas (IV, V, VI)
SD Muhammadiyah 10 TipesSurakarta. Teknik sampling menggunakan stratified
proportional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan regresi berganda.
Berdasarkan hasil hitung diperoleh persamaanregresi: Y = 41,345+ 0,247 +
0,197. Hasil uji t kecerdasan emosional diperoleh thitung2,550> 2,018dan
motivasi belajar diperoleh thitung2,692> 2,018. hasil uji F diperoleh
Fhitung19,595> 3,23. Berdasarkanhasil analisis dapat disimpulkan bahwa: 1) ada
pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta tahun 2015/2016. 2) ada pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
tahun 2015/2016. 3) ada pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta tahun
2015/2016. Variabel kecerdasan emosional memberikan sumbangan efektif
sebesar 23,6% dan variabel motivasi belajar sebesar 25,3%. Sehingga total
sumbangan efektif yang diberikan kedua variabel adalah 48,9%, sedangkan
51,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ditelit
2. KERANGKA BERPIKIR

Skema kerangka berpikir ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

SIKAP

Cara Mengajar Guru Penggunaan Alat Bantu


Pembelajaran Daring

1. Variasi Suara
1. Visible(mudah dilihat)
2.Penekanan
2.Interesting (menarik)
3.Pemberian Waktu
3.Simple(sederhana)
4.Kontak Pandang
4.Useful(berguna)
5.Petunjuk Wajah
5.Accurate(akurat/ benar)
6.Gerakan Anggota
6.Legitimate(masuk akal)
Badan
7.Structure(terstruktur
7.Pindah Posisi

Sikap siswa tentang cara Sikap siswa tentang


mengajar guru penggunaan alat bantu
pembelajaran daring

Berpengaruh terhadap motivasi belajar

Gambar 1: Diagram Alur Pikir

Anda mungkin juga menyukai