Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI


SOSIAL: MENARIK DIRI

Di Susun Oleh :
1. Andrean Asfari 1703006
2. Jannatun Naimah 1703028
3. Linda Susilowati 1703034
4. Ovtalia Andriyani 1703050
5. Retno Diyah Irianti 1703052
S1 Keperawatan B/SMT 5

PRODI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya


sehingga  kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada
kesempatan kali ini kami membahas  masalah “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Pasien Isolasi Sosial”. Dalam menulis makalah  ini, kami mengalami beberapa
kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan
penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami  berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan
resiko dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan orang –orang terdekat kami.

Terima Kasih.

Semarang, 15 September 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Pasien
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya. (Dalami, 2009)
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi
perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Harga diri rendah merupakan perilaku negatif terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Halusinasinasi adalah persepsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek
yang sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera
(penglihatan , pendegaran , perasaan , penciuman / perabaan ).

b. Penyebab dari Menarik Diri


Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
1. Faktor predisposisi
a) fakor tumbuh kembang
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalinhubungan dengan orang
lain. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting dalam
masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b) faktor komunikasi dan keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap
bermusuhan, sikap mengancam, sikap merendahkan dan menjelek-
jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak dibri
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.
c) faktor sosial budaya
Menarik diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga
seperti anggota keluarga tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
d) faktor biologis
Faktor genetik dapt berperan dalam respon sosial maladaptif.
Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan
mood dan gangguan kecemasan. Neurotransmiliter yang
mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
1) Dopamin
Fungsi dopamin sebagai penurun mood dan motivasi.
2) Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan
memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi.
3) Serotonin
Pasien dengan isolasi sosial, serotonin cenderung menurun
sehingga biasanya dijumpai tanda-tanda seperti lemah, lesu dan
malas melakukan aktivitas.
4) Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolinpada pasien isolasi sosial
cenderung menunjukkan tand-tanda seperti lemah, malas dan
lesu.
2. Faktor Presipitasi
a) Faktor eksternal
Stress sosiokultural
Sters dapat ditimulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit
keluarga seperti perceraian, berpisah dari orang yang berarti,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dan dirawat di ruamah sakit atau di penjara.
b) Faktor internal
Stres psikologis
Kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
kecemasaan tingkat tinggi.
c. Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya
resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan
salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah
persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
eksternal.

d. Tanda dan Gejala


Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a) Aspek fisik:
1. Makan dan minum kurang
2. Tidur kurang atau terganggu
3. Penampilan diri kurang
4. Keberanian kurang
b) Aspek emosi:
1. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2. Merasa malu, bersalah
3. Mudah panik dan tiba-tiba marah
c) Aspek sosial:
1. Duduk menyendiri
2. Selalu tunduk
3. Menghindar dari orang lain
4. Tergantung dari orang lain
d) Aspek intelektual:
1. Putus asa
2. Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3. Kurang percaya diri

C. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


D. DIAGNOSA
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

E. Intervensi
1. Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
a. SP 1 : identifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan punya teman dan
bercakap-cakap, kerugian tidak punya teman dan tidak barcakap-cakap,
latih cara berkenalan dengan anggota keluarga, masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan berkenalan.
b. SP 2 : evaluasi kegiatan bekenalan, latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian, masukkan jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
dua sampai tiga orang.
c. SP 3 : evaluasi kegiatan latihan berkenalan dan bicara saat melakukan
dua kegiatan harian, latih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian, masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan empat
sampai lima orang.
d. SP 4 : evauasi kegiatan latihan berkenalan bicara saat melakukan empat
kegiatan harian, latih cara berbicara sosial belanja ke warung,
masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan lebih dari
lima orang.
2. Diagnosa 2 : harga diri rendah
a. SP 1 : Identifikasi kemampun melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini,
bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih. melatih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
melakukannya).
b. SP 2 : Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih. Latih
kegiatan kedua ( alat dan cara).
c. SP 3 : Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. Latih
kegiatan ketiga ( alat dan cara).
d. SP 4 : bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. Latih
kegiatan keempat ( alat dan cara).
3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
a. SP 1 : identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan dan respon. Jelaskan cara mengontrol halusinasi:
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan. Latih cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik.
b. SP 2 : latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
c. SP 3 : melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. SP 4 : melatih mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan).
Strategi Pelaksanaan
SP 1 (Isolasi Sosial)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
DS : pasien mengatakan bahwa dirinya merasa di tolak
dilingkungan rumahnya dan bingung dalam memulai pembicaraan.
DO : pasien tampak murung dan menarik diri dari interaksi sosial,
kontak mata kurang, sering menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Tindakan Keperawatan
SP 1 : terhadap pasien
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah,
siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Diskusikan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
c. Diskusikan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-
cakap.
d. Latih cara berkenalan denga anggota keluarga.
e. Masukkan jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan.

B. Strategi Komunikasi

Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Perawat Ovtalia Saya senang dipanggil Perawat Ovta, Saya mahasiswa
keperawatan Stikes Karya Husada Semarang, saya yang akan membantu merawat
Ibu dari sekarang sampai nanti.”
“Siapa nama Ibu? Ibu Senang dipanggil dengan nama apa?”
“Apa keluhan Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga
dan teman-teman Ibu? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama Bu?Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Ibu? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan Ibu? Apa yang membuat Ibu jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang Ibu rasakan selama Ibu dirawat disini? Apakah Ibu merasa sendirian?
Siapa saja yang Ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ibu lakukan dengan teman yang Ibu kenal?”
“Apa yang menghambat Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?”
“Menurut Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Ibu?Ya, apa lagi ? (sampai
pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah Ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi.
Contoh: Nama Saya Ovtalia, saya senang dipanggil Ovta Asal saya dari Pati, hobi
saya olahraga”
“Selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? dan Hobinya
apa?”
“Ayo Ibu dicoba....
Misalnya saya belum kenal dengan Ibu.... Coba Ibu berkenalan dengan saya....”
“Ya bagus sekali..... Coba sekali lagi Ibu... Bagus sekali.....”
“Setelah Ibu berkenalan dengan orang tersebut Ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Ibu dapat melakukan dengan sendiri apa yang telah kita pelajari tadi
selama saya tidak ada. Sehingga Ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
Ibu mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 9 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan
dengan teman saya, Bagaimana, Ibu mau kan?”
”Baiklah, terima kasih Ibu..
“ sampai jumpa....”
SP 2 Pasien : Isolasi Sosial
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS : pasien tampak murung dan selalu menyendiri
DO : pasien sudah tidak murung dan membuka diri dari interaksi sosial.
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 2 : Terhadap pasien
a. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang) berikan pujian.
b. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan).
c. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi

ORIENTASI :
“Selamat pagi Ibu”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan”
“Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Saya”
“Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak Ibu
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat Linda. Tidak lama kok, sekitar 10
menit”
KERJA :
“Selamat pagi perawat Linda, Bapak ini ingin berkenalan dengan Anda.”
“Baiklah Bu, Ibu bisa berkenalan dengan perawat Linda seperti yang kita praktekkan
kemarin.”
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat Linda: memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
“Ada lagi yang ingin Ibu tanyakan kepada perawat Linda? Coba tanyakan tentang
keluarga perawat Linda”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi sesi perkenalan kali ini.
Lalu Ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat Linda, misalnya jam 1 siang
nanti”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan perawat Linda”
”Ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan
pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti Ibu
coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
“ Terima Kasih atas waktunya Ibu.... Sampai besok.”
SP 3 : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Pasien tidak memiliki teman
DO : setelah pasien mencoba untuk membuka diri dan berkenalan
dengan temannya pasien mempunyai teman
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 3 : Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara
saat melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan
baru).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang
, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi

ORIENTASI:
“Selamat pagi Ibu? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin
siang”
”Bagus sekali, Ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu Ibu ingin punya banyak teman lagi ya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien I”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi pasien I)
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah Bu, Ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu lakukan
sebelumnya.’’
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
“Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada Ibu I”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu Ibu
bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.”
(Ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan pasien I)
“Baiklah Bu, karena Ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Ibu. Selamat pagi...”
(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkan pasien I untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan Ibu I”
”Dibandingkan kemarin pagi, Ibu tampak lebih baik saat berkenalan dengan Ibu I.”
“Pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan Ibu I jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Ibu dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8
malam, Ibu bisa bertemu dengan I, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya Ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana
Ibu, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
SP 4 : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :pasien mengatakan sudah senang memiliki banyak teman
DO :pasien sekarang sudah berjalan ke taman agar dapat berkenalan
dengan banyak teman
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 4 : Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara
saat melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan
baru).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi

ORIENTASI:
“Selamat pagi Ibu? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah Ibu bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan pasien I kemarin siang ? ”
” Ibu senang ya tambah teman untuk bercakap cakap dengan Ibu.”
” bagaimana sekarang seperti janji kita kemarin Ibu agar Ibu mendapatkan banyak
teman ?”
” ya sekarang kita berjalan ke taman ya Bu agar Ibu dapat berkenlan dengan banyak
orang disana?
” waktunya kita perpanjang sedikit nya Bu, bagaimana jika 15 menit?” (sambil
berjalan ke arah taman)
KERJA:
( Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi para pasien yang sedang berkumpul
ditaman )
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan dengan ibu bapak
sekalian.”
“Baiklah Bu, Ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu lakukan
sebelumnya.’’

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,


nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).

“Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada Bapak dan ibu ”

“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti atau besok
pagi di taman sini lagi.”

(Ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan para pasien )

“Baiklah Bu, karena Ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Ibu. Selamat pagi...”

(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkanpara pasien untuk melakukan


terminasi dengan S di tempat lain)

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang bincang dengan para pasien”
”Dibandingkan kemarin pagi, Ibu tampak lebih baik saat berkenalan dengan para
bapak dan ibu.”
“Pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan bapak ibu besok pagi ditaman ya pak.”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Ibu dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak ditaman besok pagi, Bagaimana Ibu, setuju
kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu. Pada jam
yang sama dan kita bertemu ditaman ya Bu. Sampai besok.”
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC.
Meryl R. (2018, September 17). Academia corporation. Retrieved from academia
corporation web site: http;//www.academia.edu.
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia
corporation web site: http;//www.academia.edu.
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai