Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


State Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

SITI FATIMAH S.Kep.


A1C121023

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(……………...……………) (…..…………………...…....)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial ( Menarik Diri)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah merupakan suatu keadaan ketika seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain yang bersifat sementara atau menetap (Wuryaningsih & i,
2020).
Menarik diri merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
seseorang untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga merupakan
sebuah reaksi yang dapat ditampilkan, dalam bentuk reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik individu antara lain, pergi atau menghindari
sumber stressor, misalnya, menjauhi polusi, gas beracun, infeksi dan lain-
lain. Adapun reaksi psikologis individu antara lain, menunjukkan perilaku
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat melakukan sesuatu, rasa takut dan
atau bermusuhan (Ruswadi, 2021).
2. Etiologi
Penyebab dari isolasi sosial adalah peranan negative tentang diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditantai dengan perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hungan sosial, merendahkan martabat,
percaya diri kurang dan juga cepat mencederai diri (Badar, 2019).
3. Gejala- gejala Perilaku Menarik Diri
Menurut Yosep & Sutini (2014), gejala menarik diri terbagi menjadi dua:
a. Gejala subjektif

1
Gejala subjektif merupakan gejala yang dirasakan dan dapat
diungkapkan secara langsung oleh subjek. Orang lain dapat
mengetahui gejala tersebut dengan menanyakan langsung pada
subjek. Gejala subjektif antara lain nampak dalam gambaran
perilaku sebagai berikut :
1) Perasaan kesepian
2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Merasa bosan pada aktivitas sehari-hari.
5) Tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Merasa tidak berguna
7) Merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup
8) Merasa ditolak oleh orang lain
b. Gejala objektif
Gejala objektif merupakan gejala yang dapat langsung
terlihat dan dapat diamati oleh orang lain mengenai kondisi atau
keadaan yang dialami subjek antara lain :
1) Komunikasi verbal menurun
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
5) Apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar)
6) berperilaku kurang spontan dalam menghadapi masalah
7) Aktivitas menurun, keengganan seseorang melakukan
kegiatan sehari-hari.
8) Ekspresi wajah kurang berseri(Muhith, 2019).
4. Patofisiologi
a. Faktor
predisposisi

2
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar
tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini
tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti
lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang
dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain
dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,
misalnya karena dirawat di rumah sakit.

3
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi
(Prabowo, 2019).
5. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semkain tenggelam dalam perjalanan
dan tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang asutik
dan timgkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat
lanjut menjadi :gangguan sensori perepsi, halusinasi, mencederai diri,
orang lain serta lingkungan. Selain itu juga nterjadi penurunan aktivitas,
sehingga dapat meyebabkan defisit perawatan diri (Dermawan,2018).
6. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa metode untuk penurunan perilaku menarik diri, yaitu :
a. Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku.
Teknik ini merupakan pendekatan dalam konseling yang
menekankan hubungan kolaboratif antara konselor dan konseli.
Konseli didorong untuk menerima tanggung jawab terhadap
kesulitannya sendiri, sekaligus merencanakan dan melaksanakan
perlakuan. Konselor mengajarkan cara-cara berpikir rasional,
membantu mengidentifikasi, memperdebatkan dan memodifikasi
keyakinan irasional, dan memasilitasi upaya-upaya yang lebih
rasional bagi klien. Konseling kelompok rasional emotif perilaku
mengajak anggota kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan
secara bersama-sama yang diakibatkan oleh keyakinan atau
pemikiran negatif dan mengubah proses berfikir negatif ke
pemikiran lebih positif.

4
Konseling kelompok Adlerian.
Teknik ini merupakan suatu model konseling yang
berorientasi pada keutuhan dan keunikan individu untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Tujuan konseling ini membentuk
manusia dewasa yang utuh dan sehat secara pribadi dan sosial.
b. Pelatihan Strategi Berteman.
Teknik ini merupakan pelatihan yang dilakukan pada remaja
yang menarik diri di sekolah. Pelatihan ini memberikan strategi
berteman pada peserta pelatihan.
c. Terapi Aktivitas Kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas yang
dilakukan kepada sekelompok orang yang memiliki masalah
kelompok yang sama
(Yoseph, 2019).

C. POHON MASALAH
Risiko gangguan presepsi sensori halusinasi
(effect)

Isolasi sosial
(core problem)

( Gangguan konsep diri ) Harga diri rendah kronik (Causa)

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko gangguan presepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronik

5
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Identifikasi penyebab isolasi social: Diskusikan masalah yang dirasakan
siapa yang serumah, siapa yang dalam merawat pasien
dekat, yang tidak dekat, dan apa
sebabnya
2 Keutungan punya teman dan Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
bercakap- cakap dan proses tejadinya isolasi social
(gunakan booklet)
3 Kerugian tidak mempunyai teman Jelaskan cara merawat isolasi sosial
dan tidak bercakap-cakap
4 Latih cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat berkenalan,
pasien dan perawat atau tamu berbicara saat melakukan kegiatn
harian
5 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien seuai
untuk latihan berkenalan jadwal dan memberi pujian saat
besuk
SPIIp SPIIk
1 evaluasi kegiatan bekenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(beberapa orang). Beri pujian merawat/ melatih pasien berkenalan
dan berbicara saat melakukan
kegiatan harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat melakukan Jelaskan kegiatan rumah tangga
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) yang dapat melibatkan pasien
berbicara saat (makan, sholat
bersama) di rumah
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara membimbing pasien

6
untuk latihan berkenalan 2-3 orang berbicara dan memberi pujian
pasien, perawat dan tamu, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal saat besuk
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dlam
berkenalan (berapa orang) & merawat/ melatih pasien
berbicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian. Beri
pujian
2 Latih cara berbicara saat meakukan Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan harian (2 kegiatan baru) melakukan kegiatan social seperti
berbelanja, meminta sesuatu dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien
untuk latihan berkenalan 4-5 orang, belanja saat besuk
orang baru, bebicara saat
melakukan 4 kegiatan harian
4 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian saat
besuk
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, bicara saat melakukan merawat/ me;atih pasien
4 kegiatan. Beri pujian berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian/ RT,
berbelanja. Beri pujian
2 Latih cara bicara social: meminta Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,

7
sesuatu, menjawab pertanyaan tand kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan >5 orang, jadwal kegiatan dan memberikan
orang baru, berbicara saat pujian
melakukan kegiatn harian dan
sosialisasi
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, berbicara saa merawat/ melatih pasien
melakukan kegiatan harian dan berkenalan, berbcara saat
bersosialisasi. Beri pujian melakukan kegatan harian/ RT,
berbelanja & kegiatan lain follow
up. Beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga
mandri melakukan control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah isolasi social teratasi

DAFTAR PUSTAKA

8
Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jawa Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata).

Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Kalimantan: UPT


Pecetakan dan Penerbitan Universitas Jember.

Badar. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta : In


Media
Dermawan, D., & Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Muhith, A. (2019). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Andi.
Prabowo, E. (2020). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Yosep, I., & Sutini, T. (2019). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai