DI SUSUN OLEH :
MUHAMAD SAFEI
11212103
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas ini tepat pada
waktunya dengan judul “Laporan Pendahuluan, Strategi Pelaksanaan, dan Analisa Proses
Interaksi Pada Halusinasi”.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
2
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
2. Rentang respon
Adaptif maladaptive
1. Faktor Predisposisi
3
Stuart (2009), mengatakan faktor predisposisi adalah faktor resiko timbulnya stress
yang akan mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang dimiliki klien untuk
menghadapi stress. Stuart (2009) membagi faktor predisposisi dalam tiga domain
yaitu biologis, psikososial dan sosial kultural.
a. Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi
timbulnya gangguan jiwa.
1) Kerusakan pada area otak
Menurut penelitian beberapa area dalam otak yang berperan dalam
timbulnya kejadian skizoferania antara lain sistem limbik, korteks frontal,
cerebelum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan,
sehingga disfungsi pada satu area akan mengakibatkan gangguan pada
satu area akan mengakibatkan gangguan pada area yang lain (Arief, 2009)
2) Peningkatan aktivitas neurotransmiter
Peningkatan ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah
peningkatan pelesapan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine,
turunnya nilai ambang, hipersensitivitas reseptor dopamine, atau
kombinasi dan faktor-faktor tersebut. Videback (2006)
3) Faktor genetika
Penelitian tentang faktor genetik telah membuktikan bahwa skizoferania
diturunkan secara genetika.
b. Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Sigmund Freud melalui teori psiko analisa menjelaskan bahwa
skizoferania merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan
masalah dan konflik yang tidak disadari antara impuls agresif atau
kepuasan libido serta pengakuan terhadap ego.
2) Teori perilaku
Teori perilaku berasumsi bahwa perilaku merupakan hasil merupakan
hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang daur kehidupannya,
dimaan setiap pengalaman yang dialami akan mempengaruhi perilaku
klien baik yang bersifat adaptif dan maladaptif
3) Teori Interpersonal
Teori Interpersonal berasumsi bahawa skizoferania terjadi karena klien
mengalami ketakutan akan penolakan intrapersonal atau trauma dan
4
kegagalan perkembangan yang dialami pada masa pertumbuhan seperti
kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak
berdaya, tidak percaya diri, tidak mapu membina hubungan saling percaya
dengan orang lain.
c. Sosial budaya
Faktor sosial budaya menyakini bahwa penyebab skizoferania adalah
pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradabtasi terhadap tuntutan
sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping
mal adaptif.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus normal atau eksternal yang mengancam klien
antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi
peran sehat-sakit (Stuart, 2009)
a. Psikologis
1) Internal
Stesor yang berasal dar dalam adalah kegagalan dan perasaan bersalah yang
dialami klien
2) Eksternal
Stesor eksternal adalah kurangnya dukungan dan lingkungan serta
penolakan dari lingkungan atau keluarga.
b. Sosial Budaya
Sosial Budaya merupakan ancaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap
sistem diri merupakan ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan fungsi
integritas sosial. Ancaman sistem diri berasal dari dua sumber yaitu eksternal
dan interna. Sumber eksternal dapat disebabkan karena kehilangan orang yang
sangat dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, dilema
etik, ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal
disebabkan karena kesulitan membangun hubungan interpersonal di
lingkungan sekitar seperti di lingkungan rumah atau di tempat kerja, dan
ketidakmampuan menjalankan peran baru sebagai orang tua, pelajar atau
pekerja. Penelitian tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab
isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup
besar terhadap timbulnya harga diri rendah pada klien seperti lingkungan yang
5
tidak kondusif dan selalu memojokkan klien yang pada akhirnya akan
mempengaruhi aktifitas klien termasuk hubungan dengan orang lain.
3. Penilaian stresor
Penilaian terhadap stresor yang dialami klien dengan isolasi sosial meliputi kogniti,
affektif, fisiologis perilaku dan sosial
a. Kognitif
Pda klien dengan isolasi sosial kemampuan kognitif klien sangat terbatas klien
lebih berfokus pada masalah bukan bagaimana mencari alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi.
b. Alternatif
Respons afektif pada pasien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus asa,
sedih, kecea, merasa tidak berharga dan merasa tidak diperhatikan menurut
Stuart dan Larais (2005) perasaan yang dirasakan klien tersebut dapat
mengakibatkan sikap menarik diri dari lingkungan sekitar.
c. Fisiologis
Respon perilaku dan sosial yang ditampilkan klein merupakan hasil belajar dari
pengalaman sosial pada masa kanak-kanak dan dewasa khususnya dalam
menghadapi berbagai stresor yang mengancam harga diri rendah.
d. Perilaku
Respon isolasi sosial teridentifikasi tiga perilaku yang maladaptif yaitu sering
melamun, tidak mau bergaul dengan klien lain, tidak mau mengemukakan
pendapat, mudah menyerah dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau
dalam melakukan tindakan.
e. Sosial
Respon perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien isolasi sosial lebih
banyak memperlihatkan respon menghindar terhadap stresor yang dialaminya
4. Mekanisme koping
Mekanisme kopng yang biasa digunakan adalah pertahanan koping jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego.
5. Sumber Koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan
untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu
masalah. Dalam menghadapi stressor klien dapat menggunakan berbagai sumber
koping yang dimilikinya baik interna atau eksterna
6
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki
meliputi kemampuan secara fisik dan mental. Kemampuan secara fisik
teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat. Kemampuan mental meliputi
kemampuan kognitif, afektif , perilaku dan sosial. Kemampuan kognitif
meliputi kemampuan yang sudah ataupun yang belum dimiliki klien didalam
mengidentifikasi masalah, menilai dan menyelesaikan masalah, sedangkan
konsep diri klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemampuan
melakukan tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami.
Kurangnyadukungan, penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan
yang dimiliki klien dari lingkungan sekitar klien akan mengakibatkan
rendahnya motivasi klien untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi,
timbulnya rasa rendah diri yang pada akhirnya akan mengakibatkan gangguan
dalam berinteraksi dngan lingkungan sekitar. Temuan ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh maslim (2001), bahwa gejala negatif pada
klien dengan gangguan jiwa kronik adalah kurang atau tidak adanya motivasi.
b. Dukungan Sosial
Taylor, dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan social akan membantu klien
untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan
diatas mengenai pentingnya dukungan social didalam proses penyembuhan
klien adalah pernyataan yang diungkapkan oleh sarafino (2002), yang
menyatakan bahwa dukungan social merupakan perasaan caring, penghargaan
yang akan membantu klien untuk dapat menerima orang lain yang berasal dari
keyakinan yang berbeda. Pendapat senada yang diuraikan oleh Tomaras. Et.al,.
(2001 dalam keliat,2003) yang mengatakan bahwa dukungan anggota keluarga
didalam membantu merawat klien dengan skizofrenia akan mengurangi
frekuensi kekambuhan klien.
c. Aset Material
Asset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan financial, system
pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatkan fasilitas
dan layanan kesehatan serta
7
Keterjangkauan pe,biayaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana
transportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama dirumah sakit maupun
setelah pulang.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan motivasi dalam
menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif diperoleh dari
keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan klien
dalam beinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya keyakinan positif yang
dimiliki klien akan memotivasi dan membantu klien untuk menggunakan
mekanisme koping yang adaptif, kegiatan spiritusl seperti berdoa, mengikuti
kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu mekanisme koping adaptif
yang dilakukan oleh klien dalam menilai stressor yang dialami.
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyadari
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Ekspresi datar dan dangkal
8
IV. Pohon Masalah
Menurut Keliat dkk (2010) pohon masalah isolasi social adalah sebagai berikut :
Isolasi Sosial
V. Diagnosis
A. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial
B. Diagnosa medis : skizoferenia
9
VI. Rencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
10
memberitahukan 3) Masukkan pada jadwal kegiatan 3) Untuk membiasakan kegiatan latihan
kepada klien untuk latihan berkenalan dengan 2- berkenalan
kerugian tidak 3 orang pasien, perawat dan tam,
punya teman dan berbicara saat melakukan kegiatan
tidak bercakap- harian
cakap SP 3
5. Klien dapat
berkenalan 1) Evaluasi kegiatan, latih berkenalan
dengan pasien, (beberapa orang) dan berbicara saat
perawat, dan melakukan duan kegiatan harian.
tamu. berikan pujian
2) Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (2 kegiatan baru)
3) Masukan dalam jadwal kegiatan
harian untuk latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
SP 4
1) Membandingkan hasil dan harapan.
1) Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, bicara saat melakukan
2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
empat kegiatanharian. Berikan
11
pujian meningkatkan kemampuan motorik klien.
2) Latih cara bicara sosial: meminta 3) Memberi pengetahuan
sesuatu menjawab pertanyaan
3) Masukkan pada jadwal kegiatan 4) Memberi pengetahuan.
untuk latihan berkenalan > 5orang,
orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi
Terapi Spesialis
1. Terapi infivisu : Terapi perilaku : Token Ekonomi.
2. Terapi kelompok : Support Group Theraphy.
3. Terapi keluarga : Terapi Triangel.
4. Terapi komunitas : ACT
A. Individu
SP 1 :Berkenalan dengan anggota keluarga
SP 2 :Berkenalan 2-3 orang tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan
SP 3 :Berkenalan dengan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian
SP 4 :Berkenalan > 5orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
B. Keluarga
12
SP 1 : Diskusikan Masalah Yang Dalam Merawat Pasien
SP 2 : Evaluasi Kegiatan Keluarga Dalam Melatih Pasien Berkenalan Dan Berbicara Saat Melakukan Kegiatan Harian
SP 3 : Evaluasi Kegiatan Keluarga Dalam Merawat /Melatih Pasien Melakukan Kegiatan Harian Dan RT
SP 4 : Evaluasi Kegiatan Keluarga Dalam Merawat/Melatih Pasien Berkenalan, Berbicara Saat Melakukan Kegiatan
13
DAFTAR PUSTAKA
Kusumo, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandar Lampung: lp2m IAIN lampung.
Nurjanah, Intisari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.) St. Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W. (2009). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis : Mosby
14
15