Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH :
MUHAMAD SAFEI
11212103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA
TAHUN 2022/2023
TINJAUAN TEORI

A. Kasus ( Masalah Utama)


Perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di
sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk  melukai atau mencelakakan individu
lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Perilaku kekerasan atau amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi, perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan
perhatian dan ketergantungan pada orang lain. Prilaku kekerasan bias disebabkan
adanya perubahan sensori persepsi berupa halusinasi.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi bisa bersumber dari klien, llingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, kritikan yang mengarah ke penghinaan. Kehilangan orang yang
dicintai atau pekerjaan dan kekeransan merupakan faktor penyebab.
c. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

1. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan
pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
2. Frustasi
Kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan karena yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena
tidak realistis atau adanya hambatan dalam proses pencapaian.
3. Pasif
Merupakan respon lanjut dari frustasi dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaannya.
4. Agresif
Perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk
destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang tampak beruka muka masam,
bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai kekerasan
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Faktor – faktor yang menyebabkan Perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa :
1. Teori Biologik
a. Neurobiologik
b. Biokimia
c. Genetik
d. Gangguan otak
2. Teori Psikologik
a. Teori psikoanalisa
b. Teori pembelajaran
3. Teori Sosiokultural
Hirarki Agresif
Skema proses / mekanisme penyesuaian klien marah:
Rendah 1. Memperlihatkan permusuhan rendah
2. Keras menuntut
3. Mendekati orang lain dengan ancaman
4. Memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
6. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Tinggi 7. Melukai dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan
perawatan medis
8. Melukai dalam tingkat serius dan memerlukan perawatan medis.

d. Mekanisme Koping
1. Sublimasi
Menerima sesuatu sasaran pengganti yang mulia, artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain,
seperti ; meremas adonan kue, menuju tembok. Tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi
Meyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan ke alam sadar.
4. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak
begitu berbahaya seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.

C. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan


a. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri rendah

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DS: Klien mengatakan benci Perilaku kekerasan
atau kesal pada seseorang. Klien
suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras, pandangan tajam

DS : Klien mengatakan benci Risiko tinggi mencederai orang


atau kesal pada seseorang. Klien lain
suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras, pandangan tajam
DS: klien merasa tidak berguna, Gangguan konsep diri: harga diri
merasa kosong rendah
DO: kehilangan minat
melakukan aktivitas

D. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
E. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan pada Klien

NO Diagnosis Perencanaan Intervensi


Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil
1 Resiko TUM: 1.1 Klien mau membalas salam 1.1.1 Beri salam atau panggil nama
mencederai diri Klien tidak 1.2 Klien mau menjabat tangan 1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.3 Klien mau menyebutkan nama 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi
b.d perilaku mencederai diri
1.4 Klien mau tersenyum 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
kekerasan sendiri 1.5 Klien mau kontak mata 1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati
TUK: 1.6 Klien mau mengetahui nama 1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi sering
perawat
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya

2. Klien dapat 2.1 Klien mengungkapkan 2.1.1 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
mengidentifikasi perasaannya 2.1.2 Bantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau
penyebab 2.2 Klien dapat mengungkapkan
kesal
perilaku perasaan jengkel ataupun kesal
kekerasan

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat mengungkapkan 3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan
mengidentifikasi perasaan saat marah atau jengkel dirasakannya saat jengkel atau marah
tanda dan gejala 3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda
3.1.2 Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
perilaku dan gejala jengkel atau kesal
kekerasan yang dialaminya 3.2.1 Simpulkan bersama klien yanda dan gejala jengkel atau kesal
yang dialami klien
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat mengungkapkan 4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekeraan
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa yang biasa dilakukan klien
perilaku dilakukan
4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang
kekerasan yang 4.2 Klien dapatbermain peran sesuai
biasa dilakukan perilaku kekerasan yang biasa biasa dilakukan
dilakukan 4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah dengan cara klien lakukan
4.3 Klien dapat menngetahui cara
masalahnya selesai
yang biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah

5. Klien dapat 5.1 Klien dapat menjelaskan akibat 5.1.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan
mengidentifikasi dari cara yang digunakan klien: klien
akibat perilaku a. akibat pada klien sendiri,
5.1.2 bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan
kekerasan b. akibat pada orang lain,
c. akibat pada lingkungan klien
5.1.3 Tanyakan pada klien apakah dia ingin mempelajari cara baru
yang sehat
6. Klien dapat 6.1 klien dapat menyebutkan contoh 1.1.1 diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
mendemonstrasik pencegahan perilaku kekerasan 1.1.2 beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
an cara fisik secara fisik: tarik napas dalam, 1.1.3 diskusikan dua cara fisik yang paling mudah untuk
untuk mencegah pukul kasur, dan bantal mencegah perilaku kekerasan
perilaku 6.2 klien dapat mendemonstrasikan 6.2.1 Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan klien
kekerasan cara fisik untuk mencegah 6.2.2 Beri contoh klien cara menarik napas dalam
perilaku kekerasan 6.2.3 Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan
6.3 Klien mempunyai jadwak untuk sebanyak 5 kali
melatih cara pencegahan fisik 6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien
yang telah dipelajari sebelumnya mendemonstrasikan cara menarik napas dalam
6.4 Klien mengevaluasi 6.2.5 Tanyakan perasaan klien setelah selesai
kemampuannya dalam 6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang
melakukan cara fisik sesuai akan dilakukan sendiri oleh klien
jadwal yang disusun
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang dipelajari
6.4.1 klien mengevaluasi peaksanaan latihan
6.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
6.4.3 beikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan pada klien apakah kegiatan cara pencegahan
perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat menyebutkan cara 7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
mendemonstrasik bicara yang baik dalam 7.1.2. Beri contoh cara bicara yang baik :
an cara social mencegah perilaku kekerasan
d. Meminta dengan baik
untuk mencegah a. Meminta dengan baik
e. Menolak dengan baik
perilaku b. Menolak dengan baik
f. Mengungkapkan perasaan dengan baik
kekerasan c. Mengungkapkan perasaan
7.2.1. Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
dengan baik
7.2 Klien dapat mendemonstrasikan a. Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk beli
cara verbal yang baik makanan”
7.3 Klien mumpunyai jadwal untuk b. Menolak dengan baik : “ Maaf, saya tidak dapat
melatih cara bicara yang baik melakukannya karena ada kegiatan lain.
7.4 Klien melakukan evaluasi c. Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal
terhadap kemampuan cara bicara karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada
yang sesuai dengan jadwal yang suara yang rendah.
telah disusun 7.2.2. Minta klien mengulang sendiri
7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan klien
7.3.1. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara
bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya : meminta
obat, baju, dll, menolak ajakan merokok, tidur tidak pada
waktunya; menceritakan kekesalan pada perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk melatih cara yang telah
dipelajari.
7.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaa latihan cara bicara yang baik
dengan mengisi dengan kegiatan jadwal kegiatan ( self-
evaluation )
7.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien : “ Bagaimana perasaan Budi setelah
latihan bicara yang baik? Apakah keinginan marah
berkurang?”
8. Klien dapat 8.1 Klien dapat menyebutkan 8.1.1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah
mendemonstrasik kegiatan yang biasa dilakukan dilakukan
an cara spiritual 8.2 Klien dapat mendemonstrasikan
8.2.1. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di
untuk mencegah cara ibadah yang dipilih
perilaku 8.3 Klien mempunyai jadwal untuk ruang rawat
kekerasan melatih kegiatan ibadah 8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan
8.4 Klien melakukan evaluasi
8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
terhadap kemampuan melakukan
kegiatan ibadah 8.2.4. Beri pujian atas keberhasilan klien
8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan
ibadah
8.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
8.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan
mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
8.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
8.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaimana perasaan Budi setelah
teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah
berkurang
9. Klien dapat 9.1 Klien dapat menyebutkan jenis, 9.1.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya
mendemonstrasik dosis, dan waktu minum obat (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3x : pukul
an kepatuhan serta manfaat dari obat itu
07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat.
minum obat untuk (prinsip 5 benar: benar orang,
mencegah obat, dosis, waktu dan cara 9.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara
perilaku pemberian) teratur :
kekerasan 9.2 Klien mendemonstrasikan
a. Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum
kepatuhan minum obat sesuai
obat
jadwal yang ditetapkan
b.Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter
9.3 Klien mengevaluasi
c. Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur,
kemampuannya dalam mematuhi
misalnya, penyakit kambuh
minum obat
9.2.1 Diskusikan tentang proses minum obat :
a. Klien meminat obat kepada perawat ( jika di rumah sakit),
kepada keluarga (jika di rumah)
b.Klien memeriksa obat susuai dosis
c. Klien meminum obat pada waktu yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal minum obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman perasaan Budi setelah
minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah
berkurang?”

10. Klien dapat 10.1 Klien mengikuti TAK : stimulasi 10.1.1 Anjurkan klien untuk mengikuti TAK : stimulasi persepsi
mengikuti TAK : persepsi pencegahan perilaku pencegahan perilaku kekerasan
stimulasi persepsi kekerasan
10.1.2 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan
pencegahan 10.2 Klien mempunyai jadwal TAK :
perilaku kekerasan stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)
perilaku kekerasan 10.1.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK
10.3 Klien melakukan evaluasi
10.1.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK da
terhadap pelaksanaan TAK
beri pujian atas keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK
10.2.2 Masukkan jadwak TAK ke dalam jadwal kegiatan harian
(self- evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK
10.3.3 Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien: “Bagaimana perasaan Ibu setelah
mengikuti TAK?”
11. Klien 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
mendapatkan mendemonstrasikan cara sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien
dukungan
merawat klien selama ini
keluarga dalam
melakukan cara 11.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat
pencegahan klien
perilaku
11.1.3 Jelaskan cara- cara merawat klien :
kekerasan
a. Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif
b. Sikap dan cara bicara
c. Membantu klien mengenal penyebab marah dan
pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
11.1.5 Bantu keluarga mengngkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga mempraktikannya pada klien selama di
rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah.
Daftar Pustaka
Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan Edisi Delapan, (Penerjemah Ester,
M). Phildephia : Lippincott.
Kelliat, B.A. (2005). Modul basic Corce Community Mental Psychiatric Nursing. Jakarta:
EGC.
Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai